Pendekatan yang berorientasi komunitas
Pendekatan yang bertujuan untuk menyesuaikan sistem produksi dengan kebutuhan masyarakat dan komunitas memiliki beberapa karakteristik, seperti: (1) logika yang menonjol adalah logika keseimbangan lingkungan manusia (2) sumber daya utama adalah sumber daya informasi dan inovasi kreatif yang tak terbatas (3) tujuan utama adalah perkembangan manusia yang dirumuskan dalam rangka mencapai potensi manusia (Korten, 1984:8).
Perencanaan pembangunan tidak didasarkan pada pemusatan, melainkan memperhatikan perbedaan dan variasi yang ada di setiap komunitas. Dengan demikian, Korten (19872) tidak terkejut. Sebagai gantinya, kegiatan pembangunan direncanakan berdasarkan inisiatif dan partisipasi masyarakat, yang berorientasi pada kebutuhan
PEMBANGUNAN MASYARAKAT SEBAGAI PROSES PENGEMBANGAN KAPASITAS
Pentingnya pengembangan kapasitas
Peningkatan potensi manusia bisa berbentuk penambahan wawasan dan tingkat keterampilan, kemampuan untuk menyikapi perubahan lingkungan, kemampuan teknis, akses informasi, dan peningkatan proses pengambilan keputusan. Sebagai strategi yang terstruktur, tujuannya adalah memberikan insentif dan dukungan untuk menggerakkan dan meningkatkan kapasitas masyarakat.
Walaupun bantuan eksternal ikut andil, yang utama adalah mengembangkan kemampuan internal masyarakat agar bisa berkembang secara berkelanjutan. Apabila ada induksi energi eksternal dalam perubahan yang direncanakan, tujuannya hannyalah untuk menggairahkan kapasitas internal. Energi eksternal yang ditambahkan perlu dijaga agar tidak menimbulkan ketergantungan.
Dengan konteks pembangunan masyarakat sebagai suatu fenomena dan realitas sosial, ada berbagai perspektif yang dikenal. Saat ini, salah satu perspektif yang menjadi pusat perhatian adalah memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk mengelola proses pembangunannya sendiri. Kewenangan tersebut meliputi proses-proses seperti identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi. Dari sudut pandang pengembangan kapasitas masyarakat, hal ini dapat disebut sebagai sebuah peluang besar serta tantangan.
Wrihatnolo dan Dwidjo- wijoto (2007: 3) menggambarkan tiga tahapan penting yang harus diikuti yaitu menyadari, meningkatkan kapasitas dan memberi wewenang. Masyarakat harus memahami pentingnya membangun oleh tanggung jawab mereka sendiri. Untuk memungkinkan masyarakat mengelola pembangunan mereka sendiri, mereka membutuhkan kapasitas, dan agar kapasitas tersebut dapat diimplementasikan, mereka membutuhkan wewenang.
Melalui proses belajar
Proses berlangsung secara terus-menerus telah menghasilkan peningkatan kapasitas masyarakat, yang berupa proses belajar sosial untuk pembangunan. Ini dapat diaplikasikan sebagai sebuah eksperimen berbentuk trial and error. Masyarakat menggunakan dinamika kehidupan sehari-hari untuk bekerja bersama menyelesaikan masalah dan memenuhi kebutuhan.