Atau nikmati juga Panorama alami secara vertikal dan horizontal di sisi kanan sampan yang kutumpangi di bawah ini. Di sana, tampak pepohonan alami yang bertumbuh subur dan teratur seperti ditanam oleh tangan-tangan manusia.
[caption id="attachment_175598" align="aligncenter" width="545" caption="Barisan Pohon Bahan Kayu Lapis (Dok.Pribadi)"]
Mendekati perkampungan, kita akan berbelok cukup tajam. Sejak belokan tajam tersebut, pemandangan alami sebelumnya akan berganti dengan panorama persawahan rawa-rawa milik penduduk yang umumnya dikerjakan di tepian Sungai. Â Biasanya persawahan rawa ini amat subur, ketika banjir Sungai Embaloh akan membawa humus dari hulu sungai dan mengendap di wilah ini. Inilah salah satu berkat adanya banjir bagi orang Dayak Tamambaloh yang mendiami wilayah hilir sungai. Bajir yang membawa endapan lumpur/humus inilah yang membuat tanah persawahan dan perladangan mereka menjadi lebih subur.
Memasuki perkampungan Ulak Pauk, Sampan tidak perlu ditambatkan di lanting (dermaga mini multifungsi yang dari batang-batang pohon yang dirakitkan), melainkan bisa langsung memasuki lorong-lorong perkampungan. Luapan banjir Sungai Embaloh biasanya akan merendam kampung-kampung. Ini juga Menjadi salah satu berkahnya bagi mereka. Karena tidak perlu memikul bawaan yang berat dari atas lanting di tepi sungai ke rumah mereka masing-masing.
Suasana yang akan kita jumpai dari orang-orang kampung adalah suka cita. Anak-anak maupun orang dewasa tetap melakukan aktivitas mereka masing-masing dengan menggunakan sampan yang dikayuh. Saat banjir, yang tampak lebih ceria adalah anak-anak. Mereka bisa mencoba mengemudikan sampan ukuran kecil milik orang tua mereka.
Lalu bagaimana dengan binatang-binatang peliharaan penduduk yang biasanya berkeliaran di jalanan kampung ketika tidak banjir. Masing-masing sibuk menyelamatkan diri, mencari tempat yang aman untuk sementara sampai airnya surut.