Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

40 Ribu Nyawa Warga Palestina Melayang Sia-Sia demi Ratusan Sandera, Israel Waras?

28 Juli 2024   17:02 Diperbarui: 28 Juli 2024   17:04 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: news.detik.com

Dengan julukan manis Abraham Accord atau Perjanjian Abraham. Sebuah balutan manis yang menyebut perjanjian ini meliputi kerjasama di berbagai bidang. Namun ujung-ujungnya.....

Sepertinya memang hanya Israellah negara paling mulia dan terhormat di dunia ini. Sebab selain memiliki kecanggihan tekhnologi, kehebatan intelijen, juga kekuatan ekonomi yang luar biasa.

Akibat keistimewaan itu, Israel menjadi bersifat superior dan semena-mena. Contoh yang nyata sudah tergambar di depan mata. Demi membebaskan ratusan sandera, Israel secara membabi buta membantai puluhan ribu warga sipil Palestina, yang mayoritasnya adalah wanita dan anak-anak. Dan dunia diharap memakluminya, semua akibat peristiwa 7 Oktober.

Bermula 7 Oktober?

Sepintas Israel tidak mau tahu dan tidak ingin disalahkan dengan kematian  ribuan wara sipil Palestina, yang kini telah mencapai 40 ribu nyawa. Seakan ingin dunia memaklumi, bahwa semua gara-gara kelakuan Hamas di 7 Oktober. Sehingga dengan lebay nya, Negara Zionis ini mendramatisir peristiwa tersebut. 

Beragam ramuan hoaks dan bumbu-bumbu. seperti dihembuskannya kabar bahwa Hamas memenggal kepala bayi-bayi Israel tak berdosa, memerkosa para sandera wanitanya. Padahal kenyataan yang terjadi, puluhan sandera yang telah dilepaskan, terbukti diperlakukan dengan hormat, bahkan anjing pun dirawat dengan  baik. Banding terbalik dengan tawanan Palestina, yang rata-rata berubah kurus kering, patah tulang dan trauma selama di penjara Israel. 

Bahkan pendiskreditan nama Hamas dengan perlakuan keji memenggal kepala bayi-bayi Israel juga ternyata hanya isapan jempol. Justru banding terbalik dengan perlakuan tak manusiawi para tentara IDF, yang membiarkan bayi-bayi prematur Palestina meregang nyawa perlahan dalam inkubator.

Dengan alasan membebaskan ratusan sandera yang ditawan Hamas, Israel membombardir puluhan ribu warga Palestina. Telah hampir 40 ribu warga tewas, namun tak  semua sandera berhasil dilepaskan. Tampaknya tentara Zionis kalah taktik dibanding pejuang Hamas.

Ketika dunia menyalahkan Israel kenapa harus mengorbankan sekian puluh ribu nyawa, Israel selalu berkilah semua akibat peristiwa 7 Oktober. Bahkan seluruh pendukung Israel dengan sentimentil akan menyebut bahwa seluruh tindakan kejam yang dilakukan adalah akibat peristiwa Tujuh Oktober tersebut.

Saat ini seluruh dunia diharapkan memaklumi tindakan negara Zionis membantai warga Palestina karena peristiwa tujuh Oktober . Namun dunia dilarang berpikir untuk kilas balik ke belakang, tentang apa yang menjadi penyebab terjadinya peristiwa di tanggal yang ditabukan tersebut.

Ketika kita hanya menelan mentah-mentah alibi negara zionis tentang peristiwa tujuh Oktober, tentu saja kita akan marah, kesal, dan sepaham dengan mereka bahwa Hamas adalah teroris  brutal sebab menewaskan dan menyulik warga Israel saat itu.

Tapi kita jangan bodoh dulu. Karena ternyata peristiwa itu tidak berdiri sendiri, terdapat rentetan  kejadian pahit dan kelam yang menimpa warga Palestina sebelumnya, hingga membuat organisasi perjuangan mereka bangkit bertindak.

Selain itu, saat peristiwa 7 Oktober berlangsung, ternyata pelaku utamanya bukan hanya Hamas. Namun tentara Israel juga ikut berperan membantai warganya sendiri. Dengan alasan kekalutan yang sering mereka klaim sebagai friend fire, mereka membombardir warganya sendiri dengan helikopter tempurnya.

Tetapi hingga kedatangan Perdana Menteri Israel ke Amerika Serikat. Tetap saja propaganda Netanyahu dipercaya. Seperti beragam klaim bohongnya saat berpidato di kongres Amerika.  Bibi menyebut puluhan truk pembawa bantuan kemanusiaan telah diizinkan memasuki Gaza. Padahal kenyataannya, Badan-badan kemanusiaan dunia menyatakan prosedur masuknya truk bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Palestina yang kelaparan sangat dipersulit, akibatnya ratusan balita mengalami kelaparan dan malnutrisi.

Namun sebagai sepupu dekat, sudah pastilah negara ZIonis ini yang lebih dipercaya. Terbukti Kemala Haris dalam pidato penyambutannya, sepintas seperti membela warga Palestina, toh di ujung katanya tetap juga beranggapan bahwa Hamas telah melakukan pemerkosaan massal terhadap sandera tanpa bukti nyata. Tak beda jauh dengan klaim Israel sebelumnya.

Memang patut disesalkan, apabila para pelindung negara zionis ini melakukan pembelaan dengan membabi buta tanpa adanya fakta asli dan terbukti.

Kemarahan serta kebencian yang terus dikobarkan Israel adalah karena peristiwa 7 Oktober. Namun jangan pernah lupa, peristiwa itu tidak pernah berdiri sendiri, terdapat beragam penindasan dan kekejaman yang dilakukan negara Zionis  terhadap warga Palestina, hingga memaksa melakukan hal tersebut melalui Hamas.

Jangan pernah lupa, Hamas bukanlah sebuah kelompok orang dewasa yang tiba-tiba ada. Mereka dahulunya adalah anak-anak dari para orangtua yang terbunuh, teraniaya, terusir paksa dari rumah dan bangunan yang dimilikinya akibat kekalahan perang. Yang kemudian tumbuh menjadi sebuah organisasi kuat.

Ketika disebut sebagai organisasi teroris yang brutal. Kita tidak perlu heran, sebab organisasi apa pun yang berani melawan kepentingan imperialisme penjajah, berani coba-coba memberontak, pastilah dilabeli negatif sebagai ekstrimis atau teroris.

Padahal akibat penindasan yang terus menerus terjadi , maka boleh jadi tindakannya menjadi membabi buta karena emosi yang selalu ditekan, dipaksa menurut dan mengalah.

Seperti contoh peristiwa pembulian. Mungkin saat awal dibuli, korban akan diam, mengalah, dan tak berani melawan. Ketika hal tersebut terjadi terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan, korban akan berani melawan. Tetapi ketka pembuli yang dilawannya sangat berkuasa dan berpengaruh , maka sudah pasti korban akan disebut melawan, memberontak. 

Karena kemarahan yang terpendam, bisa jadi perlawanannya menjadi sangat brutal, hingga dikaregorikan teroris, sebab meneror si pembuli.

Ketika pembuli memiliki banyak pengikut, memiliki pengaruh karena tingkat ekonomi, kesuksesan dan kekayaannya, tentu saja tak akan ada pembelaan terhadap korban buli yang berani melawan. Ia kian menjadi bulan-bulanan dan dihabisi. 

Namun apabila lingkungan sekitarnya masih memiliki hati nurani dan kemanusiaan, mampu berpikir bijak dengan melihat beragam permasalahan dari berbagai sudut, lalu berani bersikap tegas terhadap si pembuli, maka keadilan dapat dtegakkan. Sehingga sudut pandang tidak hanya dari pembuli tapi juga dari yang dibuli.

Tindakan genosida Israel sudah jelas berkaca dari kebangkitan Hamas, yang dahulu hanyalah anak-anak penduduk Palestina yang ditindas, dirampas hak-haknya, dibunuh dan diperlakukan semena-mena. Israel tidak mau kebangkitan itu terjadi lagi,  tampaknya hal tersebut yang menjadi alasan utama negara Zionis ini melakukan genosida.

Membombardir anak-anak Palestina beserta tempat-tempat pendidikannya. Tentu saja untuk memusnahkan generasi yang kelak akan tumbuh dewasa dan mengerti hak-haknya yang dirampas. Sehingga dapat kita pahami mengapa sasaran mayoritas adalah generasi penerus bangsa. Bahkan ketika seluruh warga musnah, maka yang akan tersisa hanya tanah kosong tak berpenghuni, hanya menyisakan satu bangsa, yakni Israel saja, tak ada Palestina.

Hal ini terbukti dari keputusan Parlemen Israel, yang mayoritas tidak menghendaki adanya negara Palestina. Satu-satunya cara unuk meraih semua itu adalah dengan cara memusnahkan warga Palestina yang masih memiliki sikap patriotisme terhadap negaranya. Ketika para patriot telah musnah, tentu saja negara Zionis akan dapat dengan mudah berdiri, tanpa gangguan dari pemilik tanah yang diduduki.

Abraham Accord bukti kecerdikan tingkat tinggi

Sikap kolonialisme negara Zionis jelas masih membara, sebab kelak akan makin banyak warga keturunannya yang berada di luar negeri kembali ke negaranya. Tentu saja mereka memerlukan perluasan pemukiman. Satu satu cara adalah mendepak warga Palestina.

Hal tersebut sudah terbukti sebelum peristiwa genosida ini tejadi. Telah banyak wilayah Palestina direbut, dan warga Palestina dipaksa berpindah kewarganegaraan. Bahkan pemerintahan Palestina di Tepi Barat terbaca sebagai pemerintahan lunak yang sengaja dibiarkan ada, agar mudah dikendalikan. 

Palestina sengaja dipecah agar mudah dikendalikan. Wilayah Tepi Barat yang dipimpin Fatah, mudah dikendalikan Israel, dan Jalur Gaza yang berani melawan dipimpin Hamas. Sehingga saat China berhasil mendamaikan Fatah dengan Hamas , tentu saja Israel mengamuk dan merasa kebakaran jenggot.

Keberanian melawan inilah yang kemudian disebut ekstrimis, teroris. Karena dunia mayoritas dikuasai negara barat dengan beragam cara, mulai ekonomi, intelijen, kemajuan, dan sebagainya. Maka dapat dimaklumi apabila sebuah negara atau sebuah organisasi berani melakukan hal di luar yang dikehendaki oleh hegemoni barat,  maka akan dilabeli sebagai musuh, sehingga dimusuhi beramai-ramai, yang berujung embargo.

Keahlian propaganda negara baratlah yang membuat dunia internasional memiliki pemikiran sama, sehingga berbuat tanpa berpikir panjang saat melakukan sebuah pembelaan.

Isarel berusaha mempengaruhi dunia internasional agar bersatu dalam pemikirannya, dalam hegemoninya, dan banyak negara terbawa arus akal-akalan ini tanpa sadar. Diframing melalui beragam cara, hingga terjadilah normalisasi hubungan Israel dengan banyak negara di Timur Tengah. Bahkan baru-baru ini, Indonesia pun kena hipnotisnya dengan kehadiran lima aktivis organisasi keagamaan di istana kepresidenan Israel.

Dengan julukan manis Abraham Accord atau Perjanjian Abraham. Sebuah balutan manis yang menyebut perjanjian ini meliputi kerjasama di berbagai bidang.Namun ujung-ujungnya menjadi sebuah framing menguntungkan bagi negara Zionis, dengan menyebutnya sebagai normalisasi hubungan dengan Israel. Akibatnya, Palestina sebagai yang terjajah kian mengerucut dan tersisih. 

Mari berpikir, benarkah Abraham Accord hanyalah sebuah perjanjian biasa, atau  sebuah pemikiran picik agar semua negara kembali bersahabat baik dan berpikiran positif terhadap penjajahan Israel. Benarkah tidak ada unsur framing agar Palestina sadar diri, "Teman yang membela elu sekarang udah jadi temen gue, jadi sekarang gak bakal ada lagi yang percaya dan ngebelain elu. Minggir!" 

Hmm.... Cerdik atau lIcik?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun