Si Kucrit memang merasakan perubahan sikap dari teman-temannya. Hal tersebut malah semakin menjadi-jadi, tidak hanya kawan-kawan kancil yang ia sakiti, bahwan kelinci, kucing dan hewan-hewan lainnya sering ia sakiti, sehingga setiap melihat Kucrit melintas, mereka lebih memilih bersembunyi di rumah. Ayah dan Ibu Kucrit juga sudah angkat tangan melihat perubahan sikap Si Kucrit.
[caption id="attachment_296000" align="aligncenter" width="282" caption="Si Kucrit Sendirian"]
"Kurang ajar semua memang penghuni hutan ini, akan kuhajar kalian kalau ketemu, awas kalian!!" Gumam Kucrit sambil menggeram kesal, karena tak menjumpai siapapun yang bisa ia suruh untuk mencarikan makanan untuknya.
Kucrit berjalan sendiri menyusuri jalan setapak di pinggir sungai yang membelah Hutan Surga Satwa.
"Krek" Aduh.... Kau menginjakku!!"
Kucrit tersentak kaget mencari sumber suara itu, rupanya ada semut kecil yang terinjak Si Kucrit.
"Ha..ha.. Dasar kerdil!!, siapa kamu??!! Berani-beraninya memarahiku??! makanya kalau minum lihat-lihat tempat... Siapa suruh minum di situ.. Ini wilayahku!!, cepat carikan aku rumput!!" Hardik Kucrit pada semut itu.
Semut merah itu tersenyum, "Kenalkan namaku Muti, Aku Panglima Semut Api di sini..."
" Panglima Semut Api?? Ha..ha... Lucu!! cepat carikan atau kupukul kamu!!!" Ancam Kucrit.
"Meski kecil, Aku tidak bisa kau suruh-suruh, bukankah kau bisa mencari rumput segar dengan gigi-gigimu yang kuat, dengan kakimu yang lincah itu kau bisa banyak berbuat kebaikan..." Jawab Muti.
"Wah, Kau menantangku rupanya, ku hajar kau!!" Si Kucrit naik pitam.