Entah seberapa lama aku berlari, "Jduuuuk.......!!," Seonggok batu menghentikan langkahku, jemari kaki yang terantuk terasa nyeri, kuhentikan langkahku. Rimbunnya hutan kian membuat pandangan samar-samar.Â
Aku tak sanggup berjalan lagi. Tampak di depanku, rumput tebal bagai permadani, kuhempaskan tubuhku di atasnya. Nyaman sekali duduk di situ, hingga mataku mengantuk, dan tertiidur lelap.
Entah berapa lama aku tertidur lelap. Saat terjaga, aku telah terbaring di sebuah ranjang berukuran besar. Sebuah kamar mewah, tapi kuno. Lampu hias dalam kamar menyala tak terhitung, namun suasana tetap redup.
Kulihat tas travellingku ada di atas meja samping ranjang tempatku berbaring. Kuperiksa isinya, masih utuh, tak ada yang rusak atau pun hilang. Kupandang seluruh ruang kamar, tampak lukisan kuno di dinding.
Mataku tak berkedip memandangi lukisan kuno keluarga dengan memakai busana kerajaan ala barat. Dan aku bingung, mengapa rumah bangsawan barat ada jauh di dalam hutan? Mungkinkah aku berada di sebuah gedung konsulat inggris? Tapi bukankah aku tadi berada di tengah hutan?
*****
Aku melangkah ke arah jendela kamar. Suasana malam dari balik kaca jendela  besar dan agak kusam. Malam temaram, bulan purnama memancar dengan terangnya.Â
Tiba tiba pintu kamar berderit terbuka. Sesosok wajah wanita tua muncul di sana. Ia memakai kostum mirip dengan pelayan-pelayan di belahan Eropa saat abad pertengahan.
Dia tersenyum ramah padaku, "Nona sudah bangun?" Aku tak bisa menjawab sepatah katapun, mulutku tercekat kaku. Perempuan itu kembali tersenyum, lalu menceritakan bahwa anak lelaki majikannya menemukan tubuhku tergeletak kehujanan di atas rumput saat petang tadi, hingga kemudian menggendongku pulang.
Aku manggut-manggut, aku tak menyangkal sebab saat terakhir aku memang tertidur di tengah hutan. Tapi kehujanan? Itu yang membuatku kebingungan.