Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keberhasilan Vaksinasi Kunci Kesiapan Endemi

20 Oktober 2021   00:44 Diperbarui: 20 Oktober 2021   00:52 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi vaksinasi dan prokes (pic: princewilliamtimes.com)

Kecurigaan rekayasa sempat menguat, karena penjualan vaksin dianggap akan menyedot keuangan seluruh dunia. Dengan cara kesengajaan untuk membuat dunia khawatir, dilema, dan dilanda ketakutan berlebih melalui propaganda berita yang dibuat oleh negara negara penyedia vaksin demi mengeruk keuntungan. Sebab penemuan medis tidak akan berhasil jika tidak ada ketakutan yang ditimbulkan

Adanya kelompok yang meyakini tentang teori konspirasi, terlepas dari benar atau tidaknya, toh tetap mampu membuat sebagian wilayah dunia dan sebagian orang mempercayainya, akibatnya mereka menolak vaksin serta mengabaikan protokol kesehatan (prokes) dengan menolak memakai masker. 

Berbeda dengan negara maju yang menghormati perbedaan pilihan untuk tidak mengikuti vaksin, negara berkembang justru bersikap sebaliknya, sedikit memaksa warganya untuk mengikuti vaksin, ditambah ramuan pemberitaan, membuahkan hasil yang luar biasa hingga warganya berdesak-desakan ingin divaksin sampai mengabaikan prokes itu sendiri.

Sendi ekonomi amburadul karena pandemi

Terlepas dari kemanjuran vaksin yang ditawarkan, toh tetap terdapat pemikiran dari segelintir orang yang meragukan efikasi vaksin, sebab kenyataan di lapangan, meskipun telah divaksin, ternyata masih bisa terkena virus covid-19. 

Bahkan vaksin sekelas phfzer dengan efikasi mendekati sempurna pun bukan jaminan seratus persen tidak terkena virus kembal, itulah kenapa Presiden Amerika Serikat Joe Biden melakukan vaksin yang ketiga kali alias booster.

Hal inilah yang menjadi alasan sebagian orang tetap meragukan vaksinasi. Meski demikian jumlah mereka yang menolak tidaklah sebanding dengan mereka yang bersedia melakukannya, entah dengan cara membiayai sendiri, ataupun melalui vaksinasi gratis yang telah disediakan oleh pemerintah.

Vaksin gratis seperti yang telah banyak diterima oleh Indonesia, diperoleh dari negara-negara besar dunia, seperti Amerika, dan juga China. Banyaknya vaksin gratis menimbulkan sebuah pemikiran, bahwa apabila sudah banyak yang menyumbang, berarti negara kita tidak perlu lagi mengeluarkan banyak uang untuk membelinya, keuangan negara bisa dihemat, terutama yang bersumber dari hutang yang kabarnya untuk menangani pandemi covid-19 dengan penyediaan vaksin dalam negeri, dengan demikian hutang negara tidak akan bertambah lagi.

Dengan keberhasilan melakukan vaksinasi terhadap seluruh lapisan masyarakat, maka setidaknya pemerintah dapat bersikap lega, terutama warganya, sebab memperoleh semangat sugesti dati vaksin bahwa mereka akan kebal dari virus. 

Sugesti dan kepercayaan diperlukan sebagai obat penyembuh melawan gangguan virus. Jika seluruh warga loyo dan ketakutan, maka sehatpun bisa menjadi sakit, hal ini menunjukkan bahwa teror dan penyakit ternyata bersumber dari diri sendiri.

Karena pandemi covid-19 tidak bisa diprediksi kapan berakhirnya, maka kita harus berani menghadapinya dengan sugesti dan kepercayaan diri tinggi, sehingga siap menghadapi endemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun