Menangis tiba-tiba
Anak-anak korban perceraian membawa beban luka di hatinya secara mendalam. Apalagi bila ia dibesarkan dalam pola asuh yang serba mengutamakan perasaan daripada pikiran.Â
Akibatnya, beban itu ia bawa ke sekolah. Mungkin ia memang memperhatikan saat sesi pembelajaran, namun perhatiannya tidak penuh, ada jeda disaat kemudian ia teringat dengan beban psikologis perpisahan kedua orangtuanya, sehingga kemudian  menangis tiba-tiba.
Mudah pingsan atau kesurupan
Mungkin tidak masuk akal bila membicarakan kesurupan. Tanpa harus berbicara tentang yang irasionil, namun sebetulnya kondisi kesurupan bukanlah peristiwa kemasukan jin, tuyul atau pun makhluk kasat mata lainnya. Namun berupa kondisi blank dalam memori otaknya sehingga mempengaruhi alam bawah sadarnya.
Ketika mengalami kondisi kesurupan, biasanya seseorang akan mengamuk, bengong, atau bicara meracau semaunya. Padahal kondisi ini semua bersumber dari bawah memori alam bawah sadarnya.Â
Kegelisahan dan tekanan kondisi perceraian yang dihadapi akan berpengaruh terhadap alam bawah sadar. Saat hal tersebut meluber karena kepenuhan beban, maka akan membuat si korban bertindak di luar kesadaran.
Ketika ia kurang dapat mengontrol kesadarannya, maka yang terjadi adalah pingsan, atau kesurupan atau bisa disebut sebagai kondisi ketidakmampuan mnguasai diri mealui kesadaran alam bawah sadar.
Sebetulnya masih banyak lagi ciri-ciri lain dari siswa korban perceraian. Namun ciri-ciri pokok di atas adalah yang paling urgent, penting dipahami sebelum merambat ke permasalahan yang lebih parah.Â
Cara menyelesaikan permasalahan siswa korban perceraian
Lalu apa yang sebaiknya dilakukan seorang guru profesional ketika menjumpai siswanya dalam keadaan seperti di atas akibat perceraian?