Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Buruh - Penyair Paruh Waktu

Jangan hempaskan, tuliskan!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk Nay

16 September 2024   11:32 Diperbarui: 16 September 2024   11:35 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika kau belum mampu memaafkan ku

Kuharap janganlah kau salahkan sajak ku

Sebab di sini potret dirimu masih bercampur padu dengan huruf-huruf yang ku coba hidupkan kembali

Diksi-diksi yang dahulu kita jadikan adiksi

Kini hanyalah kosa kata yang tak kunjung lenggang dalam keterpurukan pikiran 

Topik-topik yang dahulu menghangatkan 

Kini dinginnya serupa es batu balokan

Lewat sajak ini

Aku menggiring huruf-huruf itu keruang diskusi 

Menatanya satu persatu agar serupa puisi

Pun itu terjadi, tak kan dapat menggiring dirimu kembali

Kini tengah ku anyam kembali kata-kata yang rapuh

Saat kau sedang menggigil karena peluh

Dan ketika rima ini berusaha ku eja dengan lantang suara

Kau malah mengurung diri dengan kelambu di beranda

Tak ada lagi ruangan untuk kita kembali bercerita 

Tak kau izinkan lagi suara ku masuk ke gendang telinga barang sekata

Disana, di batas kusen tua kau menghentikan langkahku dengan segera

Saat ribuan huruf ku kemas dalam saku kemeja

Langkahku kini terhenti karena sejuta duka

Dan kau pun meminta ku tuk tidak kembali lagi menebar luka

Kutahu lebam biru ditubuh hatimu makin menganga

Tubuhmu kini serupa aku yang hampir mati kering karena diserang penyakit gila

Terkadang seharian penuh aku menanti kabarmu yang tak kunjung tiba

Sambil merajut aksara yang kurapal sebagai mantra

Mantra serupa doa yang hanya untukmu saja

Lewat sajak ini aku menolak lupa

Akan sepenggal kisah yang berlumur dosa luka nestapa

Harapan baik akan terus ku baca

Agar kau lekas sembuh dan kembali berbahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun