Tina segera memasuki ruang pengobatan berdua saja dengan sang ustadz. Ternyata ruang pengobatan tsb bercahaya remang-remang. Tina dihinggapi perasaan merinding. Rasanya ia mau kembali keluar.
Sang ustadz berkata: “Pengobatan ini harus dilakukan dengan jiwa yang tenang.Berbaringlah di ranjang itu dengan tenang dan pasrah. Saya akan mengoleskan minyak wangi ini ke hidung anda.Nikmati harusnya minyak ini agar anda menjadi lebih tenang.”
Tina menuruti perintah sang ustadz. Setelah berbaring di ranjang dan mencium harumnya minyak wangi tsb ia memang merasa lebih tenang, akan tetapi ia merasa kesadarannya makin hilang seperti dibuai mimpi. Mimpi berdua dengan sang ustadz di sebuah tempat yang sunyi.
Lamat-lamat Tina mendengar lagi sang ustadz berkata kepadanya: “Saya akan mengusir jin yang ada di dalam tubuh anda. Mata anda harus saya tutup agar anda tidak merasa seram melihat ujud dari jin tsb. Biar saya yang menghadapi jin tsb.”
Sang ustadz mulai menutup mata Tina dengan secarik kain hitam. Kembali ia mendengar sang ustadz berkata: “Maaf saya akan memeriksa bonjolan di paha anda.”
Tanpa menunggu persetujuan Tina, sang ustadz sudah menyingkap paha Tina dan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan tangannya. Tina merasa pemeriksaan tsb lebih mirip belaian daripada pengobatan. Tina ingin memberontak, tapi kesadarannya terasa makin hilang.
Dalam keadaan mata tertutup dan seiring dengan makin hilangnya kesadaran Tina, ia merasa bagian-bagian tubuhnya yang lain seperti bibir, dada, perut, bagian sensitifnya ada yang menyentuh.”
Kesadaran Tina sudah hampir hilang total. Ia tidak tahu berapa lama proses pengobatan tsb berlangsung. Setelah kesadarannya hampir sepenuhnya pulih ia melihat sang ustadz berdiri dipinggir ranjang, sambil berkata dg agak terengah-engah: “Pengobatan pertama sudah selesai. Ingat jangan anda ceritakan proses pengobatan tsb kepada siapapun karena bisa menimbulkan fitnah. Dan penyakit anda akan makin parah. Jenis santet ini tergolong berat. Silakan anda lihat benda-benda yang baru saya keluarkan dari tubuh anda.”
Tina melihat tangan sang ustadz memegang beberapa benda seperti paku, beling, rambut, jarum, dll. “Ketahuilah, ini baru sebagian dari benda santet yang ada di tubuh anda. Tiga hari lagi anda harus daang untuk menjalani therapy yang ke dua untuk menuntaskan gangguan santet yang ada di tubuh anda.”
Tina tidak banyak menanggapi perkataan ustadz tsb. Ia masih merasa cemas dengan proses pengobatan yang baru saja dilaluinya. Dalam perjalanan pulang bersama Mira ia pun tidak banyak bicara. Mira bertanya kepadanya: “Bagaimana rasanya setelah di therapy ?”
Agak lama Tina menjawab pertanyaan Mira dengan singkat: “Entahlah”