...............
Sesudah membuka pintu-pintu
aku keluar menuju ladang
dan diantara pohon kutemukan
senyum, danau, dan ayat TuhanÂ
Secara sederhana kata "profetik" bermakna berkenaan dengan kenabian. Lebih jauh lagi sastra profetik lahir dari seabuah kesadaran yang menentang arus penghilangan harkat manusia merupakan dampak kurang baik dari modernisasi yang memposisikan manusia bagai mesin dan alat dalam logika pasar industri.
Diperlukan sebuah upaya mengembalikan posisi semula manusia sebagai makhluk yang berohani dan berjasad. Intinya, dengan sastra profetik maka dunia dijadikan lebih bermakna dan sastra ikut terlibat dalam pencarian makna itu. Pencarian makna itu, manusia terlibat pada persoalan manusia (berpijak di bumi) dan berkesadaran dengan adanya Tuhan (meraih ke langit).
Supaya seimbang dan tidak pincang antara kemanusiaan dan ketuhanan maka Kuntowijoyo memperkenalkan istilah profetik dalam sastra. Kerangka sastra profetik versi Kuntowijoyo bersumber al-Qur'an surat Ali Imran ayat 110, "kamu umat terbaik yang diturunkan untuk manusia karena kamu menyeru kepada yang makruf, mencegah kepada yang mungkar dan beriman kepada Allah..".Â
Kerangka berpikir sastra profetik berpijak pada humanisasi (menyeru kepada kebaikan (makruf), mencegah dari yang mungkar (liberasi) dan beriman kepada Allah (transedensi). Humanisasi merupakan memanusiakan manusia untuk kembali ke fitrahnya. Liberasi berwujud pembebasan dari segala jeratan yang buat manusia terbelenggu. Transendensi adalah keterlampauan dari berfokus pada semata-mata mengejar materi dengan 'menghadirkan' Tuhan di segenap aktivitas.
JR