Mohon tunggu...
Fajar T
Fajar T Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Learn to Learn..........

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

[FFA] Si Kucrit dan Semut Api

20 Oktober 2013   14:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:16 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kucrit masih berendam di sungai, meringis sambil pipis menahan sakit.

Perlahan Kucrit keluar dari sungai, badannya basah kuyup dan bentol-bentol merah akibat gigitan semut api. Si Kucrit tertunduk malu.

"Teman-temanku semua... Aku minta maaf, Aku sadar sekarang, tidak seharusnya aku bersikap congkak, angkuh dan sombong dan meremehkan keberadaan kalian... Aku menyadari kesalahanku terlalu banyak... Aku mohon Maaf.... " Ujar Kucrit terbata-bata.

"Teman-teman... Maukah kalian memaafkan aku??" Tak terasa air mata Kucrit menetes, bibirnya bergetar menahan luapan penyesalan yang menyesakkan batin Kucrit saat itu. Tak berapa lama kemudian, Kansi maju ke depan dan memeluk Kucrit.

"Aku memaafkanmu Sahabatku, jangan diulangi lagi ya..." Ujar Kansi kepada Kucrit.

"Aku memaafkanmu, aku memaafkanmu, aku memaafkanmu!!!" Ujar Ronsi, Reno dan Kurni dan disambung dengan satwa lainnya. Selanjutnya Si Kucrit menyalami satu per satu seluruh satwa yang berkumpul saat itu, suasana menjadi mengharu biru.

"Kucrit... Ini ada obat gigitan Semut Api, maaf ya pasukanku membuatmu tersiksa tadi..." Ujar Panglima Muti sambil menyerahkan obat kepada Kucrit.

"Oooh, terima kasih Panglima Muti... Maafkan aku, terima kasih karena Panglima dan pasukanmu telah membuat aku sadar dengan sikapku selama ini... Sekali lagi terima kasih Panglima Muti..."

Panglima Muti mengangguk dan tersenyum, diiringi tepuk tangan seluruh satwa yang berkumpul saat itu.

Mulai hari itu, Kucrit berubah menjadi Kancil yang baik hati, dermawan dan suka menolong, wajahnya yang rupawan membuatnya kembali menjadi idola para kancil di Hutan Surga Satwa.

_Tomat, eh Tamat_

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun