Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sastra Profetik Kuntowijoyo

7 April 2019   21:22 Diperbarui: 7 April 2019   23:18 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Illustrated by sahabat-sosiologi.org)

 

Karya sastra bermuatan nilai, pesan atau gagasan_Wan Anwar_

Kusucikan waktu dengan kata

sehingga para pekerja

kembali ke pabrik

Aku tak pernah sangsi

kemerdekaan, tangan gaib semesta

mengalir lewat benang elektronik

dan kesadaran yang mulia

 _Kuntowijoyo dalam "Menjadi Saksi Pemogokan"_

Riwayat Kesastrawanan Kuntowijoyo. 

Indonesia belum pernah kemarau tokoh-tokoh di dunia sastra. Sastarawan yang satu pergi dan datanglah sastrawan lain yang memunculkan genre sastra (puisi, cerpen, novel, drama) versinya. Karya sastrawan Indonesia hadir dari masa ke masa menyapa pembaca. Proses kreatif dan peristiwa-peristiwa yang dialami manusia dari berbagai aspek adalah mata air yang menyebabkan kemarau karya sastra belum terjadi.    

Adalah Kuntowijoyo sastrawan Indonesia di belantika sastra Indonesia menduduki posisi penting. Berlatar intelektual dan akademisi karena Guru Besar Ilmu Sejarah di Universitas Gadjah Mada dan juga sastrawan karena melahirkan karya novel, cerpen dan puisi.

Kuntowijoyo lahir pada 18 September 1943 di Bantul dan wafat pada 22 Februari 2005 di Yogyakarta. Kuntowijoyo besar dari ayah yang seorang dalang wayang dan pembaca macapat, sedangkan eyang buyutnya penulis mushaf al-Qur'an dengan tangan (khathath). Dari profesi ayah dan eyang buyut lah yang beri pengaruh kepada munculnya jiwa kesastrawanan Kuntowijoyo.

Di usia sekolah Madrasah Ibtidaiyah (baca: SD) Kuntowijoy belajar deklamasi, mendongeng dan mengaji serta menyuntukkan diri membaca buku di sebuah perpustakaan di kecamatan. Bahkan Kuntowijoyo kecil pernah belajar medongeng dan berdeklamasi kepada M. Saribi Arifin dan Yusmanan (duo sastrawan punya nama dalam sastra Indonesia).      

Memasuki usia Sekolah Menengah Pertama, Kuntowijoyo semakin akrab membaca karya Hamka, H.B. Jassin, Pramoedya Ananta Toer, Nugroho Notosusanto. Semasa Sekolah Menengah Atas mulailah Kunto (panggilan akrab beliau) mengunyah karya sastrawan luar negeri seperti Charles Dickens dan Anton Chekov.

Beranjak kuliah S1 tahun 1969 Fakultas Sastra Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada Yogyakarta  kegemaran membaca karya sastra Kuntowijoyo semakin menjadi-jadi dan matang.

Keaktifannya menulis yang di pupuknya sejak di SMP dan SMA diteruskan ketika berkuliah. Tulisan Kuntowijoyo semasa berkuliah ini berupa puisi, cerpen, novel, esai dan naskah dramanya dimuat dan bertebaran di berbagai media massa seperti Majalah Sastra, Horison, Budaya Jawa, Kompas, Republika, Bernas, Prisma dan Ulumul Qur'an.

Semasa mahasiswa ini juga Kunto mendirikan Lembaga Kebudayaan dan Seniman Islam (Leksi) dan bersama teman-temannya, Dawam Rahardjo, Sju'bah Asa, Chaerul Umam, Arifin C. Noer, Amri Yahya, Ikranagara, dan Abdul Hadi W.M membuat Grup Mantika.

Kuntowijoyo menyelesaikan belajar S 2 di University Connecticut tahun 1974 dan S 3 di Columbia University tahun 1980 di Amerika Serikat. Terinspirasi dari falsafah hidup orang-orang Amerika Serikat (baca: American Dream) Kuntowijoyo melahirkan sebuah novel "Impian Amerika" yang berkisah tentang 30 perantau asal Indonesia yang menetap tinggal, bersekolah, hidup di Amerika Serikat karena ingin capai kemajuan, kemakmuran dan kebebasan seperti orang Amerika Serikat.   

Persentuhan dengan budaya Jawa, tradisi Islam, pemikiran Islam, pengalaman berpindah-pindah tempat tinggal, kedekatan dengan surau, pasar, kereta api, dan bacaan yang luas menjadi bahan bakar Kuntowijoyo melahirkan karya sastra.

(Illustrated by kampusaja.com)
(Illustrated by kampusaja.com)
Proses Kreatif dan Karya Kuntowijoyo

Menelisik proses kreatif Kuntowijoyo dalam sastra membuat kita terheran sekaligus kagum. Ia tak memiliki resep khusus dalam menulis dan menulis begitu saja. Di rasanya baik untuk ditulis maka ia tuliskan. Pun jika kemudian orang-orang menemukan sesuatu dari karyanya atau tidak sejalan dengan karyanya, itu merupakan masalah lain.

Heran dan kagum kita akan bertambah bahwa Kuntowijoyo kemana-mana mengantongi sebuah buku kecil (notes) untuk mencatat ide-ide yang muncul secara kebetulan. 

Bahkan novel Khutbah di Atas Bukit yang membuat namanya melambung dan pernah di muat di Koran Kompas sebagai cerita bersambung, ternyata ditulisnya hanya sambil lalu di sela-sela waktu mengajar.

Kuntowijoyo bangun tidur sekitar jam 03.30. Kemudian shalat tahajud, shalat fajar dan berzikir. Selepas itu ia menulis sampai azan subuh. Usai shalat Subuh meneruskan lagi menulis. 

Setelah jalan pagi Kuntowijoyo melanjutkan menulis lagi. Siang hari ia tidur, sorenya kembali menulis. Di atas jam 8 malam menulis lagi sampai tengah malam, bahkan kadang-kadang hingga jam 02.00 wib. 

Meminjam pendapat M.H. Abrams bahwa karya sastra memiliki empat sisi dasar: pengarang, masyarakat, teks karya dan pembaca yang berujung munculnya pendekatan hubungan karya sastra dengan pengarang (baca: ekspresif), hubungan peniruan karya sastra dengan fenomena yang terjadi (baca: mimetik), memandang teks dengan objektif (baca: objektif), dan bagaimana karya sastra dibaca dan bermanfaat  bagi pembaca (baca: pragmatik).

Biasanya para sastrawan memiliki "prinsip bersastra" dan pengendapan masa lalu yang kemudian tercermin dari karya sastra yang dibuat. Prinsip bersastra Kuntowijoyo yaitu berisikan bangunan pengalaman, bangunan daya pikir untuk membayangkan, dan pesan yang disampaikan ke pembaca. Ketiga prinsip sastra Kuntowijoyo itu disebut dengan strukturisasi pengalaman, strukturiasi imaji dan strukturisasi nilai menurut Amien Wangsitalaja yang juga sastrawan Indonesia.

Karenanya dapat dipahami pada karya-karya sastra Kuntowijoyo kental dengan tiga struktur tadi seperti novel "Khutbah di Atas Bukit" dan kumpulan sajak yang dibukukan "Makrifat Daun, Daun Makrifat."

Pun proses kreatif sastra Kuntowijoyo lahir dari dua cara: menulis sastra dari dalam dan menulis sastra dari bawah. Dua cara ini dijelaskan lebih lanjut oleh Wan Anwar (Wan Anwar, 2007: 6) dengan "menulis dari dalam" dimaksudkan peristiwa-peristiwa dalam karya sastra dipahami sebagaimana tokoh-tokohnya memahami dunianya sendiri. Ini dapat dilihat pada novelnya berjudul "Wasripin dan Satinah." Intinya, suara sang tokoh oleh Kunto tidak dijadikan sebagai alat kepentingan.

Sedangkan "menulis dari bawah" berarti Kuntowijoyo tidak berpendapat ilmiah yang ketat dalam menulis sastra. Sastrawan dengan karya yang dibuat hanya dituntut konsisten mendeskripsikan sang tokoh supaya sealur dengan tema dan plot. Intinya, sang sastrawan dalam berkarya di bimbing oleh "intuisi."  

Beragam karya sastra (novel, cerpen, puisi) dihasilkan Kuntowijoyo untuk menyebut beberapa judul seperti, novel Pasar, Khutbah Di Atas Bukit, Mantra Pejinak Ular, Wasripin dan Satinah. Cerpen, Hampir Sebuah Subversi, Dilarang Mencintai Bunga-Bunga. Puisi, Suluk Awang-Uwung, Makrifat Daun,Daun Makrifat. 

(Illustrated by goodreads.com)
(Illustrated by goodreads.com)
Mengungkap Sastra Profetik di Balik Karya Kuntowijoyo

Judul diatas untuk menyebut dan bukti 2 buah karya Kuntowijoyo-dari sekian banyak karya-yang dihasilkan bermuatan sastra profetik.  

Sajak Suluk Awang-Uwung adalah ungkapan kegelisahan Kuntowijoyo tentang keberadaan dan spiritualitas manusia yang bergelut dengan materi dan berupaya melepaskan diri darinya dengan 'memanjat' bukit spiritual.

Jantung berdetak 

Menggugurkan impian

dari balik sepi

merpati putih

hinggap di pucuk kabut

Ketahuilah:

Kau rindukan kekosongan    

Buku sajak berjudul Makrifat Daun, Daun Makrifat yang penuh muatan hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan Tuhan yang diambil oleh Kuntowijoyo dari al-Qur'an Surat Ali-Imran ayat 112. Biasa disebut dengan hablumminanas dan hablumminallah.

...............

Sesudah membuka pintu-pintu

aku keluar menuju ladang

dan diantara pohon kutemukan

senyum, danau, dan ayat Tuhan 

(Illustrated by oino.site)
(Illustrated by oino.site)
(Illustrated by bukalapak.com)
(Illustrated by bukalapak.com)
Sastra Profetik: Berpijak di Bumi, Meraih ke Langit

Secara sederhana kata "profetik" bermakna berkenaan dengan kenabian. Lebih jauh lagi sastra profetik lahir dari seabuah kesadaran yang menentang arus penghilangan harkat manusia merupakan dampak kurang baik dari modernisasi yang memposisikan manusia bagai mesin dan alat dalam logika pasar industri.

Diperlukan sebuah upaya mengembalikan posisi semula manusia sebagai makhluk yang berohani dan berjasad. Intinya, dengan sastra profetik maka dunia dijadikan lebih bermakna dan sastra ikut terlibat dalam pencarian makna itu. Pencarian makna itu, manusia terlibat pada persoalan manusia (berpijak di bumi) dan berkesadaran dengan adanya Tuhan (meraih ke langit).

Supaya seimbang dan tidak pincang antara kemanusiaan dan ketuhanan maka Kuntowijoyo memperkenalkan istilah profetik dalam sastra. Kerangka sastra profetik versi Kuntowijoyo bersumber al-Qur'an surat Ali Imran ayat 110, "kamu umat terbaik yang diturunkan untuk manusia karena kamu menyeru kepada yang makruf, mencegah kepada yang mungkar dan beriman kepada Allah..". 

Kerangka berpikir sastra profetik berpijak pada humanisasi (menyeru kepada kebaikan (makruf), mencegah dari yang mungkar (liberasi) dan beriman kepada Allah (transedensi). Humanisasi merupakan memanusiakan manusia untuk kembali ke fitrahnya. Liberasi berwujud pembebasan dari segala jeratan yang buat manusia terbelenggu. Transendensi adalah keterlampauan dari berfokus pada semata-mata mengejar materi dengan 'menghadirkan' Tuhan di segenap aktivitas.

JR

Curup

07.04.2019

Taman Bacaan

Kuntowijoyo. Makrifat Daun, Daun Makrifat. MataAngin. Yogyakarta. 2018

Kuntowijoyo. Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi. Mizan. Bandung. 1991

Wan Anwar. Kuntowijoyo: Karya dan Dunianya. Grasindo. Jakarta. 2007

kbbi.web.id

kanggongopo.wordpress.com


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun