Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pria Itu Menikahiku Demi Menutupi Kecenderungan Homoseksnya

1 Juni 2012   03:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:32 1830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah habis tisue segulung pemberianku tetapi tangisan wanita itu belum reda. Mata dan hidungnya sudah semerah saga. Tubuhnya terus bergetar lantaran tangisan tetahan di ujung tenggorokan. Sesekali ia melap air mata yang meleleh di pipinya. Kemudian memeras ingus yang keluar dari kedua lubang hidung mancungnya bak menara gading.

Dialah Maya, seorang wanita paruh baya nan cantik rupawan. Ia datang dan menangis di hadapanku karena aku sahabat sejak masa kecilnya. Dulu aku mengenalnya sebagai gadis enejik, penuh vitalitas, berani, kritis dan humoris. Namun, semenjak perjumpaan terakhir di pernikahannnya dengan Kris 8 tahun lalu, kini ia hadir di hadapanku sebagai seorang wanita yang sebaliknya. Wajahnya tampak jauh lebih tua, matanya kian cekung dengan kantong mata yang kian menebal. Tubuhnya kian kurus dan tidak seseksi masa mudanya.

Malam tadi, ia menelponku untuk bertemu denganku karena mendengar dari keluargaku bahwa aku telah berpindah ke kota asal suaminya. Aku katakan, datang saja pagi ini karena aku tidak sesibuk seperti biasanya, hari ini. Yah, ia telah hadir di hadapanku. Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat perubahan drastis dirinya yang tampak menjadi lebih tua dari umurnya.

Setelah bersalaman dan berpelukan sejenak melepaskan rasa kangen, tanpa basa-basi seperti biasanya ia mulai angkat bicara.

"Kamu kagetkan melihat aku seperti ini?"

"Yah, bukan sekedar kaget, tapi syok. Mengapa?"

"Itulah alasannya, mengapa aku mau bertemu denganmu pagi ini. Kamu tahukan, 8 tahun lalu aku menikah dengan Bang Kris. Aku sangat berbahagia pada waktu itu. Karena aku sangat yakin sekali bahwa dialah pasangan tulang rusukku yang hilang dan telah ditemukan kembali. Kamu pasti melihat ekspresi kebahagiaanku pada malam resepsi pernikahan kami, karena engkau juga hadir dan sempat membisikan kata proficiat di telingaku, ketika kita bersalaman dan berpelukkan. Tetapi, engkau tidak pernah tahu apa yang kualami sejak malam pengantin sampai hari ini di antara aku dan Bang Kris."

Tanpa memberi waktu aku menyela pembicaraannya, ia pun terus nyerocos seperti biasanya.

"Setelah malam resepsi itu sampai dengan hari ini aku tidak pernah disentuh oleh Bang Kris. Tahukah kamu artinya disentuh?"

Aku hanya menganggukan kepala.

"Aku tidak pernah merasa menjadi istrinya Bang Kris sampai dengan detik ini. Awalnya, aku mengira karena Bang Kris pemalu, sehingga ia belum menyentuhku juga. Namun setelah pernikahan kami berjalan setahun. Aku mulai merasa ada kejanggalan dengan Bang Kris serta pernikahan kami. Sering aku memberikan signal dengan berbagai cara agar ia menyentuhku. Namun, Bang Kris tidak bergeming sedikit pun. Bahkan dia jarang tidur sekamar denganku dan selalu tidur di depan televisi atau di ruang tamu dengan alasan tidak mau mengganggu kenyamanan tidurku. Karena ia selalu mengerjakan tugas kantornya atau menonton televisi sampai larut malam. Semuanya itu membuatku tertekan dan bertanya diri, apakah aku kurang cantik dan menarik secara fisik baginya, sehingga ia tidak mau menyentuhku? Bahkan sorot matanya seolah-olah tidak berminat sedikitpun terhadapku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun