Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Desa dan Orang-orang Kecil dalam Karya Ahmad Tohari

24 Juli 2019   21:29 Diperbarui: 24 Juli 2019   22:37 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Bila jurnalisme bicara dengan fakta, sastra bicara dengan kebenaran_Seno Gumira Ajidarma dalam "Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara"_

Adalah semua orang Dukuh Paruk--termasuk Srintil--mereka tidak tahu apa-apa tentang sistem atau jalinan birokrasi kekuasaan. Dalam wawasan mereka semua priayi adalah sama, yakni tangan kekuasaan. Setiap priayi boleh datang atas nama kekuasaan, tak peduli mereka adalah hansip, mantri pasar, opas kacamatan, atau seorang pejabat dinas perkebunan negara esperti Marsusi. Dan ketika kekuasaan, menjadi aspek yang paling dominan dalam kehidupan masyarakat, orang Dukuh Paruk seperti Srintil tidak mungkin mengerti perbedaan antara polisi, tentara, dan pejabat perkebunan. Semuanya adalah tangan kekuasaan dan Srintil tidak mungkin bersikap lain kecuali tunduk dan pasrah_Ahmad Tohari_Novel Ronggeng Dukuh Paruk_

 

Id.wikipedia.org
Id.wikipedia.org
Desa dan Orang-Orang Kecil yang Ditindas

Era Orde Baru dengan watak keseragaman, kestabilan, pemerhatian lebih kepada kemapanan kelas elite, dan teori pembangunan dari J.J. Rostow yang didukung oleh militer melakukan cara bagaimana suara orang-orang kecil terlena buai dan membungkam kekritisan. Suara orang-orang kecil adalah orang-orang yang tinggal di desa dan secara pendidikan, ekonomi, kebudayaan, hukum, dan, sosial kurang terperhatikan (sesuatu yang disengaja).

Peristiwa-perisitiwa mengenaskan yang menimpa penduduk desa dan orang-orang kecil tentang pendidikan yang diabaikan, ekonomi dikeruk oleh pengusaha yang ber-kongkalikong dengan birokrat, kebudayaan yang harus diseragamkan, hukum yang dibutakan dan pedang keadilan yang sengaja ditumpulkan di Era Orde Baru sengaja ditutup rapat.

Pers yang mencoba menggali dengan kekritisannya dibungkam dengan dicabut surat izin usaha penerbitan pers (SIUPP), para tokoh yang bersuara lantang dibatasi gerak-geriknya. Intinya, segala bentuk perlawanan karena ada cara yang salah dalam mengurus Negara untuk rakyat Indonesia sejahtera tak dinikmati oleh desa dan orang-orang kecil.   

Pembungkaman terhadap para jurnalis dan para tokoh tak menyebabkan jiwa perlawanan itu pudur seketika justru di panggung sastra perlawanan itu terjadi melalui karya-karya berbentuk novel, puisi, teater dan cerpen dengan orang-orang diantaranya bernama Ahmad Tohari.  

Bukukita.com
Bukukita.com
Tentang Ahmad Tohari

Desa Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, tempat dimana Ahmad Tohari lahir pada tanggal 13 Juni 1948. Ahmad Tohari dikenal sebagai sastrawan dan budayawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun