Mahatma Gandhi adalah seorang intelektual dan politikus India yang dikenal dengan gerakan kemanusiaannya, terutama upaya untuk membebaskan India dari penjajahan. Berikut adalah beberapa pelajaran yang bisa kita pelajari dari pekerjaan hidupnya. Gandhi juga merupakan sosok dalam gerakan nasional India yang berdampak besar pada gerakan perdamaian kontemporer di dunia. Ada empat ajaran yang secara khusus diarahkan melawan penindasan untuk memperjuangkan dunia yang damai dan stabil.
Dia mengusulkan konsep non-kekerasan dalam perang melawan kolonialisme. Non-kekerasan mengacu pada gerakan perlawanan yang tidak melibatkan kekerasan. Ini memanifestasikan dirinya, misalnya, dalam meningkatkan kesadaran orang-orang yang tertindas dan dalam mempraktikkan kebaikan kepada orang-orang yang dekat dengan mereka tanpa pilih-pilih. Oleh karena itu, gerakan tanpa kekerasan adalah sikap masyarakat India untuk berpartisipasi aktif dalam memerangi kejahatan yang dilakukan oleh terorisme kolonial.
Gandhi mengajari masyarakat India empat cara untuk menghilangkan pengaruh kolonialisme. Diantaranya adalah Ahimsa, Hartal, Satyagraha dan Swadesi.
Ahimsa merupakan gerakan anti-kekerasan atau yang sebelumnya disebut sebagai non-violence. Ahimsa sebagaimana diajarkan dalam Bhagawad Gita, merupakan sikap untuk tetap melawan kejahatan namun dengan pertimbangan atas penghargaan hak asasi. Gerakan ini berupaya untuk menyebarkan kebaikan dan perdamaian pada seluruh manusia, terlepas identitasnya. Hal ini menyebabkan Gandhi masih dapat melakukan percakapan dengan seluruh orang, termasuk beberapa jurnalis dan peneliti dari luar negeri termasuk Inggris.
Sementara itu Hartal merupakan bentuk dari kesadaran masyarakat agar tidak dengan mudah bekerja sama dengan para penjajah. Hal ini dibuktikan oleh Gandhi melalui seruan untuk melakukan pembangkangan massal seperti pemogokan makan yang dua dilakukan Gandhi untuk mendesak sikap opresif penjajah di India.
Satyagraha merupakan seruan Gandhi untuk memperoleh keadilan secara ekonomi, terutama semenjak masyarakat India sadar bahwa aspek-aspek krusial bangsa seperti ekonomi dan politik telah dikuasai oleh penjajah. Karenanya ajakan Gandhi untuk melakukan Satyagraha dapat dilakukan dengan menolak kebijakan dan peraturan yang telah dikeluarkan oleh kuasa penjajah.
Ajakan Gandhi yang terakhir agar India dapat keluar dari penjajahan dan melawan kejahatan ialah dengan melakukan Swadesi atau upaya untuk berdikari. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat India mampu memenuhi kebutuhan bangsanya melaku komoditas dan hasil produksi yang dihasilkan oleh bangsa sendiri. Dengan demikian bangsa India tidak perlu bergantung dengan negara lain sehingga penjajah tidak memiliki harga tawar bagi masyarakat India.
Selain melawan penjajahan, Gandhi memiliki tujuan hidup ialah melawan kejahatan yang muncul dari beragam aspek. Bagi Gandhi, seluruh manusia ialah saudara terlepas dari latar belakang suku bangsanya. Bagi Gandhi masyarakat Inggris adalah saudara, namun demikian apabila sesama saudara saling menindas sebagaimana digambarkan dalam epos Hindu Mahabharata, maka kaum tertindas perlu melakukan perlawanan dengan langkah-langkah yang tetap menjunjung kemanusiaan.
Demikian pula sikap Gandhi terhadap tradisi yang terlahir di India. Dalam kebudayaan India terdapat kasta Paria yang terpinggirkan, di mana masyarakat dalam kelas sosial tersebut dianggap layak diperlakukan berbeda dengan kasta lainnya. Sebagai bagian dari penyebaran kemanusiaan, Gandhi mendorong penyelenggaraan kesehatan layak bagi masyarakat India dan menyerukan penghapusan kelas Dalit atau Parya sebagai bentuk otokritik terhadap warisan bangsa yang tidak menjunjung tinggi hak-tanggung jawab seluruh umat manusia.
Salah satu konsep yang ditekankan Gandhi adalah keadilan sosial dan pemerataan sumber daya. Dalam SIA, prinsip kewajaran ini dapat diterapkan dalam pengelolaan sumber daya keuangan perusahaan. Sistem informasi harus dapat memberikan informasi yang benar dan relevan tentang alokasi sumber daya keuangan, penggunaan dana yang rasional dan pembagian keuntungan atau kerugian perusahaan secara adil. Hal ini dapat membantu menghindari eksploitasi atau ketidakadilan dalam pengelolaan sumber daya keuangan perusahaan. Gandhi juga menganjurkan pendekatan berbasis nilai dalam tindakan dan politiknya. Dalam SIA, pendekatan berbasis nilai dapat diterapkan pada keputusan akuntansi. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, ketulusan, keadilan dan keberlanjutan harus menjadi dasar pengelolaan informasi keuangan. Saat menggunakan teknologi di SIA, seseorang harus mempertimbangkan apakah teknologi tersebut sesuai dengan nilai-nilai perusahaan dan apakah dapat mencapai tujuan etis yang diinginkan. Etika, transparansi dan akuntabilitas, keadilan dalam alokasi sumber daya, pemberdayaan dan keterlibatan masyarakat, serta pendekatan berbasis nilai merupakan konsep penting dalam memasukkan filosofi Gandhi ke dalam SIA. Dengan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut ke dalam pengelolaan informasi keuangan perusahaan, SIA dapat menjadi lebih etis, transparan, dan adil, memberdayakan masyarakat untuk mengambil keputusan yang memengaruhi kebijakan perusahaan. Penggunaan teknologi SIA juga harus diperhatikan secara cermat dan sejalan dengan nilai-nilai perusahaan untuk mencapai tujuan pengelolaan informasi keuangan yang lebih baik.