Padahal nun jauh di luar hutan sana. Telah hampir satu tahun mereka mencariku, berita-berita surat kabar dan televisi sangat hiruk pikuk memberitakanku. Hingga kemudian memasuk tahun kedua, tak ada berita lagi, sebab aku dianggap telah hilang dan tak ada lagi. Akibatnya, Sony yang didakwa telah menghilangkanku, hingga pengadilan memvonisnya duapuluh tahun penjara.
*****
Malam itu, aku merasa jenuh tinggal dalam kastil. Sebagaimana biasa, Lucky pasti akan mengajakku mengelilingi desa di sekitar kastilnya
"Kita berangkat," ia berkata sambil membawakan seekor kuda putih kesayangannya untukku. Aku juga bingung, tak ada alat transportasi modern di sekitar kasil. Yang ada hanya kereta kaca kuda, dan naik kuda itu sendiri. Tak ada pilihan, aku sendiri sudah bosan menaiki kereta kuda.
Lonceng kastil berdentang tiga kali, pertanda jam tiga dinihari. Tapi mataku yang tak bisa terpejam memaksaku menaiki kuda putih kesayangan Lucky. Ia yang memegang tali kekang, aku duduk di belakangnya. Ia pun memacu kuda sekencang-kencangnya. Aku yang ketakutan, memeluk pinggangnya erat-erat.
Meski aku sering berjalan-jalan mengelilingi desa di sekitar kastil, namun aku tak pernah tahu jalan pulang. Bahkan aku tak ada keinginan untuk pulang. Aku seperti telah menemukan cinta sejatiku, bukan Sony yang menjadi pelarianku karena menghindari Albert, tapi Lucky.
Entah mengapa aku seperti tak ingin berpisah saat bersamanya. Mungkinkah aku telah terhipnotis? Tapi dari hati kecilku terdalam, ia sangat baik padaku. Apalagi aku tak tahu jalan pulang, seperti terdampar pada dimensi yang berbeda.
*****
Kami terus berkeliling mengitari jalan-jalan di sekitar desa. Sinar bulan purnama ditambah lampu-lampu penerangan pinggir jalan kian mempercantik suasana malam. Tiba-tiba terdengar kokok ayam jantan dari kejauhan.
"Sudah pagi, kita harus cepat kembali ke kastil!" Teriakan Lucky mengejutkanku.Tampak raut wajahnya menunjukkan kecemasan. "Berpegangan erat-erat," tukasnya lagi sambil memacu lari kuda putihnya sekencang-kencangnya.
Kuda berlari sekencang-kencangnya. Aku berpegangan pada tubuh kekar Lucky seerat-eratnya. Tapi..... "Braaaaaak....!!!" Kami menabrak sesuatu. Aku terpental jauh, terlempar ke bawah lembah, dan tak ingat apa-apa lagi.