Mohon tunggu...
Falah Yu
Falah Yu Mohon Tunggu... Guru - ngajar

suka sama cerita horor.cerpen.puisi.cerbung.humor

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Profesi Guru sebagai Panggilan Jiwa?

15 November 2024   15:00 Diperbarui: 15 November 2024   22:03 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Guru ini mau ngajar apa ngojek? olah gambar Imagine AI oleh Falah Yu

Profesi guru seringkali dianggap sebagai panggilan jiwa yang mulia. Namun, di balik kemuliaan ini, tersembunyi beragam tantangan dan kompleksitas yang harus dihadapi. Berdasarkan data Kemendikbudristek, jumlah guru di Indonesia mencapai 3,36 juta orang pada semester ganjil tahun ajaran 2023/2024. Dengan jumlah yang signifikan ini, penting untuk memahami bagaimana pengalaman dan pandangan mereka terhadap profesi yang mereka emban.

Pengalaman pribadi, baik yang manis maupun pahit, sangat mempengaruhi persepsi guru terhadap profesi mereka. Pengalaman mengajar yang penuh suka cita, seperti menyaksikan kemajuan siswa, memberikan motivasi dan kepuasan tersendiri. Sebaliknya, kondisi kerja yang berat, minimnya fasilitas pendidikan, dan kurangnya dukungan dari Kepala Sekolah dapat menimbulkan rasa frustrasi dan kelelahan. Motivasi awal menjadi guru juga berperan besar dalam membentuk komitmen mereka terhadap profesi ini. Banyak yang memilih jalur ini karena panggilan jiwa dan keinginan tulus untuk mendidik generasi muda. Namun, ada pula yang terpaksa memilih profesi ini karena keterbatasan pilihan karier lainnya, yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat kepuasan kerja mereka.

Dalam cerminan ini, terlihat bahwa profesi guru adalah sebuah perjalanan yang penuh dinamika, menuntut pengorbanan, dedikasi, dan kesabaran. Semoga dengan memahami lebih dalam tentang tantangan yang dihadapi para guru, kita dapat memberikan dukungan dan penghargaan yang layak bagi mereka yang telah berjuang demi masa depan bangsa.

Pandangan Guru Terhadap Profesi Mereka

Menjadi guru puas atau tidak, suka atau tidak, termotivasi tidak akan terbentuk dari 3 pandangan mereka pada profesinya:

1. Pengalaman Pribadi. Pengalaman mengajar yang positif atau negatif sangat mempengaruhi persepsi guru terhadap profesinya. Banyak guru merasa bangga saat melihat kemajuan siswa mereka. Saya, seorang guru SMK di Samarinda, Kalimantan Timur, merasa sangat bahagia ketika salah satu siswa yang dulunya kesulitan belajar, kini berhasil meraih prestasi, berhasil dalam karir. Pengalaman semacam ini memberikan motivasi dan kepuasan tersendiri bagi para pendidik.

Namun, tidak semua pengalaman guru bersifat positif. Banyak guru menghadapi tantangan sehari-hari yang dapat mempengaruhi pandangan mereka terhadap profesi ini. Contoh, seorang guru di daerah pedalaman Kalimantan Timur mengeluhkan minimnya fasilitas dan dukungan, yang membuat proses belajar mengajar menjadi sangat sulit. Ini menunjukkan bahwa pengalaman mengajar yang beragam dapat membentuk pandangan yang berbeda-beda, tergantung pada konteks dan kondisi yang dihadapi.

Menurut Kumparan.com. Daerah pedalaman Kalimantan Timur yang menghadapi minimnya fasilitas pendidikan, termasuk internet dan listrik, meliputi beberapa wilayah seperti Kutai Timur, Berau, dan Mahakam Ulu. Di daerah-daerah ini, akses ke pendidikan masih sangat terbatas, dan banyak sekolah yang tidak memiliki fasilitas dasar yang memadai.

2. Kondisi Kerja dan Fasilitas. Kondisi kerja yang baik dapat meningkatkan kepuasan kerja guru. Jika fasilitas sekolah memadai, seperti ruang kelas yang nyaman dan alat bantu mengajar yang cukup, dapat mendukung proses pembelajaran yang efektif. Di beberapa sekolah yang memiliki fasilitas lengkap, guru melaporkan bahwa mereka merasa lebih termotivasi dan bersemangat dalam mengajar.

Sebaliknya, di banyak daerah, terutama di wilayah terpencil, guru harus berjuang dengan kondisi yang kurang ideal. Banyak sekolah tidak memiliki fasilitas dasar, seperti toilet yang layak atau akses internet. Hal ini tentu saja menghambat proses belajar mengajar dan membuat guru merasa tertekan. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Kemdikbud, sekitar 60% guru di daerah terpencil melaporkan bahwa mereka merasa tidak puas dengan kondisi kerja mereka.

Dukungan dari Kepala Sekolah juga berperan penting dalam menentukan kepuasan kerja guru. Kepala Sekolah yang  mendukung dan pengakuan terhadap kerja keras guru dapat meningkatkan motivasi dan semangat kerja mereka. Namun, jika pimpinan tidak memberikan perhatian yang cukup, guru dapat merasa diabaikan dan kurang dihargai, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kinerja mereka.

3. Motivasi Menjadi Guru. Motivasi awal menjadi guru juga sangat berpengaruh terhadap persepsi mereka terhadap profesi ini. Banyak guru yang memilih profesi ini karena panggilan jiwa dan keinginan untuk mendidik generasi muda. Menurut pengamatan saya, guru yang memiliki motivasi intrinsik cenderung lebih bertahan dalam profesi ini meskipun menghadapi berbagai tantangan.

Namun, ada yang terpaksa memilih profesi ini karena keterbatasan pilihan karier lainnya. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat kepuasan kerja dan komitmen mereka terhadap profesi. Berdasarkan pengamatan saya, ditemukan bahwa guru yang memilih profesi ini secara sukarela cenderung lebih puas dan merasa lebih bahagia dibandingkan mereka yang terpaksa memilihnya.

Berkah Menjadi Guru

Menjadi guru adalah salah satu berkah yang penuh dengan berbagai sudut pandang indah:

1. Memberikan Dampak Positif.  Berkah terbesar dari profesi guru adalah kemampuan untuk memberikan dampak positif pada kehidupan siswa. Guru adalah lentera yang mencerdaskan bangsa, membangun generasi penerus yang berkualitas. Banyak guru merasa bangga ketika melihat siswanya berhasil dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Guru tidak hanya bertugas untuk mengajar, tetapi juga untuk membimbing dan menginspirasi siswa. Siswa yang memiliki guru peduli dan inspiratif cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih baik. Peran guru sangat penting dalam membentuk karakter dan masa depan siswa.

2. Menerima Terima Kasih dan Kasih Sayang. Berkah lain adalah rasa terima kasih dan penghargaan yang diterima dari siswa, orang tua, dan masyarakat. Banyak guru yang mengungkapkan bahwa salah satu momen paling berharga adalah ketika siswa mengucapkan terima kasih atau memberikan penghargaan atas usaha mereka. Hal ini memberikan kepuasan tersendiri dan memotivasi guru untuk terus berkarya.

3. Belajar Sepanjang Hayat. Menjadi guru juga memberikan berkah untuk belajar sepanjang hayat. Dalam proses mengajar, guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi juga belajar dari pengalaman dan interaksi dengan siswa. Hal ini menjadikan profesi guru sebagai salah satu profesi yang dinamis dan selalu berkembang.

Dengan terus belajar dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, guru dapat meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Hal ini tidak hanya menguntungkan bagi siswa, tetapi juga memberikan kepuasan tersendiri bagi guru itu sendiri. Guru yang aktif dalam pengembangan diri dan pembelajaran berkelanjutan cenderung lebih puas dengan pekerjaannya, merasa setiap hari adalah kesempatan untuk belajar sesuatu yang baru.

4. Masyarakat yang Menghargai. Di beberapa daerah, masyarakat sangat menghargai profesi guru. Dukungan dan pengakuan dari masyarakat dapat menjadi pendorong bagi guru untuk memberikan yang terbaik. Dalam beberapa komunitas, guru dianggap sebagai pilar penting dalam pembangunan masyarakat dan sering kali mendapatkan penghargaan atas kontribusinya.

Contoh yang dapat dilihat di desa-desa di Jawa Tengah, di mana guru sering kali diundang dalam acara-acara penting dan diberikan penghargaan oleh masyarakat setempat. Hal ini menciptakan rasa bangga dan motivasi bagi guru untuk terus berkontribusi dalam pendidikan.

Di Kalimantan Timur, terdapat beberapa guru yang berhasil menjadi pejabat publik, contoh Isran Noor sebelum menjadi Gubernur Kalimantan Timur, Isran Noor adalah seorang guru yang sangat peduli terhadap kesejahteraan tenaga pendidik di daerahnya. Abdullah seorang guru yang juga mengabdi sebagai imam mesjid di Kutai Kartanegara. Dedikasinya dalam pendidikan dan keagamaan membantunya menjadi Camat di Muara Muntai. Hery Cahyadi seorang guru yang mengabdi di desa terisolir di Muara Enggelam, Kutai Kartanegara. Pengalamannya sebagai guru di daerah terpencil membantunya memahami tantangan dan kebutuhan masyarakat pedalaman, yang akhirnya membantunya menjadi pejabat di pemerintahan daerah.

5. Pengabdian yang Mulia. Menjadi guru berarti berkesempatan untuk berkontribusi dalam membangun masa depan bangsa melalui pendidikan generasi muda. Dalam konteks ini, banyak guru yang merasa bahwa profesi mereka adalah sebuah pengabdian yang mulia. Mereka berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi siswa-siswa mereka, meskipun sering kali harus menghadapi berbagai tantangan.

Penghargaan sosial juga menjadi salah satu aspek yang membuat profesi guru dianggap mulia oleh masyarakat. Masyarakat sering kali memberikan apresiasi kepada guru yang telah berkontribusi dalam pendidikan, baik melalui penghargaan formal maupun informal. Hal ini dapat meningkatkan rasa bangga dan kepuasan kerja guru.

Menjadi Guru Banyak Kesulitan

Namun, tidak semua guru merasakan berkah dalam profesi ini. Banyak tantangan dan kesulitan yang membuat profesi ini menjadi beban bagi sebagian pendidik.

1. Tekanan Kerja yang Tinggi. Beban kerja guru sering kali berlebihan, mulai dari tugas administrasi hingga persiapan mengajar dan evaluasi siswa. Menurut Kumparan.com. Dalam Kurikulum Merdeka, guru menghabiskan waktu lebih dari 40 jam seminggu untuk menyelesaikan tugas-tugas administrasi pelajaran seperti perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan profesional. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental guru, serta kualitas pengajaran yang mereka berikan.

Tekanan kerja yang tinggi juga dapat menyebabkan burnout, yaitu kondisi kelelahan emosional dan fisik yang disebabkan oleh stres yang berkepanjangan. Guru yang mengalami burnout cenderung kurang produktif dan kehilangan motivasi untuk mengajar. Oleh karena itu, penting bagi pihak terkait untuk memperhatikan kesejahteraan guru agar mereka dapat menjalankan tugas dengan lebih baik.

2. Kurangnya Penghargaan Finansial Guru Honorer. Salah satu keluhan utama yang sering disampaikan oleh guru honorer adalah kurangnya penghargaan finansial. Sebagian besar guru honorer, terutama di daerah terpencil, tidak mendapatkan imbalan yang setimpal dengan tanggung jawab dan dedikasi mereka. Gaji yang rendah dan keterbatasan fasilitas sering kali menjadi masalah utama yang dihadapi oleh para pendidik. Menurut Kompasiana.com data Badan Pusat Statistik (BPS, 2021), rata-rata gaji guru honorer di Indonesia hanya sebesar Rp 1.817.000 per bulan. Angka ini jauh di bawah rata-rata gaji nasional untuk semua profesi, yaitu Rp 4.971.000 per bulan. Adanya ketimpangan gaji yang signifikan antara guru honorer dan guru PNS. Rata-rata gaji guru PNS di Indonesia mencapai Rp 5.795.000 per bulan, lebih dari tiga kali lipat gaji guru honorer.

Untuk menjaga semangat guru honorer, ada beberapa langkah yang bisa diambil. Memberikan honor yang layak dan insentif tambahan untuk menghargai dedikasi dan kerja keras mereka. Insentif ini bisa berupa tunjangan transportasi, kesehatan, atau bonus kinerja. Mengakui dan menghargai prestasi serta kontribusi guru honorer secara publik. Misalnya, memberikan penghargaan tahunan atau sertifikat pengakuan. Memastikan bahwa fasilitas pendidikan seperti ruang kelas, alat bantu mengajar, dan akses internet memadai, sehingga guru dapat bekerja dengan lebih nyaman dan efisien. Menyediakan pelatihan dan program pengembangan profesional secara berkala untuk membantu guru meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka. Ini bisa mencakup workshop, seminar, atau kursus online. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan mendukung, di mana guru merasa dihargai dan didengar. Kepala sekolah dan rekan kerja yang memberikan dukungan moral dapat membantu meningkatkan.

3. Tuntutan dari Masyarakat dan Pemerintah. Guru sering kali menjadi sasaran kritik dari masyarakat dan pemerintah ketika terjadi masalah dalam pendidikan. Tuntutan dari berbagai pihak, seperti orang tua siswa dan kepala sekolah, dapat menambah beban psikologis bagi para pendidik. Kritik yang berlebihan dan ekspektasi yang tinggi dapat menurunkan semangat dan motivasi guru, serta membuat mereka merasa tertekan dan kurang dihargai.

Tekanan ini menunjukkan betapa pentingnya dukungan dan pengakuan terhadap kerja keras guru. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan mendukung, diharapkan para guru dapat menjalankan tugas mereka dengan lebih baik dan menjaga kesehatan mental serta semangat mereka dalam mendidik generasi muda.

4. Masalah Disiplin Siswa. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh guru adalah masalah disiplin siswa. Banyak guru yang mengeluhkan perilaku siswa yang kurang sopan dan tidak menghargai proses belajar. Hal ini tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif. Masalah disiplin siswa dapat mengganggu proses pembelajaran dan membuat guru merasa tertekan.

Dalam beberapa kasus, guru harus menghadapi perilaku siswa yang agresif atau tidak kooperatif. Situasi ini dapat menambah beban psikologis bagi guru dan mengurangi motivasi mereka untuk mengajar. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk memberikan dukungan dan pelatihan kepada guru dalam menangani masalah disiplin siswa. Sering kali, guru juga terjebak dalam urusan rumit dengan orang tua siswa.

Beberapa contoh guru yang berurusan hukum karena masalah dengan siswa:

Supriyani di Konawe Selatan. Guru honorer di SDN 4 Baito, Konawe Selatan, yang dituduh penganiayaan terhadap anak anggota Polri. Kasus ini membuat Supriyani sempat ditahan oleh Kejaksaan, namun penahanannya ditangguhkan dan kasusnya masih dalam proses sidang.
Masse di Bombana. Guru SD Negeri 27 Doule, Bombana, yang diduga menganiaya siswa kelas 5 SD saat sedang memeriksa kebersihan ruang belajar. Masse dilaporkan oleh orang tua siswa ke Polres Bombana dan akhirnya dipolisikan.
Zaharman di Bengkulu. Guru SMA di Bengkulu yang dipolisikan dan diketapel oleh siswa yang sedang merokok di sekolah. Zaharman menegur siswa tersebut, namun situasi berakhir dengan tindakan kekerasan yang membuatnya harus menghadapi hukum.
Guru di Jakarta. Seorang guru di Jakarta yang dilaporkan ke pihak berwajib karena menegur siswa yang tertangkap bermain ponsel saat pelajaran. Meskipun niatnya adalah untuk menegakkan disiplin, tindakan tersebut dianggap melampaui batas hukum.

Simpulan

Pengalaman pribadi, kondisi kerja, dan motivasi awal menjadi faktor-faktor kunci yang membentuk pandangan guru terhadap profesi mereka. Penghargaan dan dukungan yang layak sangat penting untuk memastikan guru dapat menjalankan tugas mereka dengan baik dan merasa dihargai

Menjadi guru adalah profesi yang penuh dengan dedikasi dan pengabdian, namun tidak selalu membawa kebahagiaan dan kepuasan bagi semua pendidik. Terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh guru, mulai dari tekanan kerja yang tinggi, kurangnya penghargaan finansial, tuntutan yang besar dari masyarakat dan pemerintah, hingga masalah disiplin siswa. Semua faktor ini dapat menyebabkan stres, kelelahan, dan bahkan burnout bagi guru, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas pendidikan yang mereka berikan.

Kondisi ini diperburuk dengan insiden-insiden di mana guru harus berurusan dengan hukum karena masalah disiplin siswa, yang tidak hanya menambah beban psikologis tetapi juga mengurangi semangat dan motivasi mereka dalam mengajar. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak terkait untuk lebih memperhatikan kesejahteraan guru, memberikan dukungan yang memadai, dan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun