Mohon tunggu...
Falah Yu
Falah Yu Mohon Tunggu... Guru - ngajar

juga suka dagang sambil nunggu warung diisi catat mencatat tulis menulis ketik mengetik kata mengata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Vonis Bebas untuk Pak Guru

24 Oktober 2024   15:46 Diperbarui: 27 Oktober 2024   10:15 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gilang menepis tangan pak Haris dengan keras. "Jangan sentuh saya, pak! Saya nggak mau ikut!"

Kemudian, tanpa berpikir panjang, pak Haris menampar wajah Gilang. Tamparan itu memecah keheningan di lapangan. Gilang terjatuh, wajahnya memerah, air matanya mengalir deras. "Pak, kenapa bapak lakukan ini?" tanyanya sambil menangis. Anak-anak lain yang melihat kejadian itu hanya bisa terdiam, terkejut.

Pak Haris merasa bersalah, tetapi ia juga merasa bahwa tindakan tersebut diperlukan untuk mendisiplinkan Gilang. "Saya hanya ingin kamu mengerti pentingnya disiplin, Gilang." Namun, Gilang langsung berlari meninggalkan lapangan, menuju rumahnya. Ia merasa sangat terluka, tidak hanya secara fisik, tetapi juga emosional.

                                                            

                             ***

Setibanya di rumah, ia melaporkan kejadian tersebut kepada orang tuanya, pak Dedi dan istrinya, ibu Sari. "Papa, pak Haris tampar saya! Dia jahat!" teriak Gilang sambil menangis.

Pak Dedi, yang mendengar laporan anaknya, langsung marah."Pak Haris menampar kamu?" tanyanya dengan nada keras.

"Iya, Pa. Sakit sekali," jawab Gilang dengan suara yang terisak-isak.

Pak Dedi langsung meradang. "Saya tidak terima! Kita harus laporkan dia ke polisi!. Ini nggak bisa dibiarkan. Papa akan urus ini, Gilang. Guru nggak boleh main tangan sama murid!"

Ibu Sari mencoba menenangkan suaminya, "Tapi, papa, mungkin ada cara lain. Kita bisa bicara baik-baik...". Namun, Pak Dedi sudah terlanjur bertekad. Mereka pun pergi ke kantor polisi untuk melaporkan Pak Haris.

                                ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun