Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Seni Ikonografi Masyarakat Dayak Tamambaloh

20 Desember 2011   07:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:00 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kangkuang merupakan salah satu alat musik tradisional masyarakat Dayak Tamambaloh yang terbuat dari batang kayu utuh, tanpa persambungan. Batang kayu ini dibuat sedemikian rupa dengan pahat tradisional, dibentuk, dilubangi di bagian tengahnya sebagai penggema bunyi apabila dipukul. Proses pembuatannya melalui sebuah ritus adat khusus dengan doa-doa khusus pula. Tujuannya agar warga dan pembuatnya tidak mengalami musibah dan agar bunyi yang dihasilkan oleh alat tersebut nyaring kedengarannya. Kangkuang juga berfungsi sebagai alat yang dibunyikan untuk mengumpulkan warga masyarakat adat dan biasanya ditempatkan di depan Balai-balai adat. Teknik dan irama dalam membunyikannya pun berbeda-beda sesuai jenis pesan yang ingin disampaikan kepada seluruh warga masyarakat. Misalnya: bunyi ada pesta berbeda dengan bunyi ketika ada bahaya atau kematian. Dari jenis bunyi yang dihasilkan oleh Kangkuang ini, warga bisa menangkap pesan apa yang hendak disampaikan oleh penabuhnya.

Sang Penguasa (Ikon Kosmologi Dayak Tamambaloh)

[caption id="attachment_150042" align="aligncenter" width="648" caption="Sampulo Padari (Lokasi Gambar: Interior Gereja Santo Martinus-Dok.Pribadi)"][/caption]

Ikon Sampulo Padari di atas merupakan simbol keyakinan asali masyarakat adat Dayak Tamambaloh akan Zat Tertinggi/Penguasa Alam Semesta. Masyarakat adat Dayak Tamambaloh secara turun-temurun telah meyakini bahwa dunia ini ada Penguasanya. Penguasa ini terdiri dari penguasa alam bawah (Banua Tindanum), yang digambarkan dengan Baroae' (Naga), Penguasa Alam Tengah (Banua Mantuari/ Manusia), dan Penguasa Alam Atas ( Banua Mataso) yang disimbolkan dengan gambar Burung Enggang. Bagi masyarakat Tamambaloh, kedamaian dan ketentraman hidup di alam ini akan dirasakan bila di antara ketiga pengusa itu terjadi harmoni. Kekuasaan di alam ini akan menjadi bencana apabila di antara penguasa dan seluruh penghuni alam ini ingin saling menguasai. Di antara ketiga penguasa ini harus tunduk kepada penguasa seluruh alam semesta (Sampulo Padari).

Lumpang Painyuman [caption id="attachment_150049" align="aligncenter" width="648" caption="Lumpang Painyuman (Lokasi Gambar: Interior Gereja Paroki Santo Martinus-Dok.Pribadi)"][/caption]

Lumpang Painyuman merupakan cawan minum tradisional masyarakat adat Tamambaloh yang terbuat dari bambu yang dipotong pada salah satu buku dan membentuknya di salah satu ujung ruas. Alat ini biasanya digunakan untuk tempat hidangan berupa minuman, baik di dalam keluarga maupun untuk Manyialo Tamue (menjamu tamu) dalam keluarga atau dalam sebuah upacara adat. Lumpang ini tampak indah ketika ditambah dengan ukiran dan aksesoris yang khas dan beragam.

Pohon Kehidupan/Kayu Belian [caption id="attachment_150058" align="aligncenter" width="648" caption="Pohon Kehidupan/Simbol Jaring-Jaring Kehidupan (Lokasi Gambar: Gereja Santo Martinus-Dok.Pribadi)"][/caption]

Kayu besi/kayu endemik hutan Kalimantan. Pohon ini biasa digunakan sebagai tiang rumah betang yang umumnya berdiri di atas rawa. Kayu ini merupakan kayu kelas satu karena kekuatannya. Semakin direndam ke dalam air semakin kuat dan bertahan ratusan tahun. Bagi masyarakat Tamambaloh, pohon ini merupakan lambang bahwa di antara sesama makhlum di bumi ini saling berhubungan membentuk sebuah jaring-jaring kehidupan. Binatang membutuhkan tumbuhan, manusia membutuhkan tumbuhan, manusia membutuhkan binatang, sehingga tumbuhan dan binatang perlu dilestarikan oleh manusia. Kedamaian di alam, kesejahteraan bagi penghuni alam ini akan terpelihara dengan baik apabila sesama makhluk dapat saling menjaga keharmonisan hubungan dalam kehidupan ini. Tetapi dari antara semua makhluk di bumi, ada makhluk yang selalu mengintai untuk menggoda dengan bujuk rayunya yakni penguasa alam bawah.

Sao Langke

[caption id="attachment_150064" align="aligncenter" width="648" caption="Sao Langke/Rumah Adat Khas Tamambaloh (Lokasi Gambar: Interior Gereja Santo Martinus-Dok.Pribadi)"][/caption]

Sao Langke merupakan pusat seluruh kehidupan masyarakat adat Tamambaloh. Rumah Betang (Sao Langke) bagi masyarakat adat Banuaka' Tamambaloh tidak sekedar tempat berlindung dari panasnya terik mentari, guyuran hujan , serangan musuh dan binatang buas. Sao Langke mempunyai makna filosofis yang melambangkan persatuan, semangat gotong-royong, tepo seliro, dan kerja sama seluruh elemen masyarakat adat. Sao Langke merupakan pusat pewarisan kekayaan budaya kepada generasi penerus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun