Tapi kita jangan bodoh dulu. Karena ternyata peristiwa itu tidak berdiri sendiri, terdapat rentetan  kejadian pahit dan kelam yang menimpa warga Palestina sebelumnya, hingga membuat organisasi perjuangan mereka bangkit bertindak.
Selain itu, saat peristiwa 7 Oktober berlangsung, ternyata pelaku utamanya bukan hanya Hamas. Namun tentara Israel juga ikut berperan membantai warganya sendiri. Dengan alasan kekalutan yang sering mereka klaim sebagai friend fire, mereka membombardir warganya sendiri dengan helikopter tempurnya.
Tetapi hingga kedatangan Perdana Menteri Israel ke Amerika Serikat. Tetap saja propaganda Netanyahu dipercaya. Seperti beragam klaim bohongnya saat berpidato di kongres Amerika. Â Bibi menyebut puluhan truk pembawa bantuan kemanusiaan telah diizinkan memasuki Gaza. Padahal kenyataannya, Badan-badan kemanusiaan dunia menyatakan prosedur masuknya truk bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Palestina yang kelaparan sangat dipersulit, akibatnya ratusan balita mengalami kelaparan dan malnutrisi.
Namun sebagai sepupu dekat, sudah pastilah negara ZIonis ini yang lebih dipercaya. Terbukti Kemala Haris dalam pidato penyambutannya, sepintas seperti membela warga Palestina, toh di ujung katanya tetap juga beranggapan bahwa Hamas telah melakukan pemerkosaan massal terhadap sandera tanpa bukti nyata. Tak beda jauh dengan klaim Israel sebelumnya.
Memang patut disesalkan, apabila para pelindung negara zionis ini melakukan pembelaan dengan membabi buta tanpa adanya fakta asli dan terbukti.
Kemarahan serta kebencian yang terus dikobarkan Israel adalah karena peristiwa 7 Oktober. Namun jangan pernah lupa, peristiwa itu tidak pernah berdiri sendiri, terdapat beragam penindasan dan kekejaman yang dilakukan negara Zionis  terhadap warga Palestina, hingga memaksa melakukan hal tersebut melalui Hamas.
Jangan pernah lupa, Hamas bukanlah sebuah kelompok orang dewasa yang tiba-tiba ada. Mereka dahulunya adalah anak-anak dari para orangtua yang terbunuh, teraniaya, terusir paksa dari rumah dan bangunan yang dimilikinya akibat kekalahan perang. Yang kemudian tumbuh menjadi sebuah organisasi kuat.
Ketika disebut sebagai organisasi teroris yang brutal. Kita tidak perlu heran, sebab organisasi apa pun yang berani melawan kepentingan imperialisme penjajah, berani coba-coba memberontak, pastilah dilabeli negatif sebagai ekstrimis atau teroris.
Padahal akibat penindasan yang terus menerus terjadi , maka boleh jadi tindakannya menjadi membabi buta karena emosi yang selalu ditekan, dipaksa menurut dan mengalah.
Seperti contoh peristiwa pembulian. Mungkin saat awal dibuli, korban akan diam, mengalah, dan tak berani melawan. Ketika hal tersebut terjadi terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan, korban akan berani melawan. Tetapi ketka pembuli yang dilawannya sangat berkuasa dan berpengaruh , maka sudah pasti korban akan disebut melawan, memberontak.Â
Karena kemarahan yang terpendam, bisa jadi perlawanannya menjadi sangat brutal, hingga dikaregorikan teroris, sebab meneror si pembuli.