Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Jiwa Ibnu Sina

1 September 2020   23:31 Diperbarui: 24 Mei 2021   16:11 3673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat seorang Ibnu Sina (Illustrated by IDNTimes.co)

Sekilas tentangIbnu Sina (980 -- 1038 M)

Ibnu Sina di dunia Barat dikenal dengan nama Avicenna. Lahir di tahun 370 Hijriah/980 Masehi di Afsyanah, sebuah kota kecil di Uzbekistan saat ini.

Tahu Ibnu Sina kan? Ibnu Sina yangfilosof muslim, dokter, psikolog, sastrawan, ahli logika, ilmu politik, ilmu tasawuf. Hidup Ibnu Sina didedikasan untuk membaca, menulis dan meneliti.

Semangat tinggi dalam membaca, menulis dan meneliti sebabkan Ibnu Sina jarang tidur dan jarang makan.

Baca juga : Pemutaran Film Biografi Ibnu Sina oleh Kedutaan Uzbekistan Berlangsung Meriah

Ini berpengaruh kepada kondisi kesehatan tubuh Ibnu Sina yang semakin menurun sehingga terserang sakit maag kronis. Ibnu Sina wafat di usia 58 tahun pada tahun 428 H/1036 M di Hamadzan, Iran.

Filsafat (pemikiran) Ibnu Sina diperoleh dari membaca dan meneliti buku-buku karya filosof Yunani Kuno seperti Socrates, Plato dan Aristoteles yang disaring dan dipadukan dengan Al-Qur'an dan Hadis.

Illustrated by Lunarabrands.com
Illustrated by Lunarabrands.com

Filsafat Jiwa, Pemaduan Agama Islam dan Filosof Yunani Kuno 

Diantara pemikiran (filsafat) Ibnu Sina itu tentang jiwa. Ibnu Sina menyatakan bahwa jiwa manusia (nafs) berwujud ruhani bukan fisik dan berada dalam tubuh seseorang.

Informasi ini diperoleh Ibnu Sina dari al-Qur'an, Hadis dan filsafat jiwa Socrates, Plato dan Aristoteles.

Di dalam al-Qur'an surat Shaad disebutkan "Maka apabila telah Ku (Allah) sempurnakan kejadian manusia dan Ku (Allah) tiupkan kepada manusia ruh-Ku (Allah)."

Baca juga : Belajar Mengatasi Kepelikan Masalah dari Filosof Ibnu Sina

Karena itu bayi di dalam janin ketika berusia 120 hari maka Allah selama 40 hari meniupkan ruh-Nya melalui malaikat sehingga jasad bayi hidup dan bergerak.

Informasi al-Qur'an itu sesuai dengan pendapat filosof Yunani Kuno seperti Socrates, Plato dan Aristoteles.   

Socrates berpendapat bahwa jiwa manusia telah ada sebelum manusia diciptakan dan dalam keadaan yang tidak diketahui.

Plato berpendapat bahwa jiwa manusia kekal sedangkan Aristoteles berpendapat jiwa adalah prinsip hidup dan semua yang hidup mempunyai jiwa.

Ibnu Sina melakukan pemaduan dari al-Qur'an, Hadis dan ketiga pendapat dari filosof Yuanani Kuno itu.

Ibnu Sina melakukan pengembangan sendiri filsafat jiwa sesuai dengan apa yang dipahami dan ilmu yang dimiliki.

Sehingga memperkuat informasi dari al-Qur'an dan Hadis tentang jiwa. Kemudian oleh Ibnu Sina dituliskan dan dijelaskan secara rasional dan logis kepada orang lain.

Illustrated by Jernih.co
Illustrated by Jernih.co
Filsafat Jiwa Ibnu Sina

Menurut Ibnu Sina, ada tiga macam jiwa yaitu jiwa tumbuh-tumbuhan, jiwa hewan, dan jiwa manusia.

Jiwa tumbuh-tumbuhan mempunyai tiga daya yaitu makan, tumbuh dan berkembang biak. Sedangkan daya jiwa hewan yaitu bergerak, dan menangkap berdasarkan insting.

Ini berbeda dengan jiwa manusia yang memiliki daya berpikir praktis seperti kemampuan mengendalikan apa yang diinginkan tubuh dan berpikir abstrak.

Sifat seseorang tergantung dari satu diantara ketiga jiwa itu yang banyak mempengaruhi jiwanya.

Apabila jiwa seseorang banyak dipengaruhi jiwa hewan maka prilakunya seperti hewan, tahu sendiri kan bagaimana sifat hewan?

Sedangkan jika jiwa seseorang dikuasai oleh jiwa tetumbuhan maka yang dilakukan makan terus-menerus untuk pertumbuhan fisik dan berkembang biak. Pernah kan dengar kata-kata "hidup hanya untuk makan?"  

Baca juga : Ibnu Sina dan Mahakaryanya

Ini berbeda ketika jiwa seseorang dikuasai jiwa manusia yang memiliki akal pikiran untuk mempertimbangkan mana yang terbaik dan terburuk sehingga bisa mengendalikan jiwa hewan dan jiwa tetumbuhan.  

Pun bagi Ibnu Sina ketika seseorang meninggal yang hancur adalah badan sedangkan jiwa tidak hancur karena itu dihari kiamat, jiwa lah yang menikmati kebahagian di surga dan dihukum jika masuk neraka.

Filsafat jiwa Ibnu Sina terasa penting dikemukan dan dibahas saat ini ketika sebagian perilaku orang-orang yang lebih dikuasai oleh jiwa hewan yang 'bergerak' dan 'menangkap' apapun bagaikan halal, haram hantam saja (H3).

Juga jiwa tetumbuhan yang kerjanya 'makan' dan 'berkembang biak', bukankah ada sebagian orang-orang yang berjiwa tetumbuhan.

Ditengah-tengah mulai memudar jiwa manusia yang berpikir untuk melakukan kebaikan dan yang terbaik di bidang politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pendidikan, sosial, dan keagamaan. Bukankah begitu?

JR

Curup

01.09.2020.

[Ditulis untuk Kompasiana.com]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun