Ibnu Khaldun pernah belajar ilmu bahasa, ilmu hadis, fikih, filsafat, logika, kalam, ilmu alam, matematika, astronomi, ekonomi, sejarah, politik, puisi, retorika, filologi.Â
Sehingga Ibnu Khaldun dianggap ilmuan ensiklopedis, yang menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan itu.
Artinya, peristiwa sejarah, sosial, politik dan ekonomi dirujuk kepada al-Qur'an dan Hadis kemudian dianalisis dari ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh Ibnu Khaldun serta pengalaman pernah berkecimpung lama di dunia politik sehingga melahirkan corak keilmuan rasional-empiris.
Sebab Ibnu Khaldun pernah menjadi sekretaris resmi sultan, hakim, perdana menteri, guru besar universitas, juru runding dengan Timur Lenk.
Corak berpikir rasional-empiris itu membuat Ibnu Khaldun melahirkan karya-karya besar dalam bentuk buku berjudul, al-Muqaddimah, al-'Ibar dan al-Ta'rif
Buku al-Muqaddimah mengkaji tentang peristiwa sosial, perkembangan politik, atau jatuh bangunnya suatu kerajaan. Ibnu Khaldun menyamakan jatuh bangun suatu kerajaan atau peradaban seperti hidup manusia yang lahir, tumbuh, mundur dan mati.
Buku al-'Ibar mengkaji tentang rangkaian perenungan sejarah dengan tujuan untuk dipahami, dan kemudian pengetahuan sejarah yang direnungi dan diamati itu dijadikan pedoman untuk bertindak.
Buku al-Ta'rif merekam kisah perjalanan hidup yang Ibnu Khladun tulis sendiri. Sebuah autobiografi yang menguraikan peristiwa hidup yang dialami, kasidah-kasidah (puisi Arab) yang dibuat, surat-surat yang dikirimkan kepada tokoh penting atau balasan dari tokoh itu.
Ibnu Khaldun membuktikan bahwa kemunduran politik tidak mempengaruhi jalan kebebasan berfikir seseorang dan kebesaran keintelektualan yang bersumber dari agama dianut yang berpadu dengan analisa akal, pengalaman hidup dan penelitian (rasional-empiris).
JR