Mohon tunggu...
Falah Yu
Falah Yu Mohon Tunggu... Guru - ngajar

suka sama cerita horor.cerpen.puisi.cerbung.humor

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Profesi Guru sebagai Panggilan Jiwa?

15 November 2024   15:00 Diperbarui: 15 November 2024   22:03 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

5. Pengabdian yang Mulia. Menjadi guru berarti berkesempatan untuk berkontribusi dalam membangun masa depan bangsa melalui pendidikan generasi muda. Dalam konteks ini, banyak guru yang merasa bahwa profesi mereka adalah sebuah pengabdian yang mulia. Mereka berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi siswa-siswa mereka, meskipun sering kali harus menghadapi berbagai tantangan.

Penghargaan sosial juga menjadi salah satu aspek yang membuat profesi guru dianggap mulia oleh masyarakat. Masyarakat sering kali memberikan apresiasi kepada guru yang telah berkontribusi dalam pendidikan, baik melalui penghargaan formal maupun informal. Hal ini dapat meningkatkan rasa bangga dan kepuasan kerja guru.

Menjadi Guru Banyak Kesulitan

Namun, tidak semua guru merasakan berkah dalam profesi ini. Banyak tantangan dan kesulitan yang membuat profesi ini menjadi beban bagi sebagian pendidik.

1. Tekanan Kerja yang Tinggi. Beban kerja guru sering kali berlebihan, mulai dari tugas administrasi hingga persiapan mengajar dan evaluasi siswa. Menurut Kumparan.com. Dalam Kurikulum Merdeka, guru menghabiskan waktu lebih dari 40 jam seminggu untuk menyelesaikan tugas-tugas administrasi pelajaran seperti perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan profesional. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental guru, serta kualitas pengajaran yang mereka berikan.

Tekanan kerja yang tinggi juga dapat menyebabkan burnout, yaitu kondisi kelelahan emosional dan fisik yang disebabkan oleh stres yang berkepanjangan. Guru yang mengalami burnout cenderung kurang produktif dan kehilangan motivasi untuk mengajar. Oleh karena itu, penting bagi pihak terkait untuk memperhatikan kesejahteraan guru agar mereka dapat menjalankan tugas dengan lebih baik.

2. Kurangnya Penghargaan Finansial Guru Honorer. Salah satu keluhan utama yang sering disampaikan oleh guru honorer adalah kurangnya penghargaan finansial. Sebagian besar guru honorer, terutama di daerah terpencil, tidak mendapatkan imbalan yang setimpal dengan tanggung jawab dan dedikasi mereka. Gaji yang rendah dan keterbatasan fasilitas sering kali menjadi masalah utama yang dihadapi oleh para pendidik. Menurut Kompasiana.com data Badan Pusat Statistik (BPS, 2021), rata-rata gaji guru honorer di Indonesia hanya sebesar Rp 1.817.000 per bulan. Angka ini jauh di bawah rata-rata gaji nasional untuk semua profesi, yaitu Rp 4.971.000 per bulan. Adanya ketimpangan gaji yang signifikan antara guru honorer dan guru PNS. Rata-rata gaji guru PNS di Indonesia mencapai Rp 5.795.000 per bulan, lebih dari tiga kali lipat gaji guru honorer.

Untuk menjaga semangat guru honorer, ada beberapa langkah yang bisa diambil. Memberikan honor yang layak dan insentif tambahan untuk menghargai dedikasi dan kerja keras mereka. Insentif ini bisa berupa tunjangan transportasi, kesehatan, atau bonus kinerja. Mengakui dan menghargai prestasi serta kontribusi guru honorer secara publik. Misalnya, memberikan penghargaan tahunan atau sertifikat pengakuan. Memastikan bahwa fasilitas pendidikan seperti ruang kelas, alat bantu mengajar, dan akses internet memadai, sehingga guru dapat bekerja dengan lebih nyaman dan efisien. Menyediakan pelatihan dan program pengembangan profesional secara berkala untuk membantu guru meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka. Ini bisa mencakup workshop, seminar, atau kursus online. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan mendukung, di mana guru merasa dihargai dan didengar. Kepala sekolah dan rekan kerja yang memberikan dukungan moral dapat membantu meningkatkan.

3. Tuntutan dari Masyarakat dan Pemerintah. Guru sering kali menjadi sasaran kritik dari masyarakat dan pemerintah ketika terjadi masalah dalam pendidikan. Tuntutan dari berbagai pihak, seperti orang tua siswa dan kepala sekolah, dapat menambah beban psikologis bagi para pendidik. Kritik yang berlebihan dan ekspektasi yang tinggi dapat menurunkan semangat dan motivasi guru, serta membuat mereka merasa tertekan dan kurang dihargai.

Tekanan ini menunjukkan betapa pentingnya dukungan dan pengakuan terhadap kerja keras guru. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan mendukung, diharapkan para guru dapat menjalankan tugas mereka dengan lebih baik dan menjaga kesehatan mental serta semangat mereka dalam mendidik generasi muda.

4. Masalah Disiplin Siswa. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh guru adalah masalah disiplin siswa. Banyak guru yang mengeluhkan perilaku siswa yang kurang sopan dan tidak menghargai proses belajar. Hal ini tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi para pendidik dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif. Masalah disiplin siswa dapat mengganggu proses pembelajaran dan membuat guru merasa tertekan.

Dalam beberapa kasus, guru harus menghadapi perilaku siswa yang agresif atau tidak kooperatif. Situasi ini dapat menambah beban psikologis bagi guru dan mengurangi motivasi mereka untuk mengajar. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk memberikan dukungan dan pelatihan kepada guru dalam menangani masalah disiplin siswa. Sering kali, guru juga terjebak dalam urusan rumit dengan orang tua siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun