Mohon tunggu...
faith liberta
faith liberta Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tumbuh Rubuh Kenangan

21 Oktober 2016   18:37 Diperbarui: 21 Oktober 2016   18:40 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat Fajar benar buta..

Matahari telah menepikan matanya..

Menyelipkan sinar merah..

Pada bibir yang kulihat merekah...

Tak ada yang sanggup mewakilkannya

Melainkan hanya dengan kata-kata

Di tiap kelokan menuju kampus

Kutangkap suaramu terbawa angin lisus

Entah pada pagi keberapa

Aku kembali termangu menyapa

Akan suaramu yang melengkuh

Pada pohon telingaku itu rubuh tumbuh

Aku ingat setiap kata yang kau desahkan

Menjelma pagi penuh keteduhan…

Bahkan diammu yang tak beberapa..

Membingungkanku dengan ihwal apa merupakannya …

Karena tak kutemui aksara..

Yang tangkas tuk kujelma kata-kata …

Jika kau anggap aku puitis...

Itu karena engkau yang terlalu manis ...

Jikalaupun aku terlampau pintar…

Ketahuilah,tanpamu disisi aku itu terlantar…

Hari-hari berikutnya..

Matahari selalu menyaksikan kita..

Sebagai saksi bisu..

Ia tak meminta apapun darimu dan padaku..

Ialah yang menuliskan sejarah..

Tentang cintaku yang segenapnya tak menyudah…

Pada awal jalan menuju brawijaya..

Kutabur rindu akanku ingin selalu bersama..

Kutahu bahwa FIB pada luasanya halaman..

Menyimpan antara kita berjibun kenangan..

Di kelokan tertuju kita berkumpul…

Berlaksa pandang mata terlempar memukul…

Semenjak itu aku haruslah tahu…

Tidak semua derita akan kala itu..

Nestapa paling menyakitkan…

Disanalah engkau mengisahkan…

Masa lalu janganlah pernah terlupakan…

Tercelup kasih tuk tahun-tahun mendatang…

Janjiku tuk tak akan lupa…

Saat-saat kita bersama…

Walaupun engkau menghilang kemudian..

Liang lahat telah kusiapkan…

Sebagai akhir kita mengubur kenangan... 

Namun pada hari-hari ini..

Kau utus berkali-kali cemburu..

Pada api, kau bakar bara rindu..

Pada air, kau alirkan banjir paling deras..

Yang menerjang diam-diam membuatku lemas.. 

Pada udara, kau hembuskan angin kencang…

Menerbangkanku kembali pada pertama kita berbincang...  

Pada terang, aku berniat menjadi malam..

Yang dengan sederhana membuatmu tiadalah nampak temaram..

Pada gelap, aku berhasrat menyusupi cahaya…

Yang untukmu hanyalah satu tak ada duanya..

Aku tahu.. 

Mungkin suatu saat,

Kita tak lagi bersama terlihat..

Olehnya kusiagakan agar hadirmu tetaplah tampak,

Dengan tiap tubuhmu puisiku yang tak akan retak…

Karena cinta itu abadi..

Kitalah yang fana dan mati...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun