Mohon tunggu...
Faiz Aqil Alleinde
Faiz Aqil Alleinde Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

43221010101 - Dosen Pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak - Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis 1- Teknologi Akuntansi Meminjam Pemikiran Mahatma Gandhi

6 April 2023   20:51 Diperbarui: 6 April 2023   21:05 2561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahatma Gandhi adalah seorang intelektual dan politikus India yang dikenal dengan gerakan kemanusiaannya, terutama upaya untuk membebaskan India dari penjajahan. Berikut adalah beberapa pelajaran yang bisa kita pelajari dari pekerjaan hidupnya. Gandhi juga merupakan sosok dalam gerakan nasional India yang berdampak besar pada gerakan perdamaian kontemporer di dunia. Ada empat ajaran yang secara khusus diarahkan melawan penindasan untuk memperjuangkan dunia yang damai dan stabil.

Dia mengusulkan konsep non-kekerasan dalam perang melawan kolonialisme. Non-kekerasan mengacu pada gerakan perlawanan yang tidak melibatkan kekerasan. Ini memanifestasikan dirinya, misalnya, dalam meningkatkan kesadaran orang-orang yang tertindas dan dalam mempraktikkan kebaikan kepada orang-orang yang dekat dengan mereka tanpa pilih-pilih. Oleh karena itu, gerakan tanpa kekerasan adalah sikap masyarakat India untuk berpartisipasi aktif dalam memerangi kejahatan yang dilakukan oleh terorisme kolonial.

Gandhi mengajari masyarakat India empat cara untuk menghilangkan pengaruh kolonialisme. Diantaranya adalah Ahimsa, Hartal, Satyagraha dan Swadesi.

Ahimsa merupakan gerakan anti-kekerasan atau yang sebelumnya disebut sebagai non-violence. Ahimsa sebagaimana diajarkan dalam Bhagawad Gita, merupakan sikap untuk tetap melawan kejahatan namun dengan pertimbangan atas penghargaan hak asasi. Gerakan ini berupaya untuk menyebarkan kebaikan dan perdamaian pada seluruh manusia, terlepas identitasnya. Hal ini menyebabkan Gandhi masih dapat melakukan percakapan dengan seluruh orang, termasuk beberapa jurnalis dan peneliti dari luar negeri termasuk Inggris.

Sementara itu Hartal merupakan bentuk dari kesadaran masyarakat agar tidak dengan mudah bekerja sama dengan para penjajah. Hal ini dibuktikan oleh Gandhi melalui seruan untuk melakukan pembangkangan massal seperti pemogokan makan yang dua dilakukan Gandhi untuk mendesak sikap opresif penjajah di India.

Satyagraha merupakan seruan Gandhi untuk memperoleh keadilan secara ekonomi, terutama semenjak masyarakat India sadar bahwa aspek-aspek krusial bangsa seperti ekonomi dan politik telah dikuasai oleh penjajah. Karenanya ajakan Gandhi untuk melakukan Satyagraha dapat dilakukan dengan menolak kebijakan dan peraturan yang telah dikeluarkan oleh kuasa penjajah.

Ajakan Gandhi yang terakhir agar India dapat keluar dari penjajahan dan melawan kejahatan ialah dengan melakukan Swadesi atau upaya untuk berdikari. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat India mampu memenuhi kebutuhan bangsanya melaku komoditas dan hasil produksi yang dihasilkan oleh bangsa sendiri. Dengan demikian bangsa India tidak perlu bergantung dengan negara lain sehingga penjajah tidak memiliki harga tawar bagi masyarakat India.

Selain melawan penjajahan, Gandhi memiliki tujuan hidup ialah melawan kejahatan yang muncul dari beragam aspek. Bagi Gandhi, seluruh manusia ialah saudara terlepas dari latar belakang suku bangsanya. Bagi Gandhi masyarakat Inggris adalah saudara, namun demikian apabila sesama saudara saling menindas sebagaimana digambarkan dalam epos Hindu Mahabharata, maka kaum tertindas perlu melakukan perlawanan dengan langkah-langkah yang tetap menjunjung kemanusiaan.

Demikian pula sikap Gandhi terhadap tradisi yang terlahir di India. Dalam kebudayaan India terdapat kasta Paria yang terpinggirkan, di mana masyarakat dalam kelas sosial tersebut dianggap layak diperlakukan berbeda dengan kasta lainnya. Sebagai bagian dari penyebaran kemanusiaan, Gandhi mendorong penyelenggaraan kesehatan layak bagi masyarakat India dan menyerukan penghapusan kelas Dalit atau Parya sebagai bentuk otokritik terhadap warisan bangsa yang tidak menjunjung tinggi hak-tanggung jawab seluruh umat manusia.

Salah satu konsep yang ditekankan Gandhi adalah keadilan sosial dan pemerataan sumber daya. Dalam SIA, prinsip kewajaran ini dapat diterapkan dalam pengelolaan sumber daya keuangan perusahaan. Sistem informasi harus dapat memberikan informasi yang benar dan relevan tentang alokasi sumber daya keuangan, penggunaan dana yang rasional dan pembagian keuntungan atau kerugian perusahaan secara adil. Hal ini dapat membantu menghindari eksploitasi atau ketidakadilan dalam pengelolaan sumber daya keuangan perusahaan. Gandhi juga menganjurkan pendekatan berbasis nilai dalam tindakan dan politiknya. Dalam SIA, pendekatan berbasis nilai dapat diterapkan pada keputusan akuntansi. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, ketulusan, keadilan dan keberlanjutan harus menjadi dasar pengelolaan informasi keuangan. Saat menggunakan teknologi di SIA, seseorang harus mempertimbangkan apakah teknologi tersebut sesuai dengan nilai-nilai perusahaan dan apakah dapat mencapai tujuan etis yang diinginkan. Etika, transparansi dan akuntabilitas, keadilan dalam alokasi sumber daya, pemberdayaan dan keterlibatan masyarakat, serta pendekatan berbasis nilai merupakan konsep penting dalam memasukkan filosofi Gandhi ke dalam SIA. Dengan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut ke dalam pengelolaan informasi keuangan perusahaan, SIA dapat menjadi lebih etis, transparan, dan adil, memberdayakan masyarakat untuk mengambil keputusan yang memengaruhi kebijakan perusahaan. Penggunaan teknologi SIA juga harus diperhatikan secara cermat dan sejalan dengan nilai-nilai perusahaan untuk mencapai tujuan pengelolaan informasi keuangan yang lebih baik.

Informasi saat ini merupakan komponen penting dan berguna bagi masyarakat yang kebutuhannya terus berkembang. Informasi mengacu pada informasi yang telah diubah menjadi konteks yang berguna dan bermakna bagi pengguna tertentu. Informasi adalah sekumpulan informasi yang telah diolah sehingga memiliki arti yang berguna untuk pengambilan keputusan yang efektif. Informasi yang berkualitas harus relevan, akurat, lengkap, tepat waktu, mudah dipahami, dapat diverifikasi, dan tersedia, yang dibutuhkan organisasi untuk dapat mengambil keputusan. Pengambil keputusan menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi untuk membuat keputusan teknis dan non-teknis. Informasi saat ini dipandang sebagai salah satu sumber daya atau investasi yang harus dikembangkan oleh suatu perusahaan apabila diharapkan dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat menjadi sarana untuk menghasilkan informasi secara cepat dan akurat serta dapat memberikan manfaat yang besar dalam mencapai tujuan perusahaan. Sistem informasi harus diterima dan digunakan oleh semua karyawan organisasi sehingga investasi yang besar dalam perolehan sistem informasi seimbang bahkan dengan produktivitas yang tinggi. Akuntansi merupakan pilar penting dalam bisnis, mengalami perkembangan teknologi informasi yang cukup pesat. Sedangkan akuntansi adalah sistem informasi yang menyimpan, mengumpulkan, dan mengirimkan data keuangan untuk pengambilan keputusan. Salah satu bidang akuntansi yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi adalah AIS. Sistem informasi akuntansi (SIA) adalah kumpulan sumber daya, seperti B. Orang dan peralatan yang dirancang untuk mengubah keuangan dan data lainnya menjadi informasi yang dapat dikomunikasikan ke berbagai pembuat keputusan. Teknologi informasi tumbuh seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Perkembangan teknologi informasi meliputi perkembangan infrastruktur seperti perangkat keras, perangkat lunak, teknologi penyimpanan data (teknologi memori) dan teknologi komunikasi. Semakin maju teknologi informasi, semakin mempengaruhi akuntansi. Perkembangan teknologi informasi di era informasi memberikan dampak yang signifikan terhadap sistem informasi akuntansi (SIA) perusahaan. Sistem informasi akuntansi menggabungkan perubahan ini dengan fungsi manual atau komputernya. Pada dasarnya sistem informasi akuntansi merupakan subsistem dari sistem informasi manajemen yang bertugas untuk mengelola informasi transaksi dari seluruh operasi yang ada. Seluruh informasi organisasi baik informasi keuangan maupun non keuangan dikelola dalam sistem informasi manajemen sebagai informasi bagi seluruh tingkatan manajemen (manajemen atas, menengah dan bawah) sebagai alat bantu pengambilan keputusan.

Singkatnya, pandangan Mahatma Gandhi tentang teknologi berasal dari pandangan filosofisnya tentang bagaimana manusia harus hidup dan berinteraksi dengan dunia. Belakangan, para ahli dan pemikir lainnya mengembangkan dan memperluas gagasan Gandhi menjadi sebuah filosofi teknologi, yang menekankan pentingnya penggunaan teknologi secara bijak dan sesuai dengan nilai-nilai moral yang benar, agar teknologi dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan pada umumnya. Meskipun hubungan antara teknologi sistem informasi akuntansi dan pemikiran Mahatma Gandhi pada awalnya tampaknya tidak berhubungan langsung, namun perspektif dan prinsip filosofis Mahatma Gandhi dapat diterapkan dalam konteks sistem informasi akuntansi (SIA). Meskipun filosofi teknologi Mahatma Gandhi tampaknya tidak relevan secara langsung, ia dapat memberikan perspektif dan prinsip yang berharga dalam konteks sistem informasi akuntansi.

Keuntungan Etika Gandhi

Kebenaran, kebaikan, keharmonisan, kedamaian dan sifat-sifat lain yang merupakan kebajikan adalah dambaan setiap manusia. Tujuan dari semua kehidupan manusia adalah untuk mencapai keunggulan, dan ketika esensi ajaran Gandhi adalah metode untuk menggerakkan semua hal ini melalui tindakan yang tidak menyinggung, menghormati, dan menghormati satu sama lain, maka kebajikan tercapai. tepat Ajaran Gandhi merupakan prinsip hidup manusia yang dapat diterima secara universal, dan tidak ada ajarannya yang bertentangan dengan martabat hidup manusia.

Ajaran Gandhi dapat memiliki beberapa efek ketika orang diizinkan untuk mempraktikkan ajaran tanpa kekerasan. Konsekuensinya positif. Ajaran Gandhi untuk memperlakukan saudara dan musuh, orang yang kita cintai, membuat orang yang diperlakukan luluh hatinya dan beralih ke cinta. Prinsip kedamaian dan kasih ini dapat membantu manusia memahami arti hidup yang sebenarnya, yaitu kebenaran yang datang dari Tuhan.

Ajaran Gandhi dapat memiliki implikasi sosial, politik, budaya dan ekonomi. Memikirkan kembali doktrinnya tentang tanpa kekerasan. Yang penting bukanlah keegoisan pribadi, melainkan kebaikan bersama, yaitu kebaikan umat manusia. Prinsip ini, yang mungkin memiliki hak asasi manusia yang terbatas dan diskriminatif di masa lalu, dapat mempengaruhi kebijakan politik sebagai orang yang bebas dalam arti bahwa ia memahami arti kebebasan dari perspektif individu dan sosial. Kemakmuran ekonomi dapat dicapai dengan nilai yang terkandung dalam non-kekerasan, yaitu kasih sayang terhadap orang lain, dimana seseorang mempertimbangkan kepentingannya sendiri, orang mulai mempertimbangkan betapa pentingnya orang lain dalam kehidupan. Orang juga berpikir bahwa semua orang sama, mereka membutuhkan tempat tinggal, makanan dan keluarga.

Kerugian Etika Gandhi

Ini bisa disebut sebagai kekurangan etika yang dikemukakan Gandhi, yaitu non-kekerasan. Pada tingkat individu, misalnya, Gandhi sendiri dapat memiliki pemikiran dan pengalaman tentang nirkekerasan, mungkin mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi sangat sulit diterapkan pada seluruh umat manusia, meskipun mengandung kebaikan dan kebenaran mutlak yang dipegang Gandhi. Dari Tuhan Karena setiap orang memiliki pengalamannya masing-masing, orang biasa tidak sama karena pengalaman itu. Ada orang yang dendam, ingin membunuh, ingin melakukan apa saja, menginginkan kekuasaan (seperti yang dikatakan Nietzsche) begitu lama, orang tidak bisa menyangkalnya. Pada kenyataannya, sangat sulit bagi orang untuk menerima bahwa ketika seorang anggota keluarga terbunuh, mereka segera memaafkan si pembunuh dan menganggap bahwa perbuatan itu harus dibenci, bukan orangnya. Tidak dapat disangkal juga bahwa tindakan tidak akan terjadi jika tidak ada yang melakukannya.

Sebenarnya Gandhi bermaksud membawa kebaikan bagi umat manusia, namun melalui konflik inilah Mahatma Gandhi lahir. Seandainya rasisme tidak ada, Gandhi mungkin masih menjadi pengacara selama sisa hidupnya. Orang biasa dan bahkan Gandhi tidak bisa melompat begitu saja dari proses ini. Kekerasan memang tidak bisa diterima secara rasional sebagai kebaikan, namun faktanya kekerasan juga diperlukan, seperti Karl Marx yang memiliki gagasan bagaimana menciptakan konflik sedemikian rupa sehingga masyarakat tetap dinamis dan berkembang. Konflik juga dapat diartikan di sini sebagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Ketika ada konflik, orang berusaha menyelesaikannya dan mengarah ke kehidupan yang lebih baik.

Penerapan filosofi moral Mahatma Gandhi di Indonesia

Ajaran Gandhi bisa diterapkan di Indonesia, apalagi masyarakat Indonesia yang memiliki keragaman tersebut (baca:prural). Salah satu ajaran Gandhi yang sesuai dengan filsafat Indonesia adalah pujian Gandhi terhadap ajaran bahwa kebenaran adalah Tuhan. Di Indonesia, ajaran spiritual Asia sangat dihargai dibandingkan dengan ajaran positivis

Ajaran Gandhi dapat dijadikan dasar penyelesaian masalah dalam konflik antar umat beragama di Indonesia yang cenderung menghasilkan kekerasan dan kerusakan. Gandhi menemukan bahwa masing-masing agama memiliki prinsip yang sama dan mengandung doktrin nir-kekerasan juga. Atas dasar kesamaan inilah umat beragama dapat berpikir kembali tentang kesamaan yang dimiliki atas manusia dan agama.

Tidak satu pun dari ajaran Gandhi yang bertentangan dengan martabat manusia, melanggar hukum, dan negara Indonesia. Bahkan, bisa jadi realisasi dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, salah satunya, dapat dimulai dengan menerapkan ajaran Gandhi. Keutamaan-keutamaan yang diutarakan Gandhi cocok dengan Kelima sila Pancasila, dengan konteks Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil yang merupakan jenis dari keutamaan juga.

Dalam sejarah bangsa Indonesia juga, India sudah memiliki hubungan politik yang baik, kebudayaan Hindu yang sudah diterima oleh bangsa Indonesia sejak berabad-abad yang lalu, dan juga sebagai bagian dari benua Asia memiliki kesamaan rasa atas, misal, bencana alam dan dijajah oleh bangsa lain.

Ajaran Filsafat Moral Mahatma Gandhi merupakan ajaran yang sangat filosofis. Ia mengangkat tema-tema kemanusiaan sesuai dengan zaman yang digelutinya yaitu dalam masa penjajahan bangsa Inggris. Pada masa itu rasisme masih sangat kental sekali diindikasikan dengan pembedaan hak antara kulit putih dengan yang bukan berkulit putih. Di sini Gandhi melihat bahwa manusia memiliki hak yang sama dan ia mulai membangun perlawanan dengan pemikirannya yaitu tentang Nir-kekerasan dan Satyagraha.

Nir-kekerasan

Secara harfiah nir-kekerasan (non-violence) berarti "tidak membunuh". Tetapi menurut Gandhi makna dari nir-kekerasan lebih dari sekedar itu bahkan memiliki makna yang universal yang membawa kepada ranah yang lebih tinggi dan tanpa batas. Ketika makna nor-kekerasan hanya diartikan sebagai "tidak membunuh" maka maknanya akan hilang.

Makna sebenarnya dari nir-kekerasan mencakup banyak makna diantaranya dapat diturunkan seperti bahwa seseorang tidak boleh menyerang orang lain dan tidak boleh memendam pemikiran yang jahat atau tidak mengenal belas kasihan terhadap musuh. Menurutnya hal ini bukanlah "seseorang yang engkau anggap sebagai musuh," melainkan "seseorang yang barangkali menganggap dirinya adalah musuhmu."

Nir-kekerasan juga berarti sebagai tindakan yang berangkat dari pemikiran bahwa suatu persoalan dapat diselesaikan dengan jalan yang lebih baik dibandingkan dengan kekerasan. Dengan jalan nir-kekerasan bukan berarti orang bersikap pasif yang bisa "diinjak-injak" oleh orang lain. Dalam hal ini orang harus bersikap aktif dengan cara, misalnya, melakukan demonstrasi, melakukan penolakan terhadap perbuatan yang mengarah kepada kejahatan, berpuasa, dan sebagainya. Tentunya dengan aturan main nir-kekerasan. Menurut teori nir-kekerasan jika kita diperlakukan tidak layak, dan kita menerimanya, bukan berarti kita setuju dengan perbuatan tersebut.

Manusia dan perbuatan yang dilakukannya merupakan dua hal yang berbeda. Perbuatan baik akan selalu mendapatkan penerimaan yang baik dan perbuatan buruk akan mendapatkan penerimaan yang buruk. Sementara, si pelaku perbuatan itu, apakah perbuatan itu baik atau buruk senantiasa pantas mendapatkan penghormatan serta belas kasih.

Lima Aksioma Tentang Nir-kekerasan Gandhi

    Nir-kekerasan mensyaratkan pemurnian dan pensucian diri sesempurna mungkin yang bisa diraih secara manusiawi.

    Kekuatan nir-kekerasan terletak pada kemampuan dan kerelaan, bukan sekedar kemauan, seorang penganut nir-kekerasan untuk menahan diri terhadap tindakan yang bisa menimbulkan kekerasan.

    Nir-kekerasan pasti bisa mengungguli kekerasan. Kekuatan yang lahir dari para penganut nir-kekerasan selalu lebih besar daripada kekuatan yang dihasilkan daripada penganut kekerasan.

    Nir-kekerasan tidak mengenal kekalahan. Akhir dari kekerasan adalah yang tak-terelakkan.

    Muara akhir dari nir-kekerasan adalah kemenangan yang pasti, jika istilah menang boleh diterapkan dalam nir-kekerasan. Sesungguhnya, ketika kita tidak memikirkan kekalahan, maka kita juga tidak memerlukan kemenangan.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Satyagraha

Secara harafiah Satyagraha berasal dari kata Satya yang diturunkan dari kata Sat yang berarti "ada". "ada" dalam satyagraha berarti adanya kebenaran. Dalam pencarian kebenaran tidak ada tempat bagi ego atau kepentingan diri sendiri (self-interest). Oleh karenanya pencarian kebenaran harus didasarkan atas pengorbanan-diri. Menurut Gandhi, atas dasar Satyagraha, bahwa kebenaran itu adalah Tuhan dibandingkan Tuhan adalah kebenaran. Gandhi menulis "Aku tidak mengabdi pada apa pun dan siapa pun kecuali Kebenaran dan aku tidak menganjurkan hal apa pun kepada seseorang selain Kebenaran," jadi dalam hal ini Gandhi bertolak dengan adanya kebenaran maka ada Tuhan di sana.

Menurut Gandhi kebenaran adalah penggambaran tepat tentang Tuhan. Maka tidaklah keliru apabila setiap orang mengikuti kebenaran menurut petunjuk dan cahaya yang mereka miliki. Bahkan, kewajiban setiap orang adalah mencari petunjuk tentang kebenaran. Kemudian apabila dalam perjalanan mencari dan mengikuti kebenaran itu seseorang melakukan kekeliruan tetapi ia tetap bersungguh-sungguh dengan Kebenaran, maka secara otomatis dia akan mengoreksi dirinya.

Sifat seseorang yang mengedepankan jalan satyagraha haruslah rela berkorban demi menegakkan kebenaran, ia berkorban bukan berarti tunduk atau tidak memiliki pengetahuan apa-apa melainkan ia mencari hal yang hakiki benar. Ia melakukan suatu hal atas dasar percaya bahwa hal yang dilakukan adalah benar dan tentunya tidak lepas dari ajaran nir-kekerasan.

Ajaran satyagraha tidak dapat dipisahkan dengan ajaran nir-kekerasan karena keduanya mendukung satu sama lain dan menghasilkan keutamaan yang seharusnya dijunjung tinggi oleh umat manusia. Orang yang berada dalam jalan satyagraha harus memiliki sikap tabah karena pencarian kebenaran tidak semudah menciduk air di laut, melainkan harus dengan proses yang kadang kala ditemukan berbagai hambatan berupa pengaruh keadaan dan sesuatu yang menggoda iman.

Citasi :

-Apollo. (2023, Februari 4). Filsafat Teknologi Mahatma Gandhi.

-Hakum, S. L. (2014). Pemikiran Mahatma Gandhi Tentang Nilai-Nilai Kemanusiaan. Jember.

-Dika Sri Pandanari (2021). Gandhi Dan Gerakan Pembebasan

-Maglearning.id, Filsafat Moral Mahatma Gandhi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun