***
Di kamarnya, terpikir oleh Pras ingin menulis surat untuk presiden. Ia ingin pemimpin negara mengetahui nasib sekolahnya. Tangannya kemudian merobek bagian tengah buku tulis, meraih pena dalam tas, lalu sibuk menyusun kalimat pembuka.
Assalamualaikum, Pak Presiden. Perkenalkan, nama saya Prastowo Handyoko. Siswa kelas 4 SD Panca Nusa dari Kabupaten Bangun Bedoyo, Jawa Tengah. Saya, mewakili sekolah, mau menyampaikan sesuatu kepada Bapak. Saat sedang piket, tidak sengaja saya mendengar kalau sekolah akan ditutup. Disulap jadi vila sama orang kota. Saya tidak tahu dari kota mana, cuma itu membuat semuanya sedih. Saya, teman-teman, bapak dan ibu guru, tidak mau kehilangan sekolah tercinta ini...
Tulisan terputus. Ibu menghambur masuk kamar, meminta dibelikan garam dan bawang merah untuk pecel pincuk dagangannya esok pagi. Seiring langkah menuju warung, Pras mendapati Aji baru saja diserang tiga bocah dari dusun lain.
"Kamu kenapa, Ji?"
Aji langsung menggenggam erat lengan baju Pras. Wajahnya pias berkeringat. "Tolongin aku, Pras. Mereka malak uangku, padahal mau kubelikan layangan."
"Aku juga enggak bisa ngelawan mereka sendirian. Kita atur siasat saja."
Mereka berdua membuntuti ketiga bocah. Sebentar lagi bocah-bocah itu akan melewati rumah Pakde Harjo, seorang tuan tanah yang punya dua anjing besar. Tali kekangnya terikat mengendur dan pagar berandanya terbuka. Saat itulah, Pras melontarkan kerikil dengan karet, mengarahkannya ke moncong. Kebetulan, tiga bocah itu melintas dan si anjing mengira merekalah pelakunya. Tanpa ampun kejar-kejaran pun terjadi. Kocar-kacir. Adegan itu membuat Pras dan Aji tertawa puas. Karena peristiwa itu Aji mengubah penilaiannya terhadap Pras. Ia tak mau lagi meremehkan impian orang baik yang tulus menolongnya.
Kebaikan dari diri Pras turut mengaliri temannya yang lain. Tiga hari setelah menolong Aji, ternyata Ning diserang demam tinggi. Membuatnya kepayahan jika nekat masuk sekolah. Tanpa diketahui olehnya, dengan cekatan dan detil Pras menyalin seluruh materi yang disampaikan guru. Sebelum senja menyapa, catatan itu lantas diantarkan ke rumah Ning, membuat gadis yang selalu dikepang rambutnya itu terharu.
Pras tak henti melakukan kebaikan untuk orang-orang di sekelilingnya. Teman sekelasnya lambat laun berubah simpatik dan mendukung cita-citanya. Tak lupa ia terus mencurahkan isi hatinya untuk presiden melalui surat. Walau kemudian tanpa terasa usianya menginjak angka 19, perubahan belum kunjung datang, Pras tetap merawat mimpinya. Menjadi presiden untuk mengabulkan harapannya.[]
Bekasi, 11-12 Agustus 2023