Mohon tunggu...
Sinar Fajar
Sinar Fajar Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Seorang penulis sialan yang mencari keberuntungan Visit now; http://fajhariadjie.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mata Kolam; Yang Aku Butuh Hanyalah Perempuan

26 Juni 2017   13:13 Diperbarui: 26 Juni 2017   13:21 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            Seandainya Namira seorang laki-laki, aku akan menganggapnya sebagai orang yang tak tahu etika. Tapi aku telah menganggapnya sebagai hadiah yang telah aku terima dengan suka cita. "Setidaknya tak ada barang-barang berharga dalam kamarku."

            "Aku melihat-lihat beberapa naskah bukumu. Aku tak percaya ternyata kau seorang penulis."

            "Itu barang rongsokan," ucapku pura-pura ketus, alih-alih merendahkan diri. Aku merasa cukup senang Namira menyebutku sebagai penulis, yang menandakan bahwa Namira menaruh perhatian terhadap karya-karyaku. "Aku hanya seorang amatiran."

            "Sejelek-jeleknya apa yang kau hasilkan, tak ada kata rongsokan untuk sebuah karya," Namira berfilosofi.

            Pengalaman hidup telah mengajarkanku bahwa kata-kata mutiara ataupun bermuatan filosofi adalah kata-kata yang bermakna di telinga namun omong kosong dalam kenyataan. Aku tak kuasa menahan gelak. "Aku pikir, kau sebagai perempuan, pasti lebih banyak menghabiskan uangmu untuk make up dan pakaian daripada membeli buku."

            "Aku baca buku-buku Tere Liye."

            "Buku-buku Tere Liye memang sangat cocok dibaca saat menstruasi."

            "Jadi menurutmu buku-buku Tere Liye tidak cocok dibaca oleh lelaki," Namira merasa tersinggung, kemudian ia berkacak pinggang seakan menantangku. "Sebagai penulis yang pastinya membaca banyak buku, aku ingin tahu, menurutmu buku bagus itu seperti apa."

            "Aku suka buku-buku yang bisa dibaca sambil masturbasi."

            Namira tergelak lucu sekaligus menandakan bahwa ia tengah mengolok-olokku. "Astaga, kau tidak punya pacar. Aku tak heran kau menjadikan buku-buku sebagai teman bermain."

            "Meskipun aku punya pacar, apakah dibenarkan aku melakukan hal-hal seperti itu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun