Kasih Ibu dan Sang Surya
Ingat, kan lirik lagu Kasih Ibu,
"Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia."
Lagu itu dinyanyikan ketika anak-anak dengan penuh kegembiraan di sekolah, di rumah baik itu sendirian atau bersama teman-teman.
Lagu Kasih Ibu merupakan penghargaan kepada ibu yang tak mampu diukur dan dibalas dengan apapun. Kasih yang diberi tak harap kembali itu disamakan dengan sang surya (matahri) menyinari dunia.
Ada 5 Makna Matahari
Dari matahari ada 5 makna, menurut saya ya. Boleh berbeda pendapat, kan?
Pertama, jangan merasa paling berperan dan berjasa ketika melakukan sesuatu. Karena setiap orang memiliki peran dan  jasa masing-masing, kan?
Seperti petitih Minang, "Nan pakak panembak badia, nan buto pahambuih lasuang, nan lumpuah pahalau ayam."
Di bahasa Indonesiakan, "Yang pekak penembak bedil, yang buta pengembus lesung, yang lumpuh penghalau ayam."
Kedua, saya sampai kini belum pernah mendengar matahari berhitung pamrih dengan sinar yang dipancarkan memiliki banyak manfaat ke alam semesta.Â
Mungkin, matahari sadar, Tuhan yang menciptakan matahari saja tak pernah meminta pamrih kepada matahari .
Ketiga, berbuat kebaikan, jangan berhitung rugi dan untung. Kebaikan itu bagai lingkaran yang ketika seseorang berbuat baik maka kebaikan itu akan kembali kepada yang berbuat baik. Ingat, kan petitih, "Siapa menanam, akan menuai".
Keempat, hidup bukan untuk membuktikan diri dan mengalahkan orang lain. Karena, setelah membuktikan diri dan mengalahkan orang lain, kita mau apa?
Kelima, matahari timbul dan tenggelam. Tidak ada yang bisa berada di posisi atas selama-lamanya dan berada di bawah selama-lamanya.
Posisi atas dan bawah bergiliran karena itu berusahalah untuk bermanfaat ketika berada di atas atau di bawah.
Gegara tulisan ini, apakah saya berkeinginan menjadi matahari? Tidak, saya manusia dengan kekurangan dan kelebihan yang berusaha memperbaiki diri.
Celakanya sifat merasa paling berjasa, berbuat kebaikan menghitung rugi dan untung, membuktikan diri dan bernafsu mengalahkan orang lain masih ada dalam diri. Sungguh saya terlalu.
JR
Curup
30 Desember 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H