Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Jangan Jodohkan Aku (2)

18 Oktober 2024   21:06 Diperbarui: 18 Oktober 2024   21:16 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar: via Suara.com

Pagi itu, mami dan papi memanggilku ke ruangannya. Mereka menanyakan keseriusan hubunganku dengan Sony. Meski pun aku menyebut keseriusan hubunganku, namun orangtuaku tak percaya begitu saja bila aku tak segera bertunangan. 

Mereka mengintimidasi, bila aku tak segera bertunangan, maka penggantinya sudah ada, yakni Albert. Bak tersambar petir aku mendengar ultimatum itu. Mungkinkah karena hal itu, Albert datang ke rumah dengan keceriaan? 

Papi menjelaskan bahwa perusahaan kami sedang terbelit utang piutang, dan papa Albert siap membantu. Kami sekeluarga harus bersiap-siap hengkang dari rumah sebab akan disita bank. Apalagi seluruh saham perusahaan papi sudah diambil alih oleh papa Albert semua.

Dan kini, aku makin memahami duduk permasalahannya,, mengapa papi menyarankan aku bertunangan dengan Albert. Menguak cerita lama, yang tentu saja tak kusukai.

Memang, keadaan ekonomi keluarga Sony tak setajir keluarga Albert. Namun haruskah cinta kami mengalah pada silaunya harta dan tahta, serta kemiskinan yang membayang di depan mata? 

Walah tampaknya karena cinta, aku jadi sedemikian lebay sekali. Tapi biar bagaimana pun aku tetap tak bersedia untuk menjalin pertunangan dengan Albert, bukankah sejak kecil aku tak menyukai hal itu?

Pikiranku kian rumit, memilih antara tetap memilih kekasihku, Sony, atau justru berubah pikiran, memilih Albert demi orangtuaku. Sebuah pilihan yang sangat rumit, tentu saja aku tak bisa membandingkan cinta orangtuaku dibanding kekasihku. Biar bagaimana pun ortuku tetap nomer satu, tapi..... kalau memilih Albert? Itu yang membuatku serasa memakan buah simalakama.

Papi dan mami menyalahkanku, menganggapku aneh, karena menolak mentah-mentah Albert, padahal sudah jelas dia baik, kaya dan ganteng, apalagi? Semua menyudutkanku. Dan aku memang benar-benar tersudut.

*****

Bertemu Sony pagi itu. Tuk kesekian kali, sikap sabar dan kedewasaanyya meluluhkanku. Ia memelukku erat dan berusaha menenangkanku. Meski pun aku tahu pikirannya juga rumit, karena baginya, menikah adalah berusaha mandiri tanpa bantuan orangtua. 

Sementara saat ini, ia hanya membantu papanya menjalankan bisnis toko emas. Memang tak sebanding bila harus berpaling pada Albert dengan perusahaan megah papanya yang memiliki banyak cabang di luar negeri. Apalagi, keluarganya telah mengambil alih kepemilikan saham perusahaan keluargaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun