Mohon tunggu...
Faizatul Millah
Faizatul Millah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi saya memasak, di web ini saya akan berbagi tulisan artikel dan essay

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tuntutlah Ilmu walau Sampai Ke Negeri Cina

29 November 2024   23:54 Diperbarui: 29 November 2024   23:54 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan

"Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina" adalah sebuah pepatah yang mengandung makna mendalam tentang pentingnya pencarian ilmu pengetahuan. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi dan informasi yang pesat, akses terhadap ilmu pengetahuan semakin mudah, namun tantangan untuk menuntutnya tetap ada. Pepatah ini mengingatkan kita bahwa tidak ada batasan dalam mencari pengetahuan, baik secara geografis maupun secara mental. 

Negeri Cina, yang dikenal sebagai pusat peradaban dan ilmu pengetahuan selama ribuan tahun, menjadi simbol dari dedikasi dan semangat belajar yang seharusnya dimiliki setiap individu. Dengan menuntut ilmu, kita tidak hanya memperluas wawasan dan keterampilan, tetapi juga berkontribusi terhadap kemajuan masyarakat dan peradaban. Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk terus menggali dan mencari ilmu, tidak peduli seberapa jauh langkah yang harus diambil, demi mencapai potensi terbaik dalam diri kita.

Anjuran Nabi Muhammad SAW, yang sering diungkapkan sebagai "Tuntutlah ilmu walaupun ke negeri Cina," memiliki filosofi mendalam tentang pentingnya pendidikan, pencarian ilmu, dan keterbukaan terhadap pengetahuan, bahkan jika hal itu menuntut pengorbanan besar. Berikut beberapa filosofi yang terkandung dalam pesan ini:

1. Pentingnya Ilmu sebagai Bekal Hidup

Islam menempatkan ilmu pengetahuan sebagai hal yang sangat utama dan mulia. Ilmu adalah fondasi yang menguatkan iman dan memberikan manusia kemampuan untuk menjalani hidup yang bermakna dan bermanfaat.

Pesan Nabi ini mengajarkan bahwa ilmu adalah kebutuhan utama bagi manusia, dan tidak terbatas pada ilmu agama saja, tetapi juga ilmu pengetahuan yang dapat membantu umat dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kewajiban Menuntut Ilmu Sepanjang Hayat

Anjuran untuk mencari ilmu "ke Negeri Cina" mengindikasikan bahwa proses belajar adalah kewajiban yang tidak memiliki batas usia atau waktu. Sebaliknya, menuntut ilmu adalah proses yang harus dilakukan sepanjang hidup.

Hal ini selaras dengan prinsip bahwa ilmu terus berkembang, sehingga manusia perlu terus belajar agar tetap mampu memahami dunia yang selalu berubah.

3. Pengorbanan dalam Menuntut Ilmu

Ungkapan "Walaupun ke Negeri Cina" juga berarti bahwa dalam menuntut ilmu, kita harus siap menghadapi berbagai kesulitan, termasuk jarak, waktu, bahkan mungkin budaya yang berbeda.

Pada masa Nabi, Cina dianggap sebagai tempat yang jauh dan sulit dijangkau dari wilayah Arab. Anjuran ini menegaskan bahwa pengorbanan dan ketekunan adalah bagian penting dari proses belajar. Dalam konteks modern, ini berarti siap menghadapi segala hambatan, seperti waktu, biaya, dan tenaga untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

4. Keterbukaan terhadap Ilmu Pengetahuan dari Berbagai Sumber

Pesan ini juga mengajarkan pentingnya keterbukaan terhadap ilmu yang berasal dari mana saja, bahkan dari tempat yang mungkin asing. Cina pada masa itu bukanlah wilayah yang banyak mengenal Islam, sehingga pesan ini menunjukkan bahwa ilmu dan hikmah dapat ditemukan di luar batas wilayah, agama, atau budaya.

Dengan kata lain, ilmu tidak memiliki batas agama atau budaya. Selama ilmu tersebut bermanfaat dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam, maka umat Muslim dianjurkan untuk mempelajarinya dan mengambil manfaat darinya.

5. Menghargai Ilmu sebagai Alat untuk Kemajuan dan Peningkatan Diri

Pesan ini menunjukkan bahwa ilmu adalah kunci untuk meningkatkan kualitas hidup individu maupun masyarakat. Dengan ilmu, manusia dapat mengatasi keterbelakangan, meningkatkan kesejahteraan, dan memberi solusi terhadap berbagai permasalahan hidup.

Nabi Muhammad mendorong umatnya untuk mengembangkan pengetahuan agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik, baik secara spiritual, intelektual, maupun sosial.

6. Mendorong Keberanian untuk Menjelajah dan Memperluas Wawasan

Pesan ini juga mendorong umat Islam untuk berani melangkah keluar dari zona nyaman dan menjelajahi dunia. Dalam konteks dunia modern, ini mencakup pentingnya wawasan global, kemampuan beradaptasi dengan budaya lain, dan sikap terbuka terhadap perbedaan.

Semangat ini sesuai dengan sikap yang terbuka terhadap berbagai kemajuan, baik dalam ilmu sains, teknologi, maupun ilmu kemanusiaan yang dapat memperkaya pemahaman kita tentang dunia.

7. Menumbuhkan Rasa Rendah Hati dan Keterbukaan Diri dalam Proses Belajar

Pesan ini juga mengandung filosofi bahwa seorang penuntut ilmu harus rendah hati. Ketika mencari ilmu, kita tidak boleh merasa lebih unggul atau sombong, melainkan selalu terbuka untuk belajar dari siapa pun dan dari mana pun.

Dengan kesadaran ini, seorang Muslim akan terus terdorong untuk berusaha memperbaiki diri melalui ilmu, tanpa merasa cukup atau berpuas diri.

8. Membangun Jembatan antara Kebudayaan

Dengan menyebut "Negeri Cina," Nabi Muhammad SAW mengisyaratkan pentingnya keterbukaan terhadap berbagai kebudayaan. Cina adalah simbol dari kebudayaan besar yang memiliki banyak ilmu, seni, dan teknologi maju pada masa itu.

Anjuran ini juga dapat diartikan sebagai dorongan untuk saling belajar dan memahami kebudayaan lain, sehingga dapat terjalin jembatan kebudayaan yang memperkaya umat manusia.

9. Peran Ilmu dalam Memperkuat Umat dan Meningkatkan Derajat Manusia

Menuntut ilmu merupakan cara untuk memperkuat kualitas umat, meningkatkan martabat, dan menghadapi tantangan zaman. Ilmu menjadi kunci untuk membangun umat yang tangguh, cerdas, dan berdaya saing dalam berbagai bidang.

Dalam Islam, ilmu juga memiliki kedudukan tinggi karena berfungsi sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjalankan ibadah dengan benar. Dengan ilmu, umat akan lebih mampu menjalankan tugas mereka sebagai khalifah di bumi, yang menjaga dan memakmurkan alam semesta.

Pembahasan

1. Pandangan Umum tentang Kewajiban Menuntut Ilmu 

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata kelakuan seseorang ataupun kelompok dalam upaya mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan (Depdiknas, 2011). Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi diri dengan aktif untuk kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang dibutuhkan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Anonim, 2012). 

Menuntut ilmu merupakan salah satu bagian terpenting bagi kehidupan manusia, tanpa adanya ilmu manusia tidak akan bisa berkembang. Menuntut ilmu juga dianggap sebagai titik tolak dalam menumbuhkan kesadaran dalam bersikap (Ramly, 2005). Menurut Driyakara dalam buku membangun pendidikan yang memberdayakan dan mencerdaskan, beliau mengatakan bahwa proses menuntut ilmu merupakan proses untuk membimbing manusia muda menjadi lebih dewasa dan lebih manusiawi. 

Ilmu ialah pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang diperoleh melalui metode penelitian, tentang perilaku sosial, budaya, maupun gejala alam yang dapat diukur maupun diamati (Sarjuni, 2018). Karl Pearson merumuskan di dalam bukunya Grammar of Science bahwasannya ilmu pengetahuan merupakan lukisan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai fakta pengalaman dengan istilah sederhana. Menuntut ilmu merupakan proses ke arah yang positif. 

Pendidikan Islam dapat dipahami sebagai proses transformasi ilmu yang bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa. Dalam Islam proses belajar mengajar lebih dikenal dengan sebutan at Ta'lim, yaitu proses ilmu pengetahuan agama yang menghasilkan pemahaman yang baik terhadap anak didik sehingga dapat melahirkan sikap yang positif. Yang dimaksud dengan sikap yang positif ialah ikhlas, percaya diri, patuh, dapat berkorban dan teguh terhadap pendirian (Susanto, 2009).   

Pendidikan menurut pandangan Hamka terbagi menjadi dua macam: 

pertama, pendidikan jasmani, yakni ilmu untuk pertumbuhan dan kesempurnaan jasmani, kekuatan jiwa dan akal. Kedua, pendidikan rohani, yakni ilmu untuk kesempurnaan manusia dengan pengalaman dan ilmu yang didasarkan pada agama.kedua unsur tersebut cenderung dapat menumbuhkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Karena pendidikan dalam sarana yang tepat untuk menentukan berkembangnya kedua unsur tersebut (Susanto, 2009).

Pentingnya menuntut ilmu menurut Hamka yang dikutip dari karangan Susanto yang berjudul Pemikiran Pendidikan Islam bukan hanya sekedar agar manusia dapat memperoleh kehidupan yang baik, namun dengan ilmu pengetahuan manusia dapat mengenal Tuhannya, memperbaiki akhlaknya dan selalu berusaha untuk mencari ridho Allah. Dengan pendidikan yang demikian, manusia akan mendapat ketentraman.     

Menuntut ilmu dalam pandangan Islam bukan hanya ajakan saja, akan tetapi telah menjadi suatu kewajiban bagi setiap umat Islam. Di dalam Alquran dan hadis telah banyak membahas mengenai menuntut ilmu, yakni tentang pentingnya dalam menguasai ilmu dan segala hal yang mengarah pada kewajiban menuntut ilmu. 

Salah satu ciri yang dapat membedakan agama Islam dengan agama lain ialah penekanan terhadap ilmu. Alquran dan Hadis menghibau umat Islam untuk mencari ilmu. Dalam pandangan Islam, ilmu merupakan keistimewaan yang dapat menjadikan manusia lebih unggul dari pada makhluk yang lainnya untuk menjalankan kekhalifahan. Dalam Alquran dan Hadis disebutkan secara berulang-ulang bahwasannya kedudukan umat Islam yang berilmu memiliki kedudukan yang tinggi (Ulum, 2007).  

2. Hadis tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan. Ketika Allah telah menurunkan perintah yang mewajibkan atas suatu hal, maka kita harus menaatinya. Allah Ta'ala berfirman dalam QS. An-Nur ayat 51: 

  

Sesungguhnya yang merupakan ucapan orang-orang mukmin, apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar ia memutuskan (perkara) di antara mereka, hanyalah, "Kami mendengar dan kami taat." Mereka itulah orang-orang beruntung. 

Ada beberapa Hadis yang menjelaskan tentang kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadis riwayat Ibnu Majah dan Hadist riwayat Muslim sebagai berikut :

 Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim) 

 "Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim, dan siapa yang menanamkan ilmu kepada yang tidak layak seperti yang meletakkan kalung permata, mutiara, dan emas di sekitar leher hewan." (HR.Ibnu Majah)

Ilmu tidak hanya sebagai perhiasan atau aksesoris bagi kita,tetapi ilmu juga sebagai amal jariyah. Jika kita sudah meninggal maka ilmu yang telah kita pelajari akan menjadi amal jariyah kita di akhirat nanti. Seperti Hadist di bawah ini :

Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya. (HR. Muslim no. 1631).  

Sesungguhnya hadis-hadis yang menjelaskan mengenai keutamaan dan kedudukan ilmu serta orang yang berilmu terdapat di dalam kitab kitab hadis, terutama dalam kitab induk hadis yang enam (kutub as-sittah) atau di dalam kitab hadis yang Sembilan (kutub at-tis'ah). 

3. Keutamaan Menuntut Ilmu 

Di dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang keutamaan ilmu. Tetapi selain ayat Al-Quran juga terdapat banyak sekali hadits Nabi yang menjelaskan keutamaan ilmu dan kedudukan para ulama, baik dihadapan Allah maupun dihadapan manusia sekalipun, baik di dunia maupun di akhirat. Ulama di hargai demikian tingginya sehingga tak tertandingi oleh siapapun, dan tak mungkin dapat dikejar, kecuali dengan ilmu.

 Adapun beberapa keutamaan ilmu yang telah disebutkan di dalam ayat Al-quran dan Al-Hadis yaitu yang pertama, kelebihan ilmu dibanding dengan ibadah. Salah satu dari keutamaan ilmu dari ibadah yaitu bahwasanya kebanyakan manfaat ibadah terbatas pada pelakunya. Orang yang melaksanakan shalat ataupun berpuasa, haji, zikir dan ibadah- ibadah yang lainya, akan mendapat kebaikan-kebaikan amal perbuatannya dan peningkatan derajatnya.

 Tetapi, orang atau masyarakat yang lain tidak akan mendapatkan ganjaran atau pahala mereka sedikitpun secara langsung. Berbeda dengan ilmu; ia akan bermanfaat jauh melampui si pelaku itu sendiri, sampai pada orang yang mendengarnya, atau membacanya. Ilmu tidak mengenal ikatan, tidak pula mengakui adanya dinding dan jurang pemisah.

 Lebih-lebih pada zaman kita sekarang, ketika ilmu tersebar luas melalui radio dan televisi yang dapat ditangkap dalam beberapa detik dan bahkan dalam seketika itu juga para pendengar dan para penonton yang ada diberbagai tempat dapat menyaksikan dan mendengarkanya. 

Yang kedua, yaitu Ilmu tidak akan terputus meski telah meninggal dunia. Ilmu itu tidak akan terputus lantaran berahirnya hayat atau kehidupan, dengan kata lain ilmu tidak akan mati dengan kematian pemiliknya. Tetapi bagi orang yang melaksanakan shalat, atau berpuasa, membayar zakat, berhaji, berumroh, bertasbih, bertahlil, berzikr, dan bertakbir, semua amal tersebut akan mendapat balasan dari allah SWT. 

Namun balasan tersebut akan terputus lantaran selesai atau berakhirnya amal tertentu. Adapun ilmu, ia akan terus berpengaruh dalam kehidupan seseorang selama orang tersebut masih memanfaatkan ilmunya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang artinya "Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo'akannya."

Dengan begitu kita dapat mengetahui betapa besarnya kebaikan yang akan diperoleh orang yang berilmu yang berupa pahala dan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tersebut akan senantiasa mengalir kepadanya tanpa terputus selama ilmunya disampaikan dan di amalkan oleh murid-muridnya dari generasi ke generasi selanjutnya, dan selama kitab-kitabnya dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri, dan seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai kepadanya setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan untuk manusia, di mana mereka mengambil manfaat terhadap ilmunya. 

Yang ketiga, Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba. Ketika seorang abdu hamba diberikan kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syari, itu menunjukkan bahwa Allah telah menghendaki kebaikan atas hamba tersebut, dan telah membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai oleh-Nya. Kehidupannya menjadi sangat berarti, masa depannya juga menjadi cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah dirasakan di dunia pun akan diraih oleh nya. Yang keempat, Orang yang berilmu akan ditinggikan derajatnya oleh Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah QS. Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi :  

Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis," lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, "Berdirilah," (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan". 

 Di tinggikan derajatnya dengan beberapa derajat, hal ini menunjukkan bahwa besarnya keutamaan, dan ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan tingginya kedudukan dan bagusnya suara yang artinya banyak dibicarakan orang dengan kebaikan dan mencakup pula ketinggian hissiyyah yang artinya dirasakan oleh tubuh dan panca indera di akhirat dengan tingginya kedudukan di surga.

Yang kelima, menuntut ilmu merupakan ibadah dan akan dipermudah jalan untuk menuju surge. Menuntut ilmu merupakan ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan paling utama, sehingga dengan itu pula Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad membela agama Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat At Taubah ayat 122

 

Artinya : " tidak sepatutnya bagi mumin itu pergi semuanya (medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan pada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya".  

Yang keenam, ilmu adalah kehidupan dan cahaya. Banyak dalam ayat Al-Quran menganggap ilmu sebagai kehidupan dan cahaya, sedangkan kebodohan adalah kematian dan kegelapan. 

Seperti kita ketahui semua bentuk kejahatan itu disebabkan oleh ketiadaan kehidupan dan cahaya,dan semua kebaikan itu disebabkan oleh cahaya dan kehidupan. Adapun syarat-syarat mununtut ilmu yang terdapat di dalam kitab"Talim al-Mutaallim" yang telah ditulis oleh Imam Al-Zarnuji, beliau menulis bahwa syarat-syarat mencari ilmu itu ada 6 yaitu:

a. cerdas

 Kecerdasan adalah syarat utama yang harus dipenuhi oleh thalabul ilmi. Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa orang yang pintar adalah orang yang mengetahui bahwa ia tidak tahu akan sesuatu dan karenanya dia mau belajar. Adapun yang dimaksud dengan cerdas disini bukanlah tingkat kepintaranya, melainkan tidak gila. Maksudnya orang tersebut haruslah waras, dapat membedakan mana angka satu dan dua, mana hitam dan putih, mana baju dan celana. 

Kecerdasan adalah bukan sesuatu yang tidak dapat meningkat, jika kita pernah mendengar bahwa menurut orang- orang tua, akal seseorang adalah laksana pedang atau pisau , semakin sering di asah dan dipergunakan maka pedang atau pisau tersebut akan semakin mengkilat dan tajam, dan sebaliknya apabila di diamkan maka akan menjadi karatan dan tumpul, begitupula dengan akal kita apabila sering digunakan untuk berfikir dan mengaji maka akal kita akan semakin tajam daya tangkapnya dan apabila di biarkan maka akan tumpul dan itu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sulitnya untuk menerima ilmu.  

b. Semangat

Artinya sungguh-sungguh dengan bukti ketekunan, mencari ilmu tanpa kesemangatan dan ketekunan maka tidak akan mendapatkan ataupun menghasilkan apa-apa, baik ilmu agama maupun ilmu umum, terlebih ilmu agama karena sesuatu yang mulia tidak akan dengan mudah bisa kita dapatkan, oleh karena itu banyak orang yang menuntut atau mencari ilmu tetapi yang berhasil atau sukses hanya sedikit dibandingkan dengan yang tidak sukses, hal ini terjadi kerena mencari ilmu itu sulit, apa yang kemarin kita hafalkan belum tentu sekarang atau esok kita masih dapat hafal. 

Padahal apa yang telah kita hafalkan kemarin masih terdapat korelasi atau masih berkaitan dengan dengan pelajaran yang sekarang dipelajari. Dengan demikian dalam semangat merupakan syarat untuk menuntut ilmu karena tanpa adanya kesemangatan dan ketekunan sangat sulit bagi kita untuk mendapatkan apa yang seharusnya kita dapatkan dalam menuntut ilmu.

c. Sabar

Artinya tabah dalam menghadapi segala cobaan dan ujian dalam mencari ilmu. Dengan demikian selain berusaha para penuntut ilmu juga harus bersabar, karena orang yang mencari ilmu adalah orang yang mencari jalan lurus menuju sang khaliq. Oleh karena itu, setan sangat membenci orang yang menuntut ilmu, apa yang dikehendaki setan adalah supaya tidak ada orang yang akan mengajarkan pada umat manusia khususnya umat muslim bagaimana caranya beribadah dan orang yang akan menasehati umat supaya tidak terjerumus di dalam kemaksiatan. 

Maka dari itu, setan sangat bernafsu untuk menggoda orang yang menuntut ilmu agar gagal dalam pelajaranya, yaitu dengan digodanya mereka para penuntut ilmu misalnya dengan cara suka pada lawan jenis, dengan kemiskinan atau kemelaratan dan godaan-godaan lainya yang dapat mempengaruhi penuntut ilmu gagal dalam perjalananya menuju ridha Allah SWT.  

d. Adanya biaya(modal) atau bekal

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan itu wajib hukumnya bagi setiap muslim, dan dijelaskan pula di dalam hadis "Tuntutlah ilmu mulai dari buaian ibu sampai liang lahat". Dari hadis tersebut kita dapat mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut ilmu. Pendidikan itu bukan hanya pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasulullah menjanjikan kepada para penuntut ilmu,"Sesungguhnya Allah pasti mencukupkan rezekinya bagi orang yang menuntut ilmu" . 

Dan yakinkanlah bagi para penuntut ilmu walaupun dengan segala kekurangan (biaya) pasti mampu atau dapat menyelesaikan pendidikan. Karena pasti akan ada jalan lain selama kita berusaha dan yakin terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah SWT. Al-Yaqinu L Yuzlu bi as-Syak Artinya: "keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keragu- raguan". Dengan demikian tidak ada alasan orang tidak bisa menuntut ilmu karena biaya, karena sesungguhnya Allah akan memudahkan orang yang mencari ilmu.

e. Petunjuk guru 

Tidak sedikit orang yang tersesat karena belajar tanpa adanya seorang guru, seseorang yang menuntut ilmu hendaklah mempunyai seorang guru sebagai petunjuk dalam mempelajari sesuatu.  

f. lama masanya 

Artinya orang belajar perlu waktu yang lama, lama bukan berarti tanpa adanya target, sebab orang yang belajar harus memiliki target. Tanpa adanya target maka akan terasa hampa dan membat kita malas untu belajar. Mencari ilmu perlu waktu yang lama karena ilmu sangat luas dan tidak memiliki akhir. Maka dari itu, sudah barang tentu membutuhkan waktu yang sangat lama. 

Pepatah Arab mengatakan :"Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat" seorang penuntut ilmu harus mengulang-ulang pelajaran yang telah ia dapakan, jadi dalam mencari ilmu tidaklah cukup dalam waktu yang singkat. Seperti contoh seseorang yang ingin menjadi guru atau dosen harus melalui jenjang sekolah SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi, dan itu bukanlah waktu yang singkat.

4.Kewajiban Menuntut Ilmu Dan Mengamalkannya Di Dalam Al-Qur'an

Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barang siapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya.

Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih baik. 

Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih mengelompokkannya dua bagian, yaitu : 

1). Fardhu 'ain, adalah setiap ilmu yang harus dipelajari oleh setiap muslim tentang Ilmu Agama Islam, agar akidahnya selamat, ibadahnya benar, mu'amalahnya lurus dan sesuai dengan yang disyariatkan Allah Azza wa Jalla, yang tertuang dalam Al Qur'an dan Sunah Nabi-Nya yang sahih. Inilah yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya, 

2.) Fardhu kifayah : adalah ilmu yang memperdalam ilmu-ilmu syariat dengan mempelajari, menghafal, dan membahasnya. Misalnya spesialisasi dalam ilmu-ilmu yang dibutuhkan umat Islam, seperti sistem pemerintahan, hukum, kedokteran, perekonomian, dan lain-lain. Tapi jika sebagian dari mereka ada yang mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban dari yang lainnya. Sedangkan jika tidak ada seorang pun yang melakukannya, maka semua menanggung resikonya. 

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an  : "Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya". 

Kesimpulan

Hadis tentang Kewajiban Menuntut Ilmu

Ketika Allah telah menurunkan perintah yang mewajibkan atas suatu hal, maka kita harus menaatinya.
Sesungguhnya hadis-hadis yang menjelaskan mengenai keutamaan dan kedudukan ilmu serta orang yang berilmu terdapat di dalam kitab kitab hadis, terutama dalam kitab induk hadis yang enam atau di dalam kitab hadis yang Sembilan .

Dengan demikian selain berusaha para penuntut ilmu juga harus bersabar, karena orang yang mencari ilmu adalah orang yang mencari jalan lurus menuju sang khaliq. Oleh karena itu, setan sangat membenci orang yang menuntut ilmu, apa yang dikehendaki setan adalah supaya tidak ada orang yang akan mengajarkan pada umat manusia khususnya umat muslim bagaimana caranya beribadah dan orang yang akan menasehati umat supaya tidak terjerumus di dalam kemaksiatan.

Maka dari itu, setan sangat bernafsu untuk menggoda orang yang menuntut ilmu agar gagal dalam pelajarannya, yaitu dengan digodanya mereka para penuntut ilmu misalnya dengan cara suka pada lawan jenis, dengan kemiskinan atau kemelaratan dan godaan-godaan lainya yang dapat mempengaruhi penuntut ilmu gagal dalam perjalanannya menuju ridha Allah SWT.


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan itu wajib hukumnya bagi setiap muslim, dan dijelaskan pula di dalam hadis Tuntutlah ilmu mulai dari buaian ibu sampai liang lahat. Dari hadis tersebut kita dapat mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut ilmu. Pendidikan itu bukan hanya pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasulullah menjanjikan kepada para penuntut ilmu, Sesungguhnya Allah pasti mencukupkan rezekinya bagi orang yang menuntut ilmu .

Dan yakinkanlah bagi para penuntut ilmu walaupun dengan segala kekurangan pasti mampu atau dapat menyelesaikan pendidikan. Karena pasti akan ada jalan lain selama kita berusaha dan yakin terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah SWT. Al-Yaqinu L Yuzlu bi as-Syak Artinya: keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keragu- raguan. Dengan demikian tidak ada alasan orang tidak bisa menuntut ilmu karena biaya, karena sesungguhnya Allah akan memudahkan orang yang mencari ilmu.


Tidak sedikit orang yang tersesat karena belajar tanpa adanya seorang guru, seseorang yang menuntut ilmu hendaklah mempunyai seorang guru sebagai petunjuk dalam mempelajari sesuatu Artinya orang belajar perlu waktu yang lama, lama bukan berarti tanpa adanya target, sebab orang yang belajar harus memiliki target. Tanpa adanya target maka akan terasa hampa dan membat kita malas untuk belajar. 

Mencari ilmu perlu waktu yang lama karena ilmu sangat luas dan tidak memiliki akhir. Maka dari itu, sudah barang tentu membutuhkan waktu yang sangat lama.
Pepatah Arab mengatakan :Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat, seorang penuntut ilmu harus mengulang-ulang pelajaran yang telah ia dapakan, jadi dalam mencari ilmu tidaklah cukup dalam waktu yang singkat. Seperti contoh seseorang yang ingin menjadi guru atau dosen harus melalui jenjang sekolah SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi, dan itu bukanlah waktu yang singkat.

Menuntut Ilmu Dan Mengamalkannya Di Dalam Al-Qur'an

Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barang siapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya.

Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih baik.

Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib Fardhu kifayah : adalah ilmu yang memperdalam ilmu-ilmu syariat dengan mempelajari, menghafal, dan membahasnya. Misalnya spesialisasi dalam ilmu-ilmu yang dibutuhkan umat Islam, seperti sistem pemerintahan, hukum, kedokteran, perekonomian, dan lain-lain.

Tapi jika sebagian dari mereka ada yang mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban dari yang lainnya. Sedangkan jika tidak ada seorang pun yang melakukannya, maka semua menanggung resikonya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an : Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin pergi semuanya . Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun