Jiwa tumbuh-tumbuhan mempunyai tiga daya yaitu makan, tumbuh dan berkembang biak. Sedangkan daya jiwa hewan yaitu bergerak, dan menangkap berdasarkan insting.
Ini berbeda dengan jiwa manusia yang memiliki daya berpikir praktis seperti kemampuan mengendalikan apa yang diinginkan tubuh dan berpikir abstrak.
Sifat seseorang tergantung dari satu diantara ketiga jiwa itu yang banyak mempengaruhi jiwanya.
Apabila jiwa seseorang banyak dipengaruhi jiwa hewan maka prilakunya seperti hewan, tahu sendiri kan bagaimana sifat hewan?
Sedangkan jika jiwa seseorang dikuasai oleh jiwa tetumbuhan maka yang dilakukan makan terus-menerus untuk pertumbuhan fisik dan berkembang biak. Pernah kan dengar kata-kata "hidup hanya untuk makan?" Â
Baca juga : Ibnu Sina dan Mahakaryanya
Ini berbeda ketika jiwa seseorang dikuasai jiwa manusia yang memiliki akal pikiran untuk mempertimbangkan mana yang terbaik dan terburuk sehingga bisa mengendalikan jiwa hewan dan jiwa tetumbuhan. Â
Pun bagi Ibnu Sina ketika seseorang meninggal yang hancur adalah badan sedangkan jiwa tidak hancur karena itu dihari kiamat, jiwa lah yang menikmati kebahagian di surga dan dihukum jika masuk neraka.
Filsafat jiwa Ibnu Sina terasa penting dikemukan dan dibahas saat ini ketika sebagian perilaku orang-orang yang lebih dikuasai oleh jiwa hewan yang 'bergerak' dan 'menangkap' apapun bagaikan halal, haram hantam saja (H3).
Juga jiwa tetumbuhan yang kerjanya 'makan' dan 'berkembang biak', bukankah ada sebagian orang-orang yang berjiwa tetumbuhan.
Ditengah-tengah mulai memudar jiwa manusia yang berpikir untuk melakukan kebaikan dan yang terbaik di bidang politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pendidikan, sosial, dan keagamaan. Bukankah begitu?
JR
Curup
01.09.2020.
[Ditulis untuk Kompasiana.com]