Orangtua berusaha menghindari pemicu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) baik secra fisik maupun mental yang bisa terjadi antar keluarga, berhenti saling menuntut dan menyalahkan, memahami keadaan masing-masing anggota keluarga, sehingga tercipta keharmonisan satu dengan yang lain. Hal ini akan melahirkan suasana tenang, tentram, dan damai dalam rumah.
Apabila ada hal yang dapat memantik emosi, usahakan mendiskusikannya dengan kepala dingin. dengan demikian anak akan merasa nyaman dan betah di rumah.
2. Tidak menghakimiÂ
Saat anak terlihat kurang bersemangat, lesu, ataupun uring-uringan, sebaiknya orangtua tetap bersikap tenang, tidak mencari-cari kesalahan, ataupun memaksanya untuk menceritakan.Â
Memaksa anak untuk menceritakan justru akan membuat anak kian stres, terganggu, dan membenci orangtuanya, akibatnya dia lebih memilih curhat kepada teman-teman sebayanya, yang bisa jadi tidak memberi solusi tapi malah anjuran bunuh diri.
Orangtua sebaiknya tetap bersikap tenang, menanyainya namun secara bijak dan  bersahabat, sebab jika terlalu mengkonfrontir dan menghakimi, akan membuat anak sulit menceritakan semua permasalahannya karena didera ketakutan dan kekhawatiran.Â
Ketika anak telah mempercayai orangtua, disitulah kunci kemudahan untuk mendidik dan mengarahkan anak didapatkan.
3. Sejuk dan menenangkan
Terkadang dalam diamnya, seorang anak memikirkan keadaan yang terjadi di sekitarnya, termasuk tentang pandemi yang terjadi. Masifnya pemberitaan di televisi dan jejaring sosial terkadang menekan mental anak.Â
Ketika anak banyak bertanya tentang pandemi dan banyak jatuhnya korban yang terjadi, cobalah menceritakan dengan emosi terkendali, agar dia merasa lebih tenang dan yakin bahwa kondisi dalam rumah benar-benar aman dan melindunginya dari keadaan yang terjadi.
4. Berlatih kesabaran