Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Jangan Jodohkan Aku (2)

18 Oktober 2024   21:06 Diperbarui: 18 Oktober 2024   21:16 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar: via Suara.com

Papi menjelaskan bahwa perusahaan kami sedang terbelit utang piutang, dan papa Albert siap membantu. Kami sekeluarga harus bersiap-siap hengkang dari rumah sebab akan disita bank. Apalagi seluruh saham perusahaan papi sudah diambil alih oleh papa Albert semua

Semenjak hari itu, aku dan Albert tak bertegur sapa lagi. Semenjak hari itu juga, ia tak pernah mengganggu hubunganku dengan Sony lagi. Tapi juga semenjak hari itu, Albert berubah menjadi seorang playboy. 

Hampir tiap malam minggu ia selalu berganti-ganti cewek di dalam mobilnya. Dan sekali lagi juga, aku tak pernah peduli sedikit pun.

Setelah genap tiga tahun aku memutuskan hubungan dengan Albert, yang bagiku bukanlah hubungan istimewa, hanya semacam perjodohan yang dipaksakan. Kami tak pernah bertegur sapa lagi, hingga akhirnya ia memutuskan menempuh studi ke Amerika.

Hari ini, setelah setahun ia berhijrah ke negeri Paman Sam, tiba tiba ia datang ke rumahku. Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba ia menjadi sangat ramah dan kembali membuka komunikasi kami yang terputus sekian waktu.

Entah mengapa Albert berubah menjadi sangat ramah padaku, tak terbersit lagi kemarahan seperti yang dulu. Ia benar-benar berubah, seperti tak ada dendam dan kemarahan lagi di hatinya.

*****

Genap empat tahun aku menjalani hubungan percintaan dengan Sony. Hari-hari kami lalui dengan keindahan dan memahami satu sama lain. Meski kami masih sedemikian muda, tapi entah mengapa seperti pasangan kekasih dewasa yang saling memahami satu sama lain.

Meski berbeda usia hanya setahun, namun Sony yang lebih tua dariku, tampak dewasa dan sangat melindungiku. Aku juga tak habis pikir, Meski ia tergolong cowok idaman  di sekolah, namun ia sangat setia. 

Darah Rusia dari papanya membuatnya bersikap sangat gentle dalam memahamiku, sebab rata-rata yang pernah kudengar, cowok Rusia terkenal sangat setia pada kekasih. Meski tak semua seperti itu, tapi aku mendapatkan cowok yang seperti itu.

*****

Pagi itu, mami dan papi memanggilku ke ruangannya. Mereka menanyakan keseriusan hubunganku dengan Sony. Meski pun aku menyebut keseriusan hubunganku, namun orangtuaku tak percaya begitu saja bila aku tak segera bertunangan. 

Mereka mengintimidasi, bila aku tak segera bertunangan, maka penggantinya sudah ada, yakni Albert. Bak tersambar petir aku mendengar ultimatum itu. Mungkinkah karena hal itu, Albert datang ke rumah dengan keceriaan? 

Papi menjelaskan bahwa perusahaan kami sedang terbelit utang piutang, dan papa Albert siap membantu. Kami sekeluarga harus bersiap-siap hengkang dari rumah sebab akan disita bank. Apalagi seluruh saham perusahaan papi sudah diambil alih oleh papa Albert semua.

Dan kini, aku makin memahami duduk permasalahannya,, mengapa papi menyarankan aku bertunangan dengan Albert. Menguak cerita lama, yang tentu saja tak kusukai.

Memang, keadaan ekonomi keluarga Sony tak setajir keluarga Albert. Namun haruskah cinta kami mengalah pada silaunya harta dan tahta, serta kemiskinan yang membayang di depan mata? 

Walah tampaknya karena cinta, aku jadi sedemikian lebay sekali. Tapi biar bagaimana pun aku tetap tak bersedia untuk menjalin pertunangan dengan Albert, bukankah sejak kecil aku tak menyukai hal itu?

Pikiranku kian rumit, memilih antara tetap memilih kekasihku, Sony, atau justru berubah pikiran, memilih Albert demi orangtuaku. Sebuah pilihan yang sangat rumit, tentu saja aku tak bisa membandingkan cinta orangtuaku dibanding kekasihku. Biar bagaimana pun ortuku tetap nomer satu, tapi..... kalau memilih Albert? Itu yang membuatku serasa memakan buah simalakama.

Papi dan mami menyalahkanku, menganggapku aneh, karena menolak mentah-mentah Albert, padahal sudah jelas dia baik, kaya dan ganteng, apalagi? Semua menyudutkanku. Dan aku memang benar-benar tersudut.

*****

Bertemu Sony pagi itu. Tuk kesekian kali, sikap sabar dan kedewasaanyya meluluhkanku. Ia memelukku erat dan berusaha menenangkanku. Meski pun aku tahu pikirannya juga rumit, karena baginya, menikah adalah berusaha mandiri tanpa bantuan orangtua. 

Sementara saat ini, ia hanya membantu papanya menjalankan bisnis toko emas. Memang tak sebanding bila harus berpaling pada Albert dengan perusahaan megah papanya yang memiliki banyak cabang di luar negeri. Apalagi, keluarganya telah mengambil alih kepemilikan saham perusahaan keluargaku.

Namun, bukan Sony bila ia harus mengalah untuk cinta. Ia nekat, sore hari mengajak ortunya melamarku, sekedar mengajak bertunangan, setidaknya. 

Papi mamiku, yang jelas sangat menyayangiku, jelas juga memiliki keputusan sulit dalam hidupnya. Memilih keinginanaku, itu berarti siap melepas seluruh aset perusahaan dan hidup dari titik nol.

Yang mengejutkanku, ternyata ortuku lebih menghargai keputusanku. Mereka menerima pinanagan Sony. Jadilah kami bertunangan dahulu, setelah kuliah tuntas , barulah kami melangsungkan pernikahan. 

Aku bersyukur, setidaknya bisa lepas dari cengkeraman keluarga Albert. Meski aku merasa bersalah, kenapa aku tidak menyukai cowok tampan itu padahal mereka keluarga baik?

*****

Tapi, ternyata Albert tak mau mengalah, meski pun telah tahu aku bertunangan dengan Sony, ia tetap datang ke rumah melamarku. Entah apa yang terlintas dalam pikirannya, hingga ia datang ke rumah dengan membawa banyak perhiasan untuk mengikat janji denganku. Dan yang paling mengejutkan, ia melamarku untuk langsung menikahiku! (Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun