Filsafat Positivistik yang "Meracuni" SainsÂ
Auguste Comte yang dianggap sebagai bapak dari filsafat positivis kemudian melahirkan Ilmu Pengetahuan Alam modern.
Positivis sebuah aliran dalam filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak metafisika (hal-hal dibalik yang fisik atau tampak).
Tidak mengenal adanya pendapat atau dugaan yang tidak berdasarkan kenyataan (spekulasi), semua didasarkan pada data empiris (berdasarkan pengalaman, percobaan, pengamatan).
Sebab itu hal-hal yang gaib (metafisika) seperti malaikat, jin, wali Tuhan ditolak oleh kaum positivis karena tidak bisa diempiriskan melalui eksperimen. Â
Pun cara-cara penerapan yang dilakukan oleh ilmu pengetahuan harus dapat pula diterapkan pada ilmu-ilmu lainnya supaya hasilnya persis sama.
Umpama, kala Ilmu Pengetahuan Alam meneliti air sampai suhu berapa mendidihnya maka disimpulkan bahwa air yang dipanaskan pada suhu 100 derajat celcius akan mendidih.
Oleh kaum positivis (Ilmu Pengetahuan Alam) cara-cara penelitian diatas dapat pula diterapkan dan digunakan kepada ilmu pengetahuan lainnya. Mereka lupa bahwa itu hanya dapat diterapkan kepada benda mati.
Ini tidak akan mungkin bisa diterapkan kepada kepada ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan agama, ilmu pengetahuan humaniora dan ilmu-ilmu lainnya.
Dapatkah penilaian ini diterapkan kepada ilmu sosial yang bukan meneliti benda mati yaitu manusia.