Karya sastra sebagai bangunan pengalaman oleh Kunto bertolak dari pengalaman pribadi, pengalaman bersama, atau pengalaman hasil riset. Berbagai kumpulan pengalaman itulah, Kunto menuliskan karya. Kala sastra dillihat sebagai bangunan imajinasi maka Kunto mencitrakan sang pengarang seumpama tukang batu.Â
Untuk menjadikan berbagai  jenis batu sebagai rumah, sastrawan haruslah memiliki imajinasi, dalam hal ini imajinasi yang menuntunnya merangkaikan pengisahan suatu cerita (narasi). Sedangkan bangunan nilai yang bersumber dari agama, filsafat, ilmu pengetahuan, peribahasa, kebijaksanaan sehari-hari, dan lain-lain. Nilai-nilai itulah yang kemudian dihayati ke dalam teks.Â
Tiga bangunan (strukturiasi) di atas maka dimaklumi jika karya-karya Kunto kental aroma gagasan atau pesan disamping kekuatan imajinasi dan kekayaan pengalaman.
Karya Sastra Kuntowijoyo; Tuhan sebagai Puncak dan Eksistensi Kemanusiaan
Dalam satu tarikan nafas karya-karya Kunto (berbentuk cerpen, novel dan sajak) ingin menuju Tuhan sebagai puncak hakikat dan mempertahankan eksistensi kemanusiaan yang dilindas. Bacalah sajak Suluk Awang-Uwung di bawah ini;
Jantung berdetak
menggugurkan impian
dari bilik sepi
merpati putih
hinggap di pucuk kabut
ketahuilah