Mohon tunggu...
Unknown Unregistered
Unknown Unregistered Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Unavailable

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sisa Nyawa Politik Jokowi

7 Juli 2014   05:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:12 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amati saja semua slogan Jokowi-JK : Jokowi-JK adalah kita, pemimpin dari rakyat, Muka Ndeso, otak internasional, kartu sehat dan kartu pintar dll. Saya belum pernah menyaksikan dalam semua debat yang saya ikuti Jokowi dan JK menyinggung Marhaen, Sukarno, Trisakti bahkan Megawati sekali pun. Jokowi betul-betul berjalan sendiri dan berbagai survei menemukan dukungan partai pengusung sangat minim dengan skor terakhir hanya 30% yang jauh lebih rendah dari Prabowo yaitu 70%.

Pada titik ini, Jokowi hanya memiliki modal politik yang tersisa yaitu media, JK dan 2 kartu KIS-KIP.

Sebaliknya, Prabowo yang sejak awal merepresentasikan dirinya sebagai Sukarnois mendapat keuntungan dari keterdesakan Jokowi.  Lihat saja ciptaan musuh bersama Prabowo yang oleh lawan dan khalayak buta politik dijadikan lelucon :" BOCOR". Prabowo mau mengatakan bahwa kita sebagai bangsa sedang menghadapi musuh bersama yaitu "kekayaan kita dirampok" maka marilah kita berjuang lewat memilih Prabowo sebagai pemimpin untuk melawan musuh bersama itu, agar kita bangkit menjadi "Macan Asia".

Pergerakan dan penggalangan dukungan sungguh bangkit dengan energi "musuh bersama" dan tujuan bersama ini. Bandingkan dengan "ganyang Malaysianya"-nya Sukarno. Rupanya, Prabowo juga sangat mengerti ilmu penjualan polis asuransi : bahwa menjual asuransi itu jangan mengedepankan kepentingan penjual tentang manfaat yang dia peroleh dari penjualan ini, tetapi temuilah calon peserta asuransi dengan mengedepankan bantuan demi kepentingan calon peserta itu sendiri. Bukan memakai kata "tolonglah saya" tetapi sering memakai kata "saya mau tolong anda". Jarang sekali Prabowo membicarakan dirinya tetapi sering membicarakan "bocor", "bangkit" dan "macan asia".

Kelihatan jelas dari iklan, slogan dan kampanye Prabowo bahwa dalam persiapan amunisinya adalah settingan : "PRABOWO-PUAN".

Berlanjutlah cerita Jokowi ini yang senjatanya sudah diambil Prabowo dan logisnya simpati Mega-Puan tertuju ke Prabowo. Mungkin ada penyesalan juga. Dengan melorotnya elektabilitas Jokowi, dengan modal koalisi tanpa pamrih ini harus kembali diuji lagi.

Entah apa yang melatari juga, keberpihakan si "raja minyak" Ruhut Sitompul dengan hentakan yang mencengangkan : "saya dukung Jokowi karena dijanjikan menteri oleh Luhut dll. Keberpihakkan saya direstui SBY". Demokrat seolah bergoncang dan akhirnya sepi juga. Persepsi apa yang terbangun ?. Ternyata "koalisi tanpa bagi-bagi kursi itu" hanya bohong belaka. Buktinya Ruhut ditawari kursi menteri. Hilang lagi jualan si kerempeng Jokowi yang bernama "koalisi tanpa bagi-bagi kursi ini".

Entar, bukankah dukungan Ruhut diklaim atas restu SBY ?. Tentu ini angin segar buat Jokowi bukan ?. Nanti dulu. Demokrat secara resmi mengdeklarasikan bahwa SBY dan gerbongnya mendukung Prabowo-Hatta. Secuil harapan yang ditiupkan Ruhut tentang "main dua kakinya" SBY kini menguap lagi laksana embun terteepa matahari pagi.

Saat ini, walau pun berbagai pihak berteriak agar Mega-Puan turun mendongkrak elektabilitas Jokowi yang kian merosot, Mega-Puan tidak bergerak. Jangankan datang ke NTT yang jauh, di Jakarta dan jawa Barat saja tdk sering kelihatan.

Jokowi-JK hanya bertumpuh pada relawan yang tidak tertib di Parkir Timur Senayan dan rusuh di Jogya pula. Jika Jokowi tidak mampu menertibkan tim relawannya, bagaimana lagi diharapkan Jokowi dapat menertibkan 150 juta rakyat Indonesia ?. Kalau kerjasama dengan Mega-Puan saja gagal, bagaimana menangani isu laut Tiongkok ?.

Modal politik Jokowi tinggal JK dan dua kartu KIS-KIP-nya serta dukunngan media. Namun, tidak disangka-sangka, setelah debat cawapres yang lalu, JK harus menginap di RS Abdi Waluyo Jakarta. Citra cawapres yang berumur 72 tahun ini menjadi turun karena kesehatannya. Walau pun JK sudah sembuh tetapi tidak bisa lagi berkeliling seperti sebelumnya. Betul-betul pada Minggu terakhir ini Jokowi kehilangan segalanya dan tinggal dua kartu dan relawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun