Umumnya sakit hati yang disebabkan patah hati dalam pacaran, dirasakan oleh orang yang diputus cinta.
Sedangkan yang memutuskan hubungan relatif lebih kurang kadar sakit hati, bahkan bawaannya terkadang cenderung "cuek" dengan perasaan mantan pacar yang sedang galau tingkat dewa.Â
Rasa sakit yang disebabkan patah hati dapat berlangsung lama ataupun singkat, tergantung dari dalamnya rasa cinta terhadap pacarnya, lamanya berpacaran, jenis kelamin, dan dukungan dari keluarga.
Dalamnya cinta seseorang terhadap pacarnya memang sulit diukur. Yang tahu adalah pribadi yang bersangkutan.Â
Namun, bisa dilihat dari indikator perilaku yang tampak, seperti misalnya seberapa banyak ia berkorban untuk kepentingan pacarnya, munculnya rasa cemas dan khawatir bila terjadi sesuatu terhadap pacarnya, rasa rindu yang taktetahankan bila pacarnya tidak update kabar terkini dan rasa ingin selalu dekat dengan pacarnya.Â
Dalamnya cinta inilah yang menjadi tolok ukur berlangsungnya lama tidaknya sakit hati. Semakin dalam cintanya, semakin lama sembuh luka hati yang ditimbulkan oleh putusnya hubungan percintaan.
Sedangkan lamanya berpacaran, cenderung sangat relatif dalam kaitannya dengan penyembuhan rasa sakit hati oleh karena putus cinta. Ada yang baru beberapa minggu saja menjalin asmara dan kemudian diputus, dapat memunculkan rasa sakit hati yang amat mendalam, sehingga lama penyembuhannya.Â
Sebaliknya, biarpun sudah bertahun-tahun menjalin asmara, ada juga yang ketika putus cinta dengan pacarnya, malah tidak begitu merasakan sakit hati, sehingga tidak membutuhkan waktu lama penyembuhan luka batinnya.Â
Antara lamanya berpacaran dengan dalamnya rasa cinta saling berkaitan satu sama lain.
Terkait jenis kelamin, umumnya anak laki-laki lebih cepat mengembalikan kondisi sakit hati yang disebabkan karena patah hati (mudah move on).
Sebab anak laki-laki cenderung mencari penyelesaian di luar rumah, misalnya melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya fisik (olahraga) sehingga rasa sakit hati dapat terekspresikan atau dialihkan sementara waktu dengan melakukan teriak-teriakan selama berolah raga atau bersendau-gurau dengan teman-teman sesama yang berolah raga atau mengobrol/sharing dengan teman-teman sebayanya, sehingga beban yang dirasakan menjadi ringan.Â