Mohon tunggu...
ilank
ilank Mohon Tunggu... Guru - resign

suka sama tulisanmu

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

PPN 12%, Kehidupan Makin Sulit, Coba Bisnis Kuliner Saja

26 November 2024   11:02 Diperbarui: 26 Desember 2024   08:43 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Samarinda Food Week 2024 (sumber gambar : https://968kpfm.co.id/)

Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% yang berlaku di Indonesia mulai 1 Januari 2025 membawa dampak yang yang berarti terhadap berbagai sektor, termasuk sektor kuliner. Bisnis kuliner berpotensi menjadi salah satu sektor yang dapat bertahan dan bahkan berkembang, karena makanan sering kali menjadi salah satu prioritas dalam pengeluaran sehari-hari.

Pengalaman saya pada krisis moneter 1998 memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana kondisi ekonomi memengaruhi pilihan hidup masyarakat. Saat itu, saya menjajakan makanan "Burger dan Pangsit Mie Malang". Dengan berbekal resep tradisional dan semangat juang, saya melihat banyak pembeli yang mencari kenyamanan dalam makanan yang familiar. Saat ini, dengan kenaikan PPN menjadi 12%, kita kembali dihadapkan pada situasi yang serupa. Kenaikan pajak ini menciptakan tekanan pada daya beli masyarakat, dan dalam situasi sulit seperti ini, banyak orang cenderung beralih kepada makanan sebagai bentuk pelarian dan kenyamanan.

Dampak Kenaikan PPN 12% 

Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% pada tahun 2025 memang bisa memberikan dampak yang berarti terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Studi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef, 2024) memperkirakan bahwa beberapa dampak yang mungkin terjadi berdasarkan data dan analisis terbaru. Kenaikan PPN akan menyebabkan biaya produksi meningkat karena pelaku usaha perlu membayar lebih banyak pajak ketika membeli bahan baku atau bahan setengah jadi. Hal ini kemudian akan berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa. Dengan harga barang dan jasa yang lebih mahal, daya beli masyarakat akan menurun. Ini berarti masyarakat harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli barang yang sama, yang bisa mempengaruhi kesejahteraan mereka. Karena daya beli menurun, konsumsi masyarakat juga kemungkinan besar akan menurun. Orang-orang mungkin akan lebih berhati-hati dalam pengeluaran mereka dan mengurangi pembelian barang yang tidak terlalu penting. Penurunan konsumsi dan daya beli masyarakat dapat menyebabkan penurunan permintaan terhadap barang dan jasa, yang pada gilirannya dapat mengurangi produksi dan menyebabkan pengangguran. Kenaikan PPN akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,17%. Selain itu, nilai ekspor juga diperkirakan akan menurun sebesar 1,41%. Kenaikan PPN juga dapat menyebabkan inflasi naik sebesar 0,97%, yang akan memperburuk kondisi ekonomi.

Umumnya kenaikan PPN ini bisa membuat kehidupan masyarakat Indonesia semakin sulit, terutama bagi mereka yang sudah terbebani oleh biaya hidup yang tinggi (kumparan.com). Menurut Ciputra Pemerintah harus mempertimbangkan langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi dampak negatif ini, seperti memberikan insentif pajak atau subsidi untuk sektor-sektor yang paling terdampak (MSN.com)

Sementara, pemerintah berpendapat bahwa kenaikan PPN ini diperlukan untuk meningkatkan pendapatan negara dan mendanai berbagai program pembangunan. Tetapi, perlu diingat bahwa kesejahteraan masyarakat juga harus menjadi prioritas. Jika tidak, akan sulit bagi masyarakat untuk mendukung kebijakan tersebut. Oleh karena itu, pemerintah perlu mendengarkan suara masyarakat dan mempertimbangkan dampak jangka panjang dari kenaikan pajak ini. Dalam  ini, kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha sangat perlu untuk menciptakan solusi yang saling menguntungkan.

Hidup Sulit Hiburan dengan Makan 

Para pengusaha kuliner juga merasakan dampak yang yang berarti. Banyak di antara mereka yang terpaksa menaikkan harga menu untuk menutupi biaya tambahan akibat PPN yang lebih tinggi. Hal ini membuat banyak pelanggan berpikir dua kali sebelum membeli, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi. Sebuah laporan menunjukkan bahwa lebih dari 60% pengusaha kuliner mengalami penurunan pelanggan akibat kenaikan harga ini (Kumparan, 2022). Kondisi ini tentunya menambah tantangan bagi pelaku usaha kuliner yang sudah berjuang untuk bertahan di tengah persaingan yang ketat.

Ini sebuah paradoks, faktanya masih banyak menunjukkan bahwa bisnis kuliner masih bisa eksis. Makan tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga berperan dalam kesehatan mental dan emosional seseorang. Di tengah tekanan hidup yang semakin berat akibat kenaikan PPN dan inflasi, banyak orang yang mencari hiburan melalui makanan. Makanan sering kali menjadi pelarian bagi individu yang merasa tertekan, dan ini menciptakan permintaan yang cukup tinggi untuk usaha kuliner, meskipun harga telah meningkat. Sebuah studi menunjukkan bahwa 50% masyarakat memilih untuk menikmati makanan di luar sebagai cara untuk meredakan stres (Kumparan, 2022).

Makanan tidak hanya memperkaya pengalaman hidup, tetapi juga menjadi sarana untuk membangun hubungan sosial. Makan bersama teman atau keluarga dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan memperkuat ikatan sosial. Tetapi, dengan kenaikan harga makanan akibat PPN yang lebih tinggi, banyak orang yang terpaksa mengurangi frekuensi pertemuan sosial mereka. Ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, karena isolasi sosial dapat menyebabkan perasaan kesepian dan depresi. Oleh karena itu, perlu bagi pelaku usaha kuliner untuk mempertimbangkan penawaran paket keluarga atau diskon grup untuk mendorong orang-orang berkumpul kembali.

Pengusaha kuliner memiliki tanggung jawab untuk menciptakan pengalaman makan yang tidak hanya memuaskan secara fisik, tetapi juga emosional. Misalnya, banyak restoran yang mulai menawarkan pengalaman makan yang unik dengan suasana yang nyaman dan menu yang menarik. Hal ini bertujuan untuk menarik pelanggan yang mencari lebih dari sekadar makanan, melainkan juga pengalaman yang dapat menghibur mereka. Sebuah survei menunjukkan bahwa 40% pelanggan lebih cenderung menghabiskan uang di restoran yang menawarkan pengalaman unik dan menarik (Kumparan, 2022).

Meskipun ada tantangan yang dihadapi, peluang untuk menciptakan pengalaman positif bagi pelanggan tetap ada. Pelaku usaha bisa memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan pengalaman makan yang menarik, misalnya dengan menyelenggarakan acara khusus atau tema tertentu. Walau ada kenaikan harga, masyarakat masih bersedia untuk menikmati makanan di luar sebagai cara untuk menghibur diri.

Jadi makanan memiliki peran yang lebih dalam kehidupan manusia daripada sekadar kebutuhan. Dalam masa sulit ini, usaha kuliner harus beradaptasi dan berinovasi untuk tetap relevan dan memberikan nilai lebih bagi pelanggan mereka.

Usaha Kuliner di Masa Sulit

Usaha kuliner merupakan salah satu sektor yang paling dipengaruhi oleh kenaikan PPN tetapi, sektor ini juga menunjukkan ketahanan dan kreativitas dalam beradaptasi. Banyak pengusaha kuliner yang mulai mengeksplorasi model bisnis baru, seperti layanan pengantaran makanan dan pemesanan secara online. Menurut data dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), selama tahun 2022, sektor kuliner berbasis digital meningkat hingga 30% dibandingkan tahun sebelumnya (Kumparan, 2022).

Inovasi dalam produk juga menjadi kunci untuk bertahan di masa sulit. Banyak pelaku usaha kuliner yang mulai merilis menu sehat atau makanan lokal dengan bahan-bahan berkualitas. Hal ini tidak hanya menarik bagi konsumen yang semakin sadar akan kesehatan, tetapi juga mendukung pertanian lokal dan ekonomi daerah. Dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal, pengusaha kuliner dapat mengurangi biaya operasional dan memberikan harga yang lebih bersaing, sehingga tetap menarik bagi pelanggan meskipun PPN telah naik.

Kolaborasi antar pengusaha kuliner juga menjadi tren yang meningkat. Banyak restoran kecil yang bekerja sama untuk menawarkan paket makanan yang lebih terjangkau atau acara makanan bersama. Kolaborasi ini tidak hanya membantu mengurangi biaya pemasaran, tetapi juga menarik lebih banyak pelanggan dengan memberikan variasi yang lebih menarik. Dalam situasi yang sulit ini, solidaritas antar pelaku usaha menjadi sangat perlu untuk menciptakan sinergi yang saling menguntungkan.

Tetapi,  banyak pengusaha kecil yang belum bisa beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM, sekitar 40% usaha kecil dan menengah (UKM) mengaku kesulitan untuk bertahan akibat kenaikan biaya operasional dan penurunan pelanggan (Kumparan, 2022). Oleh karena itu, dukungan dari pemerintah dalam bentuk pelatihan dan bantuan keuangan sangat diperlukan untuk membantu mereka bertransformasi dan berinovasi.

Jadi, sektor kuliner memiliki potensi untuk bertahan dan berkembang dengan langkah yang tepat. Adaptasi, inovasi, dan kolaborasi menjadi kunci untuk menciptakan peluang baru di tengah ketidakpastian ekonomi.

Street Food Fetival (sumber foto: kaltim.tribunnews.com/)
Street Food Fetival (sumber foto: kaltim.tribunnews.com/)

Ide yang Cocok

Dalam menghadapi tantangan akibat kenaikan PPN 12%, pelaku usaha kuliner perlu mempertimbangkan ide-ide usaha yang dapat menarik pelanggan dan meningkatkan daya saing.

Pengembangan menu berbasis kesehatan. Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, mengambil langkah untuk menawarkan menu yang sehat dan bergizi dapat menjadi daya tarik tersendiri. Hal ini juga sejalan dengan tren global yang mengarah pada konsumsi makanan sehat. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), permintaan akan makanan sehat meningkat sebesar 25% dalam dua tahun terakhir (Kumparan, 2022).

Konsep pop up restaurant atau food truck. Dengan biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan restoran konvensional, model bisnis ini memungkinkan pengusaha untuk menjangkau lokasi-lokasi strategis dan menarik pelanggan baru. Food truck yang menawarkan menu unik dan berbeda dapat menarik perhatian masyarakat, terutama di acara-acara komunitas atau festival. Ini memberikan fleksibilitas dan peluang untuk bereksperimen dengan konsep yang lebih kreatif.

Integrasi teknologi dalam bisnis kuliner. Memanfaatkan aplikasi pemesanan online dan platform media sosial untuk pemasaran dapat membantu menjangkau lebih banyak pelanggan. Selain itu, menyediakan layanan pengantaran yang efisien dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam menikmati makanan tanpa harus keluar rumah. Di tengah pandemi dan kebijakan pembatasan sosial, banyak pelaku usaha yang berhasil meningkatkan penjualannya melalui layanan pengantaran (Kumparan, 2022).

Lakukan riset pasar secara berkala. Memahami tren dan preferensi konsumen dapat membantu pelaku usaha untuk beradaptasi dan menawarkan produk yang sesuai. Misalnya, mengamati apa yang sedang populer di kalangan konsumen, seperti makanan fusion atau makanan berbasis nabati, dapat memberikan wawasan yang berharga untuk pengembangan menu. Pendekatan ini tidak hanya dapat menarik pelanggan baru tetapi juga mempertahankan pelanggan lama.

Membangun komunitas usaha kuliner. Menciptakan pengalaman bersantap yang tidak hanya menekankan pada makanan, tetapi juga pada interaksi sosial dapat meningkatkan loyalitas pelanggan. Misalnya, menyelenggarakan acara memasak bersama atau kelas kuliner dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggan dan menciptakan hubungan yang lebih erat.

Dengan berbagai ide yang dapat diterapkan, pelaku usaha kuliner memiliki banyak peluang untuk bertahan dan berkembang di tengah tantangan yang ada. Kuncinya adalah tetap beradaptasi dengan kebutuhan dan preferensi konsumen serta berinovasi dalam setiap aspek bisnis.

Kiat Usaha Kuliner

Dalam menjalankan usaha kuliner di era yang penuh tantangan ini, ada beberapa kiat yang dapat membantu pelaku usaha untuk bertahan dan sukses.

Memiliki manajemen keuangan yang baik. Dengan biaya operasional yang semakin meningkat akibat kenaikan PPN, pengusaha harus lebih cermat dalam mengelola arus kas. Menggunakan perangkat lunak akuntansi untuk melacak pengeluaran dan pendapatan dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik. Data keuangan yang akurat juga dapat mempermudah dalam merencanakan strategi bisnis ke depan.

Inovasi produk. Pelaku usaha perlu terus berinovasi dan menciptakan menu yang menarik serta sesuai dengan tren yang ada. Menawarkan menu musiman atau kolaborasi dengan chef terkenal bisa menjadi cara yang efektif untuk menarik perhatian publik. Selain itu, perlu untuk mendengarkan umpan balik dari pelanggan dan melakukan penyesuaian yang diperlukan agar produk tetap relevan.

Membangun branding. Menciptakan identitas merek yang unik dan mudah diingat dapat membantu bisnis kuliner untuk menonjol di pasar. Ini termasuk desain logo, kemasan, hingga cara pelayanan yang konsisten. Pelaku usaha juga bisa memanfaatkan media sosial untuk membangun komunitas dan berinteraksi langsung dengan pelanggan. Penggunaan konten visual yang menarik dapat meningkatkan daya tarik dan membantu menciptakan buzz di platform tersebut.

Kolaborasi dengan pelaku usaha lain. Misalnya, bekerja sama dengan petani lokal untuk mendapatkan bahan baku segar atau berkolaborasi dengan influencer di media sosial dapat meningkatkan visibilitas dan daya tarik bisnis. Kolaborasi ini tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga dapat menambah nilai bagi produk yang ditawarkan.

Memiliki mentalitas yang positif dan siap beradaptasi dengan perubahan. Menghadapi tantangan adalah bagian dari perjalanan bisnis, dan pelaku usaha perlu tetap optimis serta mencari solusi yang inovatif. Mengikuti pelatihan dan seminar tentang strategi bisnis dapat memberikan wawasan baru dan membantu dalam merespons dinamika pasar yang terus berubah.

Dengan menerapkan kiat-kiat ini, pelaku usaha kuliner dapat meningkatkan peluang mereka untuk bertahan dan berkembang meskipun di tengah tantangan yang ada. Daya juang dan kreativitas menjadi kunci dalam menciptakan bisnis kuliner yang sukses di masa depan.

Penutup

Kenaikan PPN 12% dapat membawa dampak yang berarti terhadap kehidupan masyarakat dan sektor bisnis kuliner. Meskipun tantangan yang dihadapi tidak dapat diabaikan, pelaku usaha kuliner memiliki peluang untuk bertahan dan berkembang dengan strategi yang tepat. Pengusaha perlu untuk terus berinovasi, membangun branding yang kuat, dan memanfaatkan teknologi untuk menjangkau pelanggan. Selain itu, dukungan dari pemerintah dan masyarakat juga sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan bisnis kuliner.

Dalam menghadapi masa sulit ini, kolaborasi dan solidaritas antar pelaku usaha dapat menciptakan sinergi yang saling menguntungkan. Masyarakat juga diharapkan untuk lebih mendukung usaha lokal dengan membeli produk-produk kuliner dari pengusaha kecil. Dengan saling mendukung, diharapkan sektor kuliner dapat bangkit kembali dan berkontribusi pada pemulihan ekonomi yang lebih luas.

Melihat potensi yang ada, perlu bagi pengusaha untuk tetap optimis dan adaptif. Dengan kreativitas dan daya juang yang tinggi, peluang untuk sukses di sektor kuliner tetap terbuka lebar walaupun di tengah tantangan yang ada. Keberanian untuk berubah dan berinovasi akan menjadi kunci dalam menjaga kelangsungan bisnis di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun