Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

6 Alasan Tunjangan Profesi Guru Lebih Tepat Ditransfer bersama Gaji Bulanan

26 Juni 2024   11:53 Diperbarui: 26 Juni 2024   12:15 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kominfo.go.id

Sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, guru juga sudah selayaknya menerima tunjangan profesi tepat waktu setiap bulan, agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan masyarakat.

Kecemburuan sosial yang besar baik dari masyarakat atau pun instasi lain dapat menimbulkan  pemikiran negatif. Akibatnya, setiap tiba waktu liburan sekolah, guru ASN selalu dipelototi dan dianggap makan gaji buta ketika ikut berlibur. Padahal secara realistis,  bukankah  pasien ilmu seorang guru adalah siswa. Ketika pasien liburan apakah guru tak boleh juga beristirahat menikmati liburannya?

Dengan ketidakrelaan melihat guru ASN beristirahat juga saat liburan sekolah. Maka dibuatlah beragam kebijakan dari masing-masing daerah, yang berusaha agar guru tetap masuk sekolah meski pun tidak ada siswanya. 

Kebijakan yang terkesan mengada-ada, dengan alasan bahwa guru harus tetap masuk kerja untuk mengerjakan segala macam tetek-bengek administrasi sekolah. Padahal di zaman modern seperti ini bukankah work from home dapat diterapkan?

Tak bisa dibayangkan, ketika guru telah mengeluarkan seluruh daya upayanya intuk mencerdaskan anak bangsa. Berangkat pagi meninggalkan anak-anaknya di penitipan dengan derai air mata  demi anak orang. Bahkan rela tanpa sarapan agar tidak terlambat mengajar. Namun kemudian ia tak diperkenankan menikmati liburan bersama buah hatinya, yang tentu saja libur sekolah.

Timbulnya kebijakan bahwa guru tak boleh libur meski siswanya libur, mungkin timbul akibat ulah kurang bijak dari beberapa oknum guru yang bermalas-malasan saat mengajar, atau sering datang terlambat ke sekolah. Tapi bukankah tak semua guru seperti itu? Ketika semua guru dilabeli negatif, lalu bagaimana nasib guru yang benar-benar mengabdi jungkir balik demi anak bangsa?

  1. Pendidikan bukan ajang liberalisasi dan komersialisasi

Guru bukan robot. Ketika guru  dianggap robot dengan memaksanya terus menerus bekerja meski pun tidak ada siswanya, maka lama kelamaan ia akan tumbang dalam memberikan ilmu, sebab ropot pun perlu waktu untuk mengisi baterainya.

Perlu sikap manusiawi dalam memperlakukan guru sebab guru bukan robot. Ketika timbul kebijakan yang tak rela guru beristirahat, jelas menunjukkan bahwa telah terjadi liberalisasi dan komersialisasi dalam dunia pendidikan. 

Mahasiswa perguruan tinggi menjerit saat UKT dinaikkan sangat tinggi, hingga kemudian dibatalkan sebab jelas mengarah ke komersialisasi dan liberalisasi pendidikan. Demikian juga dengan aturan yang  menyiratkan ketidakrelaan apabika guru menikmati istirahatnya saat siswa libur dengan anggapan telah memperoleh tunjangan profesi, negara telah keluar duit. Jelas guru dianggap robot, tenaganya dikomersialisasikan, tidak ada nilai kemanusiaan seperti dalam demokrasi Pancasila.

Pandangan publik yang negatif terhada guru. Mencap guru pemalas, mata duitan, tukang menghabiskan anggaran negara. Hanyalah disematkan oleh mereka yang berpikiran sempit dan picik hanya karena melihat segelintir oknum guru yang kurang bijak saat mengajar, atau pun kurang bijak dalam mengelola tunjangan profesi triwulannya.

Tak semua guru seburuk itu, sebab masih banyak guru yang profesional, bijak, bermoral dan berdedikasi tinggi dalam memajukan pendidikan. Bahkan rela keluar kocek dari kantongnya ketika melihat siswa belum sarapan, atau pun untuk membelikan beras bagi keluarga sang siswa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun