Tampaknya siapapun para penguasa dan dimanapun perlu belajar kepada Marcus Tullius Cicero atau kita lebih mengenalnya sebagai Cicero.Â
Pemikir terkenal sekaligus tokoh dari tanah Romawi Kuno yang seorang penulis, orator, filosof, dan politikus.
Sanjung puja-puji tak henti mengalir dari orang-orang kepada Cicero. Tak ingin larut dengan puja-puji sanjung yang melenakan diri dan manusia tak luput dari salah dan khilaf maka Cicero memperkerjakan seorang budak yang selalu berbisik kepadanya di tengah-tengah kerumunan orang yang mendengar ia berorasi. Â
Cak Nun di website caknun.com dengan judul tulisan 'tiga orang' menjelaskan tentang orang bijak mengerti susahnya menjadi penguasa, orang pandai memahami beratnya menjadi penguasa, orang dungu merasakan enaknya jadi penguasa.
Lanjutnya lagi "Orang bijak mengerti kenapa sebisa mungkin jangan sampai ia menjadi penguasa, tetapi ringan hatinya untuk kehilangan kekuasaan.
"Orang pandai memahami bagaimana menjadi penguasa, serta memahami bagaimana mempertahankan kekuasaan."
"Orang dungu tidak tahu kenapa ia direkayasa menjadi penguasa, sehingga lebih tidak tahu lagi kenapa ia harus turun dari kursi kekuasaannya.
"Orang bijak tidak tahu bagaimana pasang muka. Orang pandai tahu persis bagaimana pasang muka. Orang dungu tahunya hanya pasang muka."
"Orang bijak berjuang menyelami hati rakyat. Orang pandai berupaya dipahami oleh hati rakyat. Orang dungu bergaya di depan hati rakyat.
"Orang bijak senang duduk di kursi tapi sebisa mungkin menghindarinya. Orang pandai senang duduk di kursi dan berjuang untuk mewujudkannya. Orang dungu senang duduk di kursi dan minta dukungan untuk tetap duduk di atasnya."
Apa benang merah antara apa yang dilakukan Cicero dan tulisan Cak Nun itu?Â