Pada masa perang dunia ll, Einstein sendiri pernah mengirim surat kepada Presiden Amerika saat itu mengenai kemungkinan manusia bisa membuat bom atom.
Satu bulan sebelumnya para ilmuwan menguji coba reaksi berantai nuklir yang berlangsung hanya dalam sepersekian detik, dikenal dengan kode 'Trinity'.
Bom ini bermuatan plutonium yang setara dengan bom yang kelak dijatuhkan di Nagasaki, kala uji coba hasil daya ledaknya setara dengan 19 kiloton TNT yang menghasilkan awan jamur setinggi 16 kilometer dan gelombang kejutnya dapat dirasakan sejauh jarak 160 kilometer.
Momen uji coba Trinity ini menjadi ledakan bom atom pertama di muka bumi. Kemudian bom atom dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan sekutu pada Perang Dunia II di bulan Agustus 1945 di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Perang Dunia II terhenti dan nyawa 300 ribu rakyat Jepang melayang.
Peristiwa ini menjadi debat picu berkepanjangan sampai saat ini ketika melihat ilmu dan ilmuwan yang hasil temuannya digunakan untuk berbuat buruk. Karena di lain sisi atom dengan pengembangan nuklirnya mampu bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Posisi ilmu dan ilmuan dalam kasus diatas bagaikan pedang bermata dua, berkah sekaligus bencana. Berkah karena mampu menghentikan Perang Dunia II. Bencana karena 300 ribu nyawa rakyat Jepang melayang. Lalu apa kegunaan ilmu pengetahuan?
Di Kamus Besar Bahasa Indonesia online, ilmuwan berarti orang yang ahli atau banyak pengetahuannya mengenai suatu ilmu, orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan.
Di batas ini ilmuwan dipandang sebagai orang yang ahli, pengetahuannya banyak dan orang yang berkecimpung atau berenang dalam lautan ilmu.
Adakah jaminan bahwa orang yang ahli, pengetahuan yang banyak dan berenang dalam lautan ilmu berbanding lurus untuk berbuat baik ataukah berbuat buruk.