5. Stigma sosial
Siswa yang berasal dari keluarga broken home mungkin menunjukkan sikap menentang atau ketidak percayaan terhadap otoritas, atau bahkan mungkin merasa malu atau takut mencari bantuan. Hal tersebut karena stigma terkait dengan masalah emosional anak akibat kondisi keluarga broken home (Qonita et al., 2022). Kondisi tersebut yang membuat mereka bersikap membrontak bahkan tidak ingin di ikut campuri oleh guru. Mereka mungkin merasa bahwa guru tidak memahami situasi mereka atau terlalu mencampuri urusan pribadi mereka. Sikap ini dapat menjadi penghalang dalam membangun hubungan terapeutik yang diperlukan untuk proses konseling.
6. Komunikasi dengan Orang Tua
Kurangnya kerjasama antara orang tua dan guru BK juga menjadi tantangan signifikan. Banyak orang tua dari anak broken home mungkin tidak terlibat aktif dalam pendidikan anak mereka atau merasa terasing dari proses pendidikan di sekolah. Tanpa dukungan orang tua, upaya guru BK untuk membantu siswa dapat terhambat(Risqa Nur Fitriani, 2023).
7. Keterbatasan Pengetahuan tentang Teknik Konseling
Tidak semua guru BK memiliki pelatihan atau pengetahuan yang cukup mengenai teknik-teknik konseling yang efektif untuk anak dari keluarga broken home. Penggunaan metode yang tepat sangat penting untuk membantu siswa mengatasi masalah emosional dan sosial mereka (Patimah, D. A., & Saniah, S., 2023).
Studi Kasus
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa siswa dari keluarga broken home yang mendapatkan layanan bimbingan konseling menunjukkan peningkatan signifikan dalam motivasi belajar dan keterampilan sosial dibandingkan dengan siswa yang tidak mendapatkan layanan tersebut. Ini menunjukkan bahwa intervensi bimbingan konseling sangat efektif dalam membantu anak menghadapi tantangan mereka.
Kesimpulan
Bimbingan konseling di sekolah dasar memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan anak dari keluarga broken home. Dengan memberikan dukungan emosional, sosial, dan akademik, bimbingan konseling dapat membantu anak-anak ini mengatasi masalah mereka dan mencapai potensi penuh mereka. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk menyediakan layanan bimbingan konseling yang memadai agar semua siswa, terutama yang berasal dari latar belakang sulit, mendapatkan kesempatan untuk berkembang secara optimal.