“Loh kok entahlah ?” Mira merasa heran dengan jawaban Tina. “Kan bisa dirasakan ada perubahan gak ?”
“Katanya aku disantet orang. Tadi ustadznya memperlihatkan berbagai benda seperti paku, jarum, rambut, dll. Katanya benda-benda itu diambil dari dalam tubuhku.”
“Wah, gawat.” Mira menimpali. Lalu apakah pengobatannya sudah tuntas ?”
“Belum. Katanya tiga hari lagu aku harus berobat lagi. Tapi aku gak mau dating lagi”
“Loh kok gak mau ? Nanti santetnya gak hilang total gimana ?” Mira bertanya.
“Ah, aku gak takut santet. Aku lebih takut kepada ustadznya” Tina menjawab.
“Kok begitu ? Apa yang terjadi denganmu ?”
Dengan nada sedih, Tina menceritakan segala hal yang terjadi di saat pengobatan berlangsung. Mira mendengarkan dengan rasa terkejut karena hampir tidak percaya. Ia menggumam: “Ah, apa mungkin ustadz yang beken seperti itu melakukan perbuatan cabul ?”
“Apa yang harus aku lakukan ?Haruskah aku lapor polisi ?” Tina bertanya.
“Maaf Tina, kalau pertanyaanku terlalu vulgar. Apakah kamu yakin kalau kamu disetubuhi ?”
“Yang jelas aku mengalami pelecehan sexual. Disetubuhi atau tidak aku merasa di antara yakin dan tidak yakin, karena saat itu seperti tidak sadar.”