Namun bagi mereka yang atheis, tentu saja segala sesuatu tidak akan dikaitkan dengan Tuhan, sebab sudah jelas mereka tidak mengakui Tuhan, dan pastinya hanya akan dikaitkan dengan hak asasi manusia, manusia, dan manusia. Sehingga wajarlah jika saat ini segala hal menyimpang berkembang dengan pesat, karena umat manusia sudah banyak cenderung terjerat pada gaya hidup hedonisme kental dengan menafikkan keberadaan Tuhan.
Dunia terasa indah, dan memang harus diperindah, sebab dalam pandangan menafikan Tuhan, kehidupan hanyalah saat ini saja, saat di dunia saja, sehingga harus dipuaskan sehabis-habisnya sebab kelak tak dapat menikmatinya lagi. Karena duniawi yang menjadi tujuan, maka segalanya harus terpenuhi, ajaran Tuhan dipandang tahayul, dongengan orang-orang zaman dahulu kala yang tidak masuk akal.Â
Sesuatu yang tidak masuk akal jika telah meninggal, tubuh tinggal tulang-belulang dapat menjadi manusia utuh kembali, lalu mempertanggungjawabkan segala sesuatu perbuatan pada Tuhan. Bagi kaum atheis hal ini tidak masuk akal dan sulit dinalar.
Bahkan Tuhan itu siapa, bagaimana pada awalnya ada Tuhan, kenapa bisa ada Tuhan. Adanya pemikiran-pemikiran yang terlalu luas, sementara kemampuan berpikir yang diberikan Tuhan kepada manusia terbatas, sehingga tidak akan sanggup memikirkan asal mula keberadaan Tuhan. Jangankan tentang Tuhan, bahkan tentang ruh yang keluar masuk dari tubuh, manusia tidak sanggup memikirkannya.
Namun sayangnya keterbatasan berpikir tersebut justru digunakan sebagai jalan pintas untuk menarik kesimpulan bahwa memang sejatinya Tuhan tidak ada, sebab tak jelas asal usulnya.Â
Mungkin hal tersebut berdasar penyamarataan dirinya sebagai manusia dengan Tuhan, Â manusia yang ada awal mula seperti adanya ayah dan ibu, sehingga kemudian mereka-reka sendiri, bahwa mungkin Tuhan seperti itu, atau bahkan Tuhan memang tidak ada. Hidup ya sudah hidup, tak ada yang menciptakan, setelah itu mati ya sudah mati, tak ada lagi kisah sesudahnya, sebab seperti itulah alam semesta, demikian pemikiran atheis bergejolak.
Pemikiran yang seperti ini justru rancu, sebab jika hidup adalah hidup, kemudian setelah hidup lalu mati sehingga tak ada kehidupan lagi, lalu apa bedanya dengan kambing dan hewan hewan lainnya yang hidup kemudian mati tanpa ada yang dipertanggungjawabkan? Seperti apa hidup jika tanpa pertanggungjawaban? Menarikkah hidup bila seperti itu?.
Perbandingan pemikiran agamis Vs atheis
Dalam permainan game, pastilah ada yang win dan ada yang lose. Bagaimana sebuah permainan game jika tak ada yang menang dan tak ada yang kalah, tentunya hambar, sebab tak ada tujuan.Â
Demikian juga dengan kehidupan saat manusia terlahir ke dunia, impossible bila tanpa tujuan layaknya kambing, pasti ada yang berkehendak tentang tujuan kita lahir, pastinya ada tuntutan pertanggungjawaban. Sehingga endingnya ada yang win ke surga dengan amal kebajikan, atau lose ke neraka karena kejahatannya.Â
Bisa membayangkan jika hal itu tak ada, sungguh di luar nalar dan tidak masuk akal, betapa tidak indahnya sebuah kehidupan, hukum rimbalah yang berjalan, tak beda jauh dengan dunia binatang.