***
Tubuh Dewo yang sudah terisi nyawa pemimpin Nazi itu nyatanya berbuah celaka. Lima hari setelah penggunaan, tabiat dan arus pikirannya terkontaminasi karakter si pemilik; berdarah dingin dan tanpa ampun. Lidahnya berhasil menghabisi tiga rival sesama anggota dewan yang berusaha menjegal pengembangan proyek kemudian melenyapkannya diam-diam, persis Hitler di masa kejayaannya menginjak-injak asasi Berlin. Aksi itu akhirnya terendus kepolisian. Mulai dikerahkan agen intelijen yang khusus menyoroti segala gerik Dewo andaikata jatuh korban lagi. Jika malam datang, seperempat kesadaran tersentak menyadari kegilaan yang dibuatnya. Resah dan takut menghantui jika tak bisa menyambut hari esok, sementara proyek ambisius hampir memasuki separuh jalan.
Jelang seminggu, Dewo kembali menyambangi kios. Gusar menggumuli dadanya.
"Tuan, apa saya bisa mengganti nyawa?"
"Terserah. Asal sesuatu yang kaujaminkan bernilai sebanding."
Seiring misi proyek terus digulirkan, tanpa sadar Dewo menjadikan dirinya entitas tidak beraturan. Nyawa-nyawa penguasa masa lampau berkelindan mengunci raga dan terus memaksanya berubah. Usai Hitler mengancam akan menyiksanya dengan revolver jika tak dikembalikan ke asal, bergantian ia membeli nyawa Napoleon, Coen, Ken Arok, hingga Oda Nobunaga. Sempat dibujuknya Tuan Azaril untuk menyerahkan nyawa sosok-sosok pemberani seperti Umar Bin Khattab, Diponegoro, Gandhi, dan Soedirman. Walau Dewo berani mempertaruhkan aset rahasia, tetap ditentang keras.
"Mereka terlalu mulia untuk pria serakah sepertimu!" sergahnya. Â Â Â Â
 Sewindu tanpa hasil, Dewo malah lekat terperangkap dalam raga babi ngepet yang mati penasaran, setelah Raja Iblis berganti rupa dan sukses menipunya.[]
(*) Bekasi---Jakarta, 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H