Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pria Itu Menikahiku Demi Menutupi Kecenderungan Homoseksnya

1 Juni 2012   03:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:32 1830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Demikianpun yang terjadi dengan pernikahan kalian. Semua mata umat yang hadir di Gereja pada saat itu menyaksikan ada pengikraran janji nikah dan itu telah diteguhkan oleh pastor paroki sebagai wakil dari pelayan Gereja. Akan tetapi, ternyata ada cacat sebelum kalian membuat janji nikah, maka perkawinan kalian berdua sesungguhnya tidak ada sejak semula alias bisa dianulasi."

Sambil sesenggukan dia pun bertanya: "lalu bagaimana prosesnya? Apakah kami berdua bisa memutuskan begitu saja ataukah kami harus menempuh mekanisme khusus?"

"Silahkan bertemu dengan Pastor Paroki di mana kalian berdua mengikrarkan janji nikah. Ceritakan dengan dia apa yang menjadi persoalan perkawinan kalian. Dia akan mengurus proses anulasi itu ke Keuskupan. Pihak pengadilan Gereja di Keuskupan akan memprosesnya sebelum diajukan ke Vatikan untuk mendapatkan surat pernyataan dari Paus bahwa pernikahan kalian memang tidak ada sejak semula. Tapi ingat, prosesnya pun tidak akan cepat seperti membalikkan telapak tangan. Perlu waktu dan kesabaran karena ada banyak hal yang akan diselidiki dari kalian berdua dan saksi-saksi nanti."

Setelah mendengarkan semua penuturanku ia pun pamit dengan langkah yang ringan, punggung yang tegak, dan sorot mata penuh harapan terpancar keluar dari kedua bola mata indahnya.

Selamat berbahagia saudariku. Tuhan Menyertaimu selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun