Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tony dan Cincin di Jari Manisku

6 Juli 2024   23:45 Diperbarui: 7 Juli 2024   00:06 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku memutuskan untuk menyendiri. Meski pun aku cantik dan banyak menjadi rebutan di kampusku, namun tampaknya "Jomblo is the best" merupakan pilihan tepat bagiku. 

Tapi hal itu tak berlaku bagi Alan. Seakan dendam kesumat dengan keputusanku, ia berkali kali gonta-ganti cewek dan seakan sengaja dipamerkan di depan mataku. Saat melewati kampusku, melewati depan rumahku, sembari membunyikan klakson mobilnya nyaring. Ia membonceng Tini teman sebangkuku, mereka tertawa cekikikan, namun aku tak peduli sedikit pun.

Genap setahun dalam kesendirianku semenjak putus dengan Alan. Dan genap juga ia selalu menterorku dengan chath dan telpon ancaman untuk mengajak aku CLBK. Tapi, aku tak sudi lagi!

*********

Tepat jam 9 pagi. Aku telah siap memulai penerbanganku ke New Zealand. Sebuah rencana besar memulai petualanganku kembali keliling dunia dengan pergi kesana. Jika dahulu aku selalu memilih ke London, New York, Irlandia, dan Jerman. Kini saatnya aku memulai perjalananku ke sebuah negara yang tidak terlalu jauh dari Indonesia.

Setelah transit di Singapura, perjalanan dilanjutkan ke Australia. Barulah kemudian berganti pesawat menuju penerbangan di New Zealand. Selama penerbangan aku memilih untuk lebih banyak tidur, berharap saat sampai di New Zealand aku telah fresh kembali.

Tak terasa telah sepekan aku berwisata di negara dengan penduduk asli Maori itu. Mengunjungi seluruh kawasan, menikmati menu seafood ala penduduk lokal, hingga terbang dengan helikopter ke pegunungan salju ang mirip pegunubgan di Swiss. Aku mulai bosan, karena tak ada lagi yang menarik untuk ditelusuri.

*********

Malam menjelang. Udara dingin menyeruak ke dalam tulang tulangku, aku tak peduli. Keluar dari hotel, kupacu mobil tanpa ditemani guide. Aku ingin menikmati kebebasanku.

Hampir tiga puluh menit aku berkeliling keliling kota hingga kemudian jenuh. Kembali memacu mobil, kali ini menuju perbukitan sepi di ujung kota. Ditemani terang bulan purnama, aku terus memacu mobilku dalam kecepatan tinggi.

Dari kejauhan, tampak sebuah bangunan tinggi dengan lampu-lampu temaram, sungguh indah. Aku penasaran dan mengarahkan mobilku ke sana. Namun jalan menuju bangunan di atas bukit itu tak semulus yang kubayangkan. Setelah sebelumnya menempuh perjalanan dengan terang lampu jalanan, tapi kemudian berubah menjadi jalanan kerikil berbatu gelap gulita. Aku tak peduli, makin tertantang oleh penasaranku dengan bangunan di atas bukit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun