"Apa? Hahahaha. Tidak. Aku emang hapal semua anak kok."
Oke. Tidak heran kalau Hange Zoe selalu top score di setiap kuis, pre test dan post test yang rutin diadakan di kelas setiap hari. Â
"..."
"Levi! Coba lihat virus jenis ini! Katanya dia sempat membunuh setengah manusia di Spanyol. Tapi penularannya misterius karena semua sel korban tidak mengalami kerusakan membran dan distraksi asam nukleat DNA. Bagaimana bisa? Keren!!"
Levi melongo. Mau dibilang sok akrab, tapi Hange ini seperti sebenarnya tidak peduli pada respon lawan bicaranya. Mau dibilang caper, tapi mata berbinar dan pipi bersemu kemerahan itu kelihatan alami dan tidak dibikin-bikin saat menunjuk buku yang ia baca.
Kemudian Levi sadar.
Hange Zoe cuma seperti punya dunia sendiri yang isinya cuma dia dan sains yang menjadi ketertarikan ambisinya. Ia hidup di dunia itu, berdua dengan minatnya, lalu sangat bahagia di sana dan ingin orang lain merasakan kebahagiaan yang sama. Sayangnya, orang lain tidak satu frekuensi. Levi yang hidup pahit sejak kecil tidak seperti anak lain, sedikit paham pada posisi itu. Walau di balik. Levi itu seperti warna hitam. Sedangkan Hange bersinar bak matahari.
Lalu pada sore itu, untuk pertama kali dalam hidupnya, Levi berinisiatif melangkah duduk di hadapan manusia lain terlebih dahulu. Ia menatap Hange, kemudian berdeham.
"Telofase. Sesaat sebelum sel mengalami sitokinesis, pada saat pembentukan membran, disitulah virus itu masuk. Dia melewati membran utama sel induk dengan difusi. Strukturnya yang lipophobik dianggap air oleh membran jadi dia lolos masuk ke dalam. Begitu metode infeksinya."
Bukan cuma Hange, Levi Ackerman sendiri pun kaget bahwa ia bisa bicara sebanyak itu pada orang lain. Sementara itu, Hange, melongo seperti mendapat ambisi baru dalam dunianya. Sejak saat itu, kedua manusia ini jadi peduli satu sama lain. Mereka diam-diam memasukan satu sosok baru dalam dunianya masing-masing yang sebelumnya hanya ada diri mereka sendiri disana.
Belasan tahun berlalu sampai hari ini mereka bertemu kembali.