Mohon tunggu...
Faiz Abdalla
Faiz Abdalla Mohon Tunggu... Politisi - Politician

Ketua Karang Taruna Kab Gresik; Juara 1 Karang Taruna Berprestasi Provinsi Jawa Timur 2022; Tenaga Ahli Bupati Gresik 2021-2024; Tinggal di @faizabdalla3101 (IG).

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Setigi Dibuka Lagi, Kenapa Ndak?

10 Mei 2020   19:58 Diperbarui: 10 Mei 2020   21:27 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata Setigi Desa Sekapuk

Setelah dipikir-pikir, saya pun mulai setuju dengan pikiran Kades Sekapuk. Soal apa itu? Itu loh, Rek, itu! Apalagi kalo bukan soal wisata Setigi Sekapuk. Ia mengusulkan untuk membuka kembali di tengah pandemi Covid-19.

Hal itu ia sampaikan saat diskusi daring yang diadakan Duta GenRe Gresik (7/5). Kades Sekapuk yang turut dalam forum diskusi itu, menyampaikan perihal itu ke Gus Yani, Ketua DPRD yang menjadi narasumber tunggal dalam diskusi itu.

Loh, lalu apa dasar Pak Kades? Bukannya saat ini semua terdampak, dan harus memahami kondisi? Toh bukan hanya Desa Sekapuk yang mengalami!

Benar kok. Benar! Tapi hemat saya, apa yang dijabarkan Pak Kades malam itu perlu untuk direnungkan. Saya suka cara ia membangun argumentasi. Nalarnya kritis dan membangun.

Ia katakan, sudah 14 hari ketiga kali ini wisata Setigi ditutup sementara. Artinya, sudah 42 hari Setigi tidak beroperasi. Imbas, ratusan pekerjanya pun terpaksa dirumahkan sementara.

Tentu, kerugian besar dialami Pemdes Sekapuk. Selain income PADes Sekapuk jauh berkurang, pihaknya juga masih harus menanggung biaya perawatan lokasi wisata semenjak ditutup.

Untuk listrik saja, per-bulan pihaknya harus membayar tak kurang 10 juta-an. Pun kini masih memperkerjakan sekitar 20 orang untuk merawat rumput dan pepohonan yang harus rutin disiram.

Namun, itu masih belum seberapa. Yang paling dirasa, tentu dampak ekonominya bagi masyarakat. Maklum, sejak wisata itu viral dan ramai pengunjung, perlahan kegiatan wisata menopang struktur ekonomi warga Sekapuk.

Sebagai satu misal..

Di dalam lokasi wisata, terdapat sebanyak 30 stand tempat makan. Satu stand itu, asumsikan bisa menyedot distribusi bahan kebutuhan dari satu toko kelontong. Maka, tak kurang 30 toko kelontong yang akan terdistribusi barang dagangannya ke lokasi wisata.

Ngomong-ngomong, 30 toko kelontong dalam satu desa bukan terbilang sedikit kan? Bisa dibayangkan kan sebaran distribusi lebih ke hulunya? Dan, ini baru satu misal loh.

Artinya, kehadiran wisata ini telah berkontribusi besar dalam pembentukan ekonomi warga Sekapuk. Wajar bila Pak Kades menyebut kerugian yang dialami desanya bernilai ratusan juta per-hari.

Menggerakkan Ekonomi

Apa yang disampaikan Pak Kades itu, tentu layak dipertimbangkan di tengah capaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama di angka 2,97 persen.

Angka ini tercatat sebagai pertumbuhan terendah sejak tahun 2001 atau ketika ekonomi mulai bergeliat setelah badai krisis moneter tahun 1998.

Meski tak sampai minus, tapi angka 2,97 persen tentu harus diwaspadai. Kuartal pertama merupakan modal krusial guna menopang pertumbuhan kuartal lanjut.

Nyatanya, angka yang dicapai justru jauh dari yang diharapkan. Terkontraksi -2,41 persen jika dibandingkan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya, yakni IV-2019.

Wajar bila diperkirakan pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun berada di kisaran 0,5 persen. Atau bahkan lebih rendah dari itu. Miris bukan?

Artinya, harus mulai dipikirkan bagaimana implementasi PSBB diformulasikan selain untuk menekan penyebaran Covid-19, juga menggerakkan ekonomi.

Sampai di sini, paham kan mengapa Pak Kades ngotot membuka Setigi? Maklum, ekonomi desanya kini mulai bertumpu pada wisata!

"Apa langkah solutif dari Pemerintah untuk kami ini? Tolong ini dipikirkan," ungkap Pak Kades pada diskusi itu.

Sektor Pariwisata

Karena itu, saya kira relevan bila ide Kades Sekapuk itu dipertimbangkan.

Tidak ada salahnya bila pemerintah daerah mulai memikirkan untuk melonggarkan beroperasinya tempat wisata. Terutama wisata yang memiliki dampak ekonomi menyebar seperti Setigi.

Benar, bahwa pemerintah telah menggelontorkan anggaran jaring pengaman sosial untuk masyarakat berbentuk uang tunai. Harapannya, menjaga daya beli atau konsumsi rumah tangga yang memiliki kontribusi tertinggi dalam pembentukan ekonomi.

Masalahnya, bukankah uang senilai itu hanya mampu menjadi penahan agar daya beli tidak semakin merosot? Belum lagi soal data dan tepat sasarannya. Bila salah atau tumpang tindih penerima, maka tidak akan berdampak signifikan. Karena yang disasar ialah daya beli masyarakat menengah ke bawah.

Nah, oleh sebab itu, yang dibutuhkan saat ini adalah inovasi kebijakan setelah melalui tahap pertama PSBB ini. Kini, harus lebih progresif dengan mulai menyasar menggerakkan ekonomi.

Salah satunya di sektor pariwisata.

Kata Pak Kades malam itu: "Wisata itu harus dibedakan. Dipilah. Tidak bisa disamaratakan. Lebih-lebih wisata desa, yang itu lingkupnya lebih kecil dan terbatas."

Beradaptasi

Saya mencatat. Ia menyatakan beberapa statement menarik. "Mari menghadapi pandemi ini dengan bahagia," ungkapnya.

Ucapan itu menyiratkan pesan, bahwa yang dihadapi masyarakat kini adalah kejenuhan, bahkan ketakutan. Dinding-dinding kegelisahan itu kian meninggi. Karena itu, perlahan harus mulai dirobohkan.

Caranya bagaimana?

Ya itu tadi. Ruang-ruang terbuka seperti Setigi perlu dibuka untuk memberi nafas ruang berpikir masyarakat. Sudah sebulan lebih loh masyatakat dalam anjuran berdiam diri di rumah.

Lantas, langkah apa untuk mengantisipasi Covid-19?

Nah, di sinilah poin adaptasinya. Ia pun memastikan, bila nanti dibuka, akan menyajikan konsep wisata bersih dan sehat. Artinya, protokol Covid-19 akan benar-benar diterapkan.

Seperti apa saja itu?

Misal, beberapa spot yang ramai pengunjung, salah satunya danau, akan diterapkan physical distancing. Pihaknya akan memasang tanda jaga jarak seperti di shaf-shaf masjid atau pasar yang menerapkan physical distancing.

Lalu, ia pun menyampaikan, akan memasang ratusan tempat cuci lengkap dengan sabunnya. Tak hanya di spot-spot. Tapi juga di pinggir-pinggir jalan.

"Intinya, akan penuh dengan nuansa edukasi kesehatan," tegasnya.

Agar memastikan lokasi steril, ia pun akan mengecek pengunjung yang akan masuk. Serta, akan membatasi jumlah pengunjung setiap harinya agar terkonfirmasi physical distancing bisa diterapkan cukup.

"Terlebih, wisata Setigi itu di bawah terik matahari. Wisata alam yang terbuka," tambahnya, yakin.

Nah, agar semakin memastikan komitmennya mengantisipasi penyebaran Covid-19, pihaknya pun mengusulkan nantinya pengunjung hanya akan dibatasi warga lokal Gresik. Atau bahkan, agar semakin terlokalisir, diperuntukkan warga yang berbatasan dengan Ujungpangkah saja dulu, seperti Panceng, Dukun, dan Sidayu.

Dengan demikian, ia bisa terus menggerakkan ekonomi desanya, namun tidak meninggalkan esensi dari PSBB itu sendiri, yakni untuk mencegah penyebaran Covid-19. Dengan melakukan berbagai upaya pembatasan berlapis.

Seusai Pandemi

Akan tetapi, apa yang disampaikan Pak Kades itu bukan tanpa catatan. Sudah barang tentu, ide itu berbenturan secara normatif dengan peraturan PSBB.

Belum lagi secara sosiologis. Wacana itu tentu akan menimbulkan polemik. Membuka satu titik wisata, tentu akan berimbas pada titik wisata lain. Yang lain akan menuntut. Toh saat ini semua sama-sama terdampak.

Dan yang terpenting lagi. Bukan soal bagaimana lokasi wisata mampu bersiap dalam menerapkan protokol Covid-19. Akan tetapi mobilitas para pengunjung. Bisa dibayangkan kan sebaran mobilitas warga dari berbagai desa berduyun-duyun ke Sekapuk, pun sebaliknya?!

Akan tetapi, sekali lagi, apa yang diutarakan itu benar-benar menarik dan layak direnungkan. Terutama bagi anak muda. Mari kita ambil spiritnya. Yakni bagaimana mengatasi penyebaran Covid-19, tapi juga menggerakkan ekonomi yang menukik tajam.

Tanpa nalar kritis dan spirit berkemajuan seperti itu, niscaya tak mungkin Desa Sekapuk berkembang seperti sekarang.

Kini, sembari berharap pandemi segera berakhir, yang bisa dilakukan, ialah berbenah dan mempersiapkan banyak hal sebelum dibuka kembali nanti.

Di wisata Setigi sendiri, telah dibangun kolam renang besar bernuansa tradisional dan kolam renang khusus hijabers. Penasaran kan? Mari kita tingkatkan patuhi peraturan PSBB. Agar semakin cepat terbebas Corona, dan beraktifitas seperti sedia kala.

Sukses terus, Pak Kades. Kami anak-anak muda butuh pemimpin yang nalarnya hidup seperti Bapak!

_____

Faiz Abdalla 

Staf Ketua DPRD Kab Gresik; Pemuda Pelopor Dispora Jawa Timur 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun