Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Makna Matahari

30 Desember 2021   16:01 Diperbarui: 30 Desember 2021   17:01 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasih Ibu dan Sang Surya

Ingat, kan lirik lagu Kasih Ibu,

"Kasih ibu kepada beta

Tak terhingga sepanjang masa

Hanya memberi, tak harap kembali

Bagai sang surya menyinari dunia."

Lagu itu dinyanyikan ketika anak-anak dengan penuh kegembiraan di sekolah, di rumah baik itu sendirian atau bersama teman-teman.

Lagu Kasih Ibu merupakan penghargaan kepada ibu yang tak mampu diukur dan dibalas dengan apapun. Kasih yang diberi tak harap kembali itu disamakan dengan sang surya (matahri) menyinari dunia.

Foto diambil dari Pixabay.com
Foto diambil dari Pixabay.com

Ada 5 Makna Matahari

Dari matahari ada 5 makna, menurut saya ya. Boleh berbeda pendapat, kan?

Pertama, jangan merasa paling berperan dan berjasa ketika melakukan sesuatu. Karena setiap orang memiliki peran dan  jasa masing-masing, kan?

Seperti petitih Minang, "Nan pakak panembak badia, nan buto pahambuih lasuang, nan lumpuah pahalau ayam."

Di bahasa Indonesiakan, "Yang pekak penembak bedil, yang buta pengembus lesung, yang lumpuh penghalau ayam."

Kedua, saya sampai kini belum pernah mendengar matahari berhitung pamrih dengan sinar yang dipancarkan memiliki banyak manfaat ke alam semesta. 

Mungkin, matahari sadar, Tuhan yang menciptakan matahari saja tak pernah meminta pamrih kepada matahari .

Ketiga, berbuat kebaikan, jangan berhitung rugi dan untung. Kebaikan itu bagai lingkaran yang ketika seseorang berbuat baik maka kebaikan itu akan kembali kepada yang berbuat baik. Ingat, kan petitih, "Siapa menanam, akan menuai".

Keempat, hidup bukan untuk membuktikan diri dan mengalahkan orang lain. Karena, setelah membuktikan diri dan mengalahkan orang lain, kita mau apa?

Kelima, matahari timbul dan tenggelam. Tidak ada yang bisa berada di posisi atas selama-lamanya dan berada di bawah selama-lamanya.

Posisi atas dan bawah bergiliran karena itu berusahalah untuk bermanfaat ketika berada di atas atau di bawah.

Gegara tulisan ini, apakah saya berkeinginan menjadi matahari? Tidak, saya manusia dengan kekurangan dan kelebihan yang berusaha memperbaiki diri.

Celakanya sifat merasa paling berjasa, berbuat kebaikan menghitung rugi dan untung, membuktikan diri dan bernafsu mengalahkan orang lain masih ada dalam diri. Sungguh saya terlalu.

JR

Curup

30 Desember 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun